21 Mei 2014
Jet tempur KFX C103 (image : jjy0501)
Jet Tempur Made in Indonesia Diproduksi Massal Mulai 2022
Jakarta -Indonesia dan Korea Selatan sedang mengembangkan jet tempur. Program tersebut bernama Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment (KFX/IFX).
Untuk versi Indonesia diberi nama IFX. Untuk mengembangkan dan memproduksi pesawat tempur generasi 4.5 ini, diperlukan waktu minimal 8 tahun. Program KFX/IFX atau pesawat tempur pesaing F-16 tersebut, dari pengembangan sampai meja produksi akan memakan waktu 8 tahun atau bisa diproduksi massal sesuai rencana pada tahun 2022.
“Untuk buat pesawat terbang militer itu normal 8 tahun. Apalagi skala fighter kalau pesawat kecil biasa cuma 4 tahun. Produksinya 2022. Prototype harus terbang pada tahun 2020. Itu sudah terbang. Itu untuk 2 negara,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta seperti dikutip Rabu (21/5/2014).
Pesawat tempur IFX versi Indonesia akan dikembangkan dan diproduksi pada fasilitas PTDI di Bandung Jawa Barat. Pada tahun ini, akan memasuki masa Engineering and Manufacturing Development (EMD). Fase ini mundur 1 tahun dari jadwal.
Sebelum masa EMD, insinyur Indonesia mempelajari dan mempersiapkan kesiapan teknologi dan sumber daya manusia pesawat tempur.
“Seharusnya dimulai tahun 2013 tapi dimundurkan 1 tahun ke 2014 akibat adanya pergantian presiden di Korea Selatan,” sebutnya.
Budi menerangkan, teknologi pesawat KFX/IFX akan mengadopsi pesawat generasi 4.5 atau lebih unggul dari pesawat F16. Namun biaya pengembangan jauh lebih murah.
“Jadi pengin cari pesawat yang lebih canggih daripada F16 tapi target kita lebih murah daripada F16. Kira-kita seperti itu,” sbeutnya.
Prototype atau purwarupa IFX/KFX bisa mengangkasa mulai tahun 2020. Selanjutnya 2 tahun kemudian baru memasuki fase produksi massal. Budi menyebut bisa saja Indonesia melakukan pengembangan lanjutan karena pesawat harus disesuaikan dengan kondisi geografis dan ancaman terhadap Indonesia. Proses penyesuaian tersebut bisa memakan waktu 1 hingga 2 tahun.
“Semua Alutsista harus disesuaikan dengan kondisi negara sendiri. Apakah musuhnya, geografis atau kondisi lawannya. Apa yang terjadi di Korea kan berbeda dengan di Indonesia. Dia satu kontinen sedangkan negara kita dikelilingi lautan,” terangnya.
Budi menerangkan untuk memenuhi kebutuhan militer Indonesia, pesawat tempur pesaing F16 tersebut akan diproduksi sekitar 50 unit. Proses produksi dan pengiriman pesawat akan mulai berjalan sejak tahun 2022 hingga 2030. Alhasil program pengembangan pesawat tempur menghadapi pergantian pemerintahan berkali-kali
“Ini ganti presiden berkali-kali karena kita lihat selesai delivery terakhir pesawat itu mungkin 2030. Itu dari 2022 tapi kalau nambah lagi ya terus,” katanya.
(Detik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar