16 November 2013
Layaknya elang, pesawat terbaru milik TNI AL ini memiliki mata yang tajam dan sanggup melihat sasaran dari jarak jauh. Kekuatan matanya terletak pada FLIR dan search radar yang ditaruh di bawah badan pesawat. (photo : Angkasa)
Rabu, 2 Oktober 2013, adalah hari paling membahagiakan bagi TNI AL. Pagi itu, di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Kabaranahan Kementerian Pertahanan Laksda TNI Rachmad Lubis resmi menyerahkan satu dari tiga CN-235-220 Patmar (Patroli Maritim) pesanan Kemenhan kepada TNI AL untuk patroli di perairan dan perbatasan Indonesia. Bagi Komandan Skuadron 800 Pusat Penerbangan TNI AL, Letkol Laut (P) Imam Safii, CN235 Patmar amat ditunggu-tunggu.
Kemampuan dan daya jelajah patrolinya lebih tinggi dari pesawat sebelumnya. Sebelum ini, TNI AL hanya mengandalkan NC-212 Patmar. Tapi, karena kemampuan terbangnya hanya empat jam dan kecepatan optimalnya hanya 100-150 knot, kemampuan patrolinya menjadi terbatas. Berbeda dengan CN-235 Patmar, oleh karena sanggup terbang sampai sembilan jam dengan kecepatan optimal 200 knot, kemampuannya akan jauh lebih berarti bagi Puspenerbal yang kerap disebut kepanjangan mata Kapal Perang Indonesia (KRI).
CN235 Patmar TNI Angkatan Laut (photo : Kaskus Militer)
“Jika dengan NC-212 Patmar hanya bisa patroli di daerah sasaran 10 menit, CN235 Patmar bisa sampai berjam-jam dan menjangkau tempat yang lebih jauh. Dengan search radar dan Forward Looking Infra Red (FLIR) yang jauh lebih maju ini, kami bahkan sudah bisa mendeteksi kapal-kapal nelayan dari ketinggian 13.000 kaki,” ungkap Imam Safii, membandingkan FLIR di pesawatnya dengan FLIR NC-212 yang baru bisa “melihat” dari ketinggian 5.000 kaki.
Tak heran jika Menteri Pertahanan Poernomo Yusgiantoro pun titip misi yang agak sulit. Disela-sela acara serah terima yang juga dihadiri KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia dan Dirut DI Budi Santoso, ia bahkan langsung menginstruksikan agar KSAL Laksamana TNI Marsetio segera menerjunkan pesawat ini untuk memantau kapal-kapal imigran gelap yang makin kerap gentayangan di pantai selatan Jawa. Arah mereka ke Australia, sehingga pemantauan pun harus dilakukan bersama militer Australia.
FLIR SAFIRE III
Bagi Puspenerbal sendiri, pesawat baru ini akan dikonsentrasikan di Perairan Aru dan wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Filipina. Maklum, di wilayah perbatasan, penyelundupan masih kerap terjadi; sementara di Aru, pencurian ikan oleh kapal asing diakui masih sulit diberantas. Dengan FLIR versi SAFIRE III, ungkap sumber Angkasa, CN235 Patmar sanggup mengidentifikasi kapal pelaku penyelundupan atau pencurian ikan dari ketinggian 4.000 kaki. Data identitas ini selanjutnya bisa dikirim real-time ke KRI terdekat untuk penindakan yang lebih cepat.
FLIR Star Safire III for Land and Air (photo : FLIR)
FLIR SAFIRE III juga bisa "menembakkan" laser untuk mengukur jarak pesawat dengan sasaran. "Ini adalah kelebihan lain dari FLIR terbaru yang terpasang di perut CN235 Patmar. Kemajuan teknologi telah membuat kemampuan peralatan terus meningkat. Dengan posisi radar di perut, kini kami juga bisa melihat sasaran di belakang pesawat," jelasnya sembari membandingkan dengan posisi radar sebelumnya di moncong pesawat yang hanya bisa melihat ke depan, kiri dan kanan pesawat.
Tapi, bukankah penempatan dome radar di bawah membuat drag menjadi lebih besar? Betul, sergah Direktur Teknologi Dr. Andi Alisjahbana kepada Angkasa. Üntuk itulah di ujung sayap utama sekarang kami tambahkan winglet. Sayap kecil ini bisa meredam sampai 10 persen dari drag, jadi balance-lah," ungkapnya.
(Angkasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar