8 Maret 2008
Super Lynx 300 : helikopter anti kapal selam (photo : Milavia)
Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menilai helikopter Lynx yang ditawarkan pemerintah Inggris kepada Indonesia terlalu mahal. "Teknologinya canggih sehingga harganya mahal. Terlalu mahal untuk keadaan Indonesia saat ini," ujar Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono seusai bertemu Pangeran Andrew di Kantor Departemen Pertahanan, Jakarta, Kamis (6/3).
Pemerintah Inggris melalui Pangeran Andrew Albert Christian Eduard menawarkan helikopter Lynx untuk mendukung kesiapan persenjataan TNI Angkatan Laut. Helikoper tersebut mempunyai fungsi utama antikapal selam. Putra Ratu Elizabeth II tersebut berkunjung ke Indonesia selama 3-6 Maret sebagai perwakilan perdagangan dan investasi Inggris.
Harga helikoper buatan pabrik Westland Helicopter tersebut memang tergolong sangat mahal. Sebagai gambaran, Angkatan Laut Diraja Malaysia berencana membeli enam heli Super Lynx senilai 100 juta poundsterling (sekitar Rp1,8 triliun). Artinya, satu helikopter dihargai Rp300 miliar. Hampir setara dengan pesawat tempur F-16 tipe C/D yang ditawarkan Amerika Serikat belum lama ini.
Maklum saja, spesifikasi pesawat antikapal selam harus memadai. Minimal berkemampuan mencari, menghubungi markas, mendekati, menyerang, perang jarak dekat, dan mencerai-beraikan kekuatan musuh.
Ancaman kapal selam, sampai detik ini masih dianggap sebagai momok paling menakutkan setiap angkatan laut. Karena tuntutan itulah, persenjataan antikapal selam dihargai sangat tinggi. Jangan heran, perangkat elektroniknya justru lebih mahal dari pesawatnya.
Juwono menjelaskan, selain mahal, heli yang terbang perdana tahun 1971 itu memerlukan platform kapal yang besar. Lebih besar dari kapal-kapal yang telah dimiliki TNI Angkatan Laut. "Saat ini yang realistis pengadaan helikoper Bell buatan Amerika Serikat," kata dia.
Selain membicarakan penawaran helikopter, Pangeran Andrew dan Juwono sepakat meningkatkan kerja sama pertukaran perwira menengah yang selama ini telah berjalan. Akan ada pertukaran siswa perwira menengah untuk Strata 2 strategi pertahanan dan manajemen pertahanan.
"Ini merupakan bentuk diversifikasi. Kami juga mengirimkan perwira ke Amerika Serikat, Jepang, dan China," ujarnya.
Juwono mengatakan, pada pertemuan sekitar 30 menit itu, dibicarakan pula rencana Pemerintah Indonesia mengalihkan pembiayaan pengadaan alat utama sistem persenjataan dari mekanisme kredit ekspor ke rupiah murni dengan menggunakan dana bank dalam negeri.
(Jurnal Nasional)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar