11 Maret 2014
TNI AU membutuhkan pesawat dengan kemampuan AEW&C (photo : Saab)
Perang udara akan semakin kompleks melibatkan seluruh kekuatan teknologi maju dan penguasaan informasi. Konsep early warning dan first look, first kill menjadi dua hal yang amat penting untuk bisa menguasai medan pertempuran dan sekaligus memenangkannya.
Perkembangan teknologi yang amat pesat telah membawa suatu perubahan yang besar menyebabkan taktik dalam peperangan modern terus bergeser secara fundamental pada penguasaan informasi terlebih dahulu sebelum pelaksanaan ekseskusi. Merupakan suatu keniscayaan bahwa salah dalam mengambil keputusan/tindakan akan menyebabkan kegagalan yang fatal.
Medan pertempuran yang makin kompleks membuat kewaspadaan terhadap berbagai ancaman serangan musuh makin meningkat pula. Kemampuan suatu individu dalam berperang akan menjadi sia-sia manakala tidak dipadukan secara integratif dengan kemampuan pendukungnya. Dengan kata lain, sistem dari suatu sistem harus dibangun secara terpadu, menyeluruh dan, dan terkoordinasi. Disinilah konsep ISTAR (Intelligence, Surveillance, Target Acquisition, and Reconnaisance) memainkan peran yang sangat vital, sehingga tindakan/eksekusi sebagai suatu keputusan akhir dari analisis informasi akan membawa pada suatu keberhasilan penyerangan dan meminimalisir kerugian.
Permasalahannya, bagaimana mengumpulkan informasi situasi medan perang sebanyak dan selengkap mungkin. Konsep ini kemudian dirumuskan, sehingga informasi yang didapat bersifat menyeluruh dan dapat disistribusikan kepada sistem-sistem perangkat perang secara real time.
Salah satu elemen yang mendukung pada tercapainya keunggulan ISTAR tidak lain adalah penggunaan pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C). Pesawat inilah yang bila dianalogikan akan berperan sebagai menara kontrol untuk pengaturan semua perangkat perang, khususnya pesawat dan alutsista udara lainnya. Pesawat AEW&C memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai medan pertempuran.
Radar terbang memiliki keunggulan dari radar yang ditanam secara fixed di darat karena sifat pergerakannya yang sangat mobile. Sedangkan radar fixed bila poisisinya sudah diketahui oleh musuh akan menjadi sasaran yang dengan segala cara akan dimusnahkan terlebih dahulu.
TNI AU juga berencana membeli beberapa pesawat tanker jet (photo : Airbus)
Program TNI AU
Indonesia merupakan salah satu negra yang saat ini tengah menjajaki pembelian pesawat AEW&C. Dirjen Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan RI Marsda TNI E.H.B Soelistyo mengatakan hal itu kepada Angkasa di sela-sela pelaksanaan Rapim TNI AU Januari lalu di jakarta.
Disamping itu Indonesia juga berencana membeli jet tanker untuk memenuhi kebutuhan kekuatan pokok minimum. "Ya, Kemenhan sedang menjajaki dua jenis pesawat ini," ujarnya.
Angkasa Magazine No 6 Maret 2014 Tahun XXIV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar