05 September 2010
Kapal selam mini 22 m (photo : Defense Studies)
Ditengah maraknya pemberitaan tentang minimnya alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia ternyata memiliki rancangan kapal selam mini karya anak bangsa.
Sayang nasibnya kini kian tak pasti karena minimnya perhatian pemerintah. Sebagian orang mungkin sudah pernah mendengar tentang rancangan kapal selam mini karya Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA. Sebuah rancangan kapal selam mini atau sering disebut kate karena bentuknya yang lebih kecil dibandingkan kapal selam lazimnya. Namun, sejak ide ini muncul tahun 1996, jangankan diproduksi, diwujudkan menjadi bentuk prototipe saja belum. Padahal, Dradjat sudah menyelesaikan konsep rancangannya sejak 1996 dan mulai mempromosikan ke pemerintah. Namun, hingga saat ini gayung tak jua bersambut.
Sehingga, kini pensiunan AL itu pun mulai patah arang akan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan hasil karyanya menjadi produk kapal selam siap pakai. ”Jika ada pihak lain yang mau mengajak kerja sama untuk mengembangkan rancangan ini, maka saya akan setujui,”ujar Dradjat frustrasi. Bisa jadi kesabaran pria kelahiran Madiun 28 Januari 1943 ini pupus sudah. Penantian sekian lama terkait kepastian kemauan pemerintah untuk mengembangkan rancangan kapal selam hasil karyanya itu sudah pudar. Apalagi kini usianya sudah tak muda lagi dan keterbatasan fisiknya yang harus menggunakan kursi roda akibat infeksi tulang belakang.
Namun, bukan Dradjat namanya jika tidak memiliki semangat yang membara bak anak muda. Kepada harian Seputar Indonesia (SINDO), Dradjat demikian antusias berkisah tentang rancangan kapal selam mini miliknya yang diberi nama IM X-1 (Indonesian Midget Experimental-One) yang ide awalnya berasal dari dr Laksamana Arief Kus Hariadi yang merupakan atasan Dradjat sewaktu masih bertugas di kesatuan AL dulu. Apa saja keunggulan rancangan kapal selam mini IM X-1 ini? Keunggulan pertama jelas lebih murah.
Kapal selam mini rancangan Dradjat Budiyanto (photo : joux)
Rancangan sendiri memungkinkan Dradjat untuk mencari onderdil dan peralatan di dalam negeri. Jika di dalam negeri tidak tersedia, bisa mencari suku cadang (spare part) dari negara lain yang tidak merugikan Indonesia, seperti dari Prancis yang open source. Sementara ada beberapa negara penjual suku cadang justru cenderung memiliki kebijakan yang merugikan negara pembeli. Pengadaan kapal selam seperti itu justru cenderung merugikan negara pembeli. Sebab, jika ada kerusakan atau kebutuhan pembelian suku cadang, terkadang negara pembeli kesulitan untuk mendapatkannya.
Dalam kalkulasi Dradjat, pada 1996, ketika harga besi masih murah, diperkirakan pengembangan kapal selam mini per unit akan menghabiskan anggaran sekitar USD7 juta dengan asumsi harga besi saat itu USD400 per ton. Namun, kini ketika harga baja atau besi sudah naik tiga kali lipat,maka biaya pengembangan kapal selam ini diperkirakan membutuhkan USD21 juta per unit. Angka ini masih jauh di bawah harga pembelian kapal selam jadi dari luar negeri yang di atas USD40–50 juta per unit.Bahkan untuk harga kapal selam standar,sekitar USD300 juta per unit,yang sudah dalam kondisi lengkap dengan semua peralatan militer modern.
Sementara itu, sejak pertengahan tahun 2009 TNI AL mengusulkan pembelian kapal selam seharga sekitar Rp7 triliun dari Korea Selatan. Dibanding kapal selam rancangan Dradjat, angka tersebut tentu jauh di atasnya. Apalagi mengembangkan kapal selam sendiri tentu bermanfaat untuk penyerapan tenaga kerja lokal, penambahan pengetahuan, dan transfer teknologi bagi anak bangsa. Terlebih lagi, ada kebanggaan nasionalisme karena memiliki produk karya anak negeri.Spesifikasi kapal selam mini rancangan Dradjat memiliki panjang 22 meter untuk hidung pendek,dan 24 meter untuk hidung panjang.
Kemudian berat 215 ton dengan kecepatan bawah air 18 knot atau 18 mil per jam. Kapasitas kapal selam mini ini mampu membawa 11 orang. Kelebihan lain dari kapal selam IM X-1 ini adalah rancangan lampu sonar yang lebih fleksibel dibanding kapal selam standar. Jika kapal selam umumnya memiliki lampu sonar vertikal bak lampu mobil sehingga tidak bisa menerangi secara leluasa hanya satu arah, rancangan Dradjat dibuat sedemikian rupa hingga bisa vertikal longitudinal. ”Inovasi lampu sonar ini mungkin yang pertama kali di dunia,”klaim Dradjat. Selain itu, masih banyak kelebihan lain rancangan kapal selam IM X-1 milik Dradjat ini. Seperti karena kapal selam ini kecil maka tingkat kebisingannya lebih rendah jika dibandingkan kapal selam standar.
Namun, memiliki fungsi dan manfaat setara bahkan lebih optimal dibandingkan kapal selam standar, seperti sulit terdeteksi oleh musuh. Rancangan tersebut bukan tanpa pengakuan. Sebutlah Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) BPPH/BPPT, National Ship Design Centre (NASDEC) Departemen Perindustrian, dan komponen teknikal angkatan laut– mulai Fakultas Kelautan Hang Tuah hingga Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)– yang sudah mengakui visibilitas rancangan kapal selam Dradjat. Bahkan Howaldtswerke Deutsche Werft AG (HDW), pembuat kapal selam asal Jerman, juga mengakui ketepatan rancang bangun milik Dradjat.
”Mereka semua menyetujui tanpa ada intervensi apa pun,” ujar ayah tiga anak tersebut. Pada 1996 di masa pemerintahan orde baru anggaran untuk pembelian alutsista memang minim. Untuk itulah Dradjat dikirimkan KSAL saat itu Laksamana Arief Kushariadi untuk belajar tentang pembuatan kapal selam yang terjangkau di Pakistan. Ada kisah lucu dalam penugasannya karena sebenarnya Dradjat tidak membawa surat penugasan resmi dari KSAL. Surat tugas hanya menyebutkan enam kawannya saja. Untuk itulah Dradjat sempat menemui kesulitan ketika sampai di Pakistan.
Namun, pemimpin pasukan AL Pakistan jeli yang kemudian mengorek keterangan dari Dradjat terkait siapa seniornya dalam belajar tentang kapal selam.
Tak dinyana senior Dradjat merupakan orang yang cukup dikenal oleh kepala pasukan AL Pakistan tersebut bahkan dianggap berjasa. Akhirnya Dradjat yang tidak berbekal surat tugas itu justru diberikan keleluasaan untuk belajar seluk beluk kapal selam di Pakistan selama lebih dari dua minggu. Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Sepulang dari Pakistan,Dradjat menyelesaikan rancangan kapal selamnya yang kemudian diajukan ke pemerintah. Namun, lagi-lagi mendapatkan penolakan dari pemerintah. Pada 2004 Dradjat dipanggil kembali ke Jakarta untuk menjelaskan rancangan kapal selamnya kepada TNI AL untuk diusulkan ke pemerintah. Namun, hingga saat ini tak ada kabar perkembangan terkait tindak lanjut rancangan kapal selam yang sudah diajukan hak patennya tersebut. Sehingga wajar jika kini Dradjat mulai patah arang. Selain itu sudah ada pihak dari Korea Selatan yang menyatakan tertarik ingin bekerja sama untuk mengembangkan kapal selam IM X-1.
”Iya,sepertinya kini saya mulai berpikir untuk menjual rancangan saya ke orang lain. Jika di dalam negeri ternyata hanya mubazir tidak dimanfaatkan,”paparnya. (abdul malik/islahuddin)
(Seputar Indonesia)
Kalau rancangan kapal selam mini pak Dradjat ndak disetujui oleh pemerintah Indonesia,mendingan jual aja rancangan tsb ke negeri jiran,kayak Malaysia...biar buat nyerang balik Indonesia.Jaman sekarang jangan sok nasionalis cinta tanah air...kapan kita bisa kaya dan menikmati hidup yg cuma satu kali ini...
BalasHapusckckck...aneh banget komentator di atas...kalo dibuat nyerang indonesia bisa2 yang mati ya sodara2mu sendiri kan?
BalasHapuspak drajat gampang kok kalo mau di gunakan rancangannya, bapak siapkan duit aja ke pemerintah seharga kapal selam itu pasti di terima. aneh negara ini kok bisa ya karya bangsa sendiri tidak di terima tapi karya bangsa lain di terima ... apalagi komentar urutan pertama ... seharusnya dia bukan bangsa indonesia
BalasHapusPak Drajat, mudahan para pembuat keputusan di NKRI tercinta ini segra sadar akan karya Bapak tersebut kalau dijadikan nyata dan ternyata berhasil, mari sam-sam kita berdoa, salam sukses selalu, inilah dunia nyata itu.....
BalasHapuspak drajat idenya membuat kapal selam sudah sangat bagus, hanya ada kekurangannya yang sangat prinsip yaitu : KOMISI UNTUK 'PEMBUAT KEPUTUSAN' tidak ada. Sehingga ide anda tidak ditindak lanjuti
BalasHapusSlamat Bp sdh merancang bangun pembuatan kapal selam mini, kalau menurut saya dibuat kapal selam utk pariwisata dulu dijual ke Malay,Philippina dan utk kapal selam militernya disimpan dulu. Setelah modal terkumpul, baru Bp membuat kapal selam militernya dijual keluar negri Mianmar,Brunai darulsalam. Sekali lagi slamat utk Bp
BalasHapusSedih ya?
BalasHapusindonesia sedang bikin pabriknya pak, sabar dulu,, apa jangan2 bapak sudah tau rencana jangka panjangnya,, ini kan msalah yang rahasia dalam pertahanan negara,, good luck, kita tunggu hasil karya bapak,,
BalasHapus