24 April 2015
F-16 A/B yang sudah dilengkapi drag chute (photo : ipenk)
JAKARTA - Mabes TNI AU memastikan pesawat tempur F-16 hibah dari Amerika Serikat yang akan diterima Indonesia secara bertahap mulai Mei mendatang. Empat unit dilengkapi dengan drag chute atau parasut yang berada di belakang pesawat segera tiba.
”Pengiriman berikutnya itu sudah dilengkapi alat yang namanya drag chute ya. Jadi sudah ada perubahan spesifikasi. Kalau sebelumnya kan tidak ada drag chute, nanti sudah ada drag chute,” ujar Kadispenau Marsekal Pertama Dwi Badarmanto seusai pisah sambut di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta, kemarin.
Menurut Dwi, pengiriman empat pesawat rencananya dilakukan pada Mei atau Juni dari total pemesanan 24 unit. Seluruh pesawat tersebut nantinya akan ditempatkan di Blok 25 Pekanbaru, Riau guna menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia. Terkait hasil investigasi, Dwi mengaku proses masih berjalan dan tim masih bekerja.
Apalagi, proses investigasi itu melibatkan banyak pihak seperti orangorang yang punya pengetahuan dan pemahaman serta lembaga- lembaga terkait untuk terlibat dalam investigasi. ”Ini kan baru dimulai investigasinya. Benar-benar baru dimulai, jadi tunggu sajalah. Hasil investigasi pasti di-publish. Ini baru proses,” ucapnya.
Pengamat militer M Muradi menilai, pengadaan drag chute merupakan kualifikasi standar pesawat tempur. Kalau tidak dilengkapi dengan alat tersebut maka ada yang bermasalah. ”Sebenarnya hibah bisa berhenti kalau ada kejadian luar biasa. Selesaikan saja program hibah selanjutnya beli baru kita punya uang banyak, itu kan membahayakan karena barang rekondisi,” katanya.
Apalagi, pesawat hibah tersebut sebelumnya sudah digunakan oleh negara pembuatnya selama 30 tahun, dengan kultur dan cuaca berbeda. ”Kalau beli hibah, murah awalnya tapi lebih banyak biaya maintenance. Apa pun kejadiannya, ini menjadi cermin program pengadaan hibah,” ucapnya.
Muradi menambahkan, pada 2017 program hibah telah berakhir dan tidak perlu diperpanjang lagi. Apalagi, pada tahun itu, anggaran militer menjadi 1,5% dari gross domestic product atau sekitar Rp160-170 trilyun/tahun.
(Sindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar