26 September 2013
Untuk pertama-kalinya TNI AU mengungkapkan bahwa persenjataan rudal yang digunakan pesawat tempur Sukhoi Su-27/Su-30 yang dimilikinya adalah : R-73E (rudal udara ke udara jarak pendek berjarak 20 km), R-77/RVV-AE (rudal udara ke udara jarak sedang berjarak 80 km), Kh-29T/TE (rudal udara ke darat berjarak 40 km) dan Kh-31(rudal udara ke permukaan laut berjarak 110 km) (photo : TNI AU)
Bom sudah bisa diproduksi di dalam negeri
MAKASSAR, KOMPAS - Skuadron Udara 11 Wing 5 Pangkalan Udara Sultan Hassanudin sebagai operator jet tempur Sukhoi kini siap tempur setelah pesawat-pesawat tempur itu dilengkapi peluru kendali. Rabu (25/9), enam jet tempur buatan Rusia tersebut diserahkan di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Pesawat tempur kita sudah siap beroperasi mempertahankan kedaulatan Indonesia. Bom untuk pesawat ini sudah dibuat di Indonesia. Rudal, radar, dan persenjataan lain sudah ada serta siap beroperasi," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam acara penyerahan itu. Hadir pula Panglima TNI Jenderal Moeldoko, tiga kepala staf angkatan, dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin.
Perlengkapan lain yang sudah dimiliki, antara lain, flare, dan chaff untuk mengelabui lawan, Menhan menjanjikan perlengkapan anti-jam dan jammer segera ditambahkan untuk jet tempur Sukhoi Skuadron Udara 11 tersebut.
Sejak kedatangan jet tempur Sukhoi pertama kali pada 2003 pada zaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri, persenjataan Sukhoi terus dilengkapai. Ketika itu, rudal belum tersedia untuk pesawat tempur buatan Rusia tersebut. "Penerbang skuadron akan ditambah hingga mencapai jumlah ideal 1,5 kali jumlah pesawat dalam waktu dekat," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Ida Bagus Putu Dunia.
Saat ini Skuadron 11 memiliki 16 pesawat Sukhoi. Dalam serah terima tersebut, sebanyak 16 jet tempur Sukhoi Su-27, Sukhoi Su-30, hingga varian terbaru Sukhoi Su-30 Mk II dipamerkan di apron Lanud Hasanuddin. Para penerbang dan awak darat dari Skadud 11, Skadud 5, dan Skuadron Teknik 044 bersiaga di dekat pesawat tempur tersebut.
Pelatihan untuk penerbang tempur pengawak Sukhoi dilakukan saksama oleh TNI AU di Indonesia, China, dan Rusia. Komandan Skadud 11 Letnan Kolonel (Pnb) Dedi IS Salam mengaku sudah delapan penerbang skuadronnya yang berlatih di Rusia. "Saya pernah berlatih di China dan Rusia. Latihan di Rusia berlangsung intensif selama tiga bulan," kata Dedi yang lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1995 itu.
Dedi sudah membukukan lebih dari 1.000 jam terbang dengan Sukhoi selama empat tahun bertugas (2008-2013) dengan diselilingi pendidikan Sekolah Staf Komando (Sesko). Seorang penerbang yunior, Letnan Satu (Pnb) Rahman Fauzi, mengaku baru setahun dinas di Skadud 11 dan sudah membukukan lebih dari 100 jam terbang.
Beragam rudal
Peluru kendali (rudal) yang dibawa Sukhoi milik TNI AU bervariasi seperti rudal udara ke udara R-73E yang setara dengan rudal Sidewinder dan rudal RVV-AE. Ada juga rudal udara ke darat untuk serangan permukaan, yakni Kh-29 T/TE dan Kh-31. Rudal tersebut dapat menjangkau sasaran dalam jarak masing-masing 40 kilometer dan 110 kilometer. "Bom aktif dan bom latih sudah bisa kita buat sendiri di dalam negeri. Demikian pula munisi untuk kanon di Sukhoi," kata Purnomo.
Ricky Egam, pemilik PT Sari Bahari yang membuat bom latih untuk jet tempur Sukhoi, menerangkan, peminat bom latih buatan Indonesia juga datang dari mancanegara, seperti Vietnam dan Myanmar. "Bom latih buatan Indonesia spesifikanya mirip bom aktif buatan Rusia, terutama pembuatan fin (bilah sirip) ekor bom buatan Indonesia," kata Ricky.
Direktur Program Imparsial Al Araf yang aktif dalam koalisi masyarakat sipil untuk transparansi anggaran militer mengingatkan agar pengadaan jet tempur Sukhoi dan perlengkapannya harus dilakukan transparan dan tidak terjadi mark up.
Menurut Purnomo, perbedaan harga pembelian Sukhoi pada tahun anggaran disebabkan perbedaan spesifikasi dan ada fluktuasi nilai tukar serta kenaikan harga.
(Kompas)
syukur lah... akhirnya blog ini ada yg update setelah sekian lama dianggurin.
BalasHapusSelamat kembali Defense Studies!!
BalasHapusrudal memang di perlukan namun pada akhirnya pun tidak pernah benar-benar di tembakkan live ke arah musuh. Sebenarnya kalau di liat c rudal-rudal seperti ini cuma melengkapi biar jet-jet tempur ngak gundul. sorry kalau ada kata-kata yang salah.
BalasHapusPemerintah hrs memikirkan utk pesawat2 SU-27/30, mengenai suku cadangnya maupun perbaikan pesawat antara PT DI dg Rusia. Salam............
BalasHapus