06 Mei 2010
Radar pengawas pantai ISRA (photo : Antara)
Indonesia Harus Tingkatkan Kemampuan dalam Penyediaan Radar
Seiring dengan meningkatnya peranan radar untuk transportasi laut dan udara, pengamatan cuaca, pemetaan wilayah serta mengamnkan wilayah Indonesia terhadap filtrasi asing, Indonesia perlu melakukan inventarisasi kebutuhan dan kemampuan Indonesia dalaam penyediaan radar secara mandiri. Terlebih hingga saat ini pembelian radar dari luar negeri masih sulit karena bersifat strategis dan harganya yang mahal. Demikian dikatakan Kepala Pusat Penelitian Elektronika dan Telematika (PPET) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia terkait akan diselenggarakannya Seminar Radar Nasional IV, besok di Yogyakarta.
SRN tahun ini diadakan oleh LIPI bekerja sama dengan Akademi Angkatan Udara Yogyakarta. Seminar sehari tersebut diikuti dengan workshop tentang radar keesokan harinya. Workshop diberikan oleh Prof. Dr.Ir. Leo P. Ligthart dari International Research Center for Telecommunication and Radar (IRCTR)-TU Delft Belanda.
Hiskia mengatakan, saat ini aparat pemerintah di Indonesia telah menggunakan radar untuk pemantauan dan pengawasan sarana transportasi laut dan udara. “Akan tetapi sebagian besar radar yang dimiliki kurang berfungsi akurat karena kondisi radar yang dimiliki sudah ketinggalan jaman dan berusia tua, jumlah dan kemampuannya terbatas serta pemeliharaannya yang tidak kontinu,” kata Hiskia.
Karena kondisi tersebut, tambahnya, pada beberapa kecelakaan pesawat, Indonesia terpaksa minta bantuan negara tetangga untuk melacak keberadaan pesawat-pesawat yang hilang karena negara-negara tetangga memiliki radar yang jauh lebih baik dari Indonesia.
PPET LIPI pada seminar dan workshop akan menampilkan radar pengawas ISRA (Indonesiaan Sea Radar) buatan PPET. Radar ini menggunakan teknologi Frequency-Modulated Continous Wavw (FM-CW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar menjadi lebih kecil dari radar pada umumnya.
“Radar hasil litbang ini menunjukkan komitmen sumberdaya dalam negeri untuk mandiri dalam pengembangan dan pembuatan radar untuk menjawab kebutuhan penyediaan radar di Indonesia,” kata Hiskia.
Untuk tahap awal, ISRA direncanakan dipasang di 3 lokasi untuk memantau lalu lintas kapal di wilayah Selat Sunda. Ketiga lokasi itu adalah Anyer, Merak dan Lampung. Saat ini tengah dilakukan uji coba di Menara Mercu Suar, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Banten dan direncanakan beroperasi pada 2011.
Selain melakukan ujicoba tahap akhir di Anyer, PPET LIPI juga tengah mempersiapkan MoU kerja sama produksi ISRA dengan pihak IRCR-TU Delft cabang Indonesia. “Mereka mengharapkan bisa produksi 20 unit ISRA per tahun karena kebutuhannya memang besar,” kata Hiskia.
Namun begitu, untuk memproduksi sebanyak ini masih ada kendala di bidang sumberdaya manusia dan peralatan. Untuk mengatasi kendala SDM, mulai tahun ini PPET LIPI mengirim staf mengikuti program Seribu Doktor yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi. “Setahun di ITB dan tahun kedua di TU Delft karena merupakan program gelar ganda,” tambah Hiskia.
PPET saat ini juga sudah menjalin kerjasama produksi dengan PT RCS, dengan kapasitas produksi 1- 2 unit radar per tahun.
Sementara itu, pembucara dalam Seminar Radar Nasional IV antara lain Prof. Dr.Ir. Leo P. Ligthart dari IRCTR-TU Delft Belanda, KSAU TNI, Deputi Menristek Program Riptek, Kadislitbang TNI-AL, Kadislitbang TNI-AU, Dekan STEI-ITB. (dra)
Ass. saya kagum ... pak DR. Mashury PPET LIPI & Ibu AnDaya PT RCS , kalau boleh tahu .kapan dan ap akan di upgrade untuk mempunyai kemampuan Guidance Missile ?...salam horamt, wass.Adhi Prasetyo
BalasHapus