19 Agustus 2016
Kegiatan pembuatan pesawat di PT DI (photo : tribunnews)
PT DI tempati lahan 300 hektare Majalengka
Bandung (ANTARA News) - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan kantor baru PT Dirgantara Indonesia/DI (Persero) yang rencananya akan dibangun di kawasan kota angkasa (aero city) Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka, akan menempati lahan sekitar 250 hingga 300 hektare.
"Kita memastikan ketersediaan lahan untuk PT DI di Kertajati. Luas total aero city Kertajati sendiri mencapai 3.600 hektare. Jadi, kalau dikurangi 250 hingga 300 hektare untuk PT DI, masih tersisa banyak," katanya di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Presiden Jokowi menginstruksikan kantor PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang saat ini berada di Jalan Pajajaran Nomor 154 Kota Bandung akan pindah ke kawasan aero city Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Ditemui usai menerima kunjungan Dirut PT DI Budi Santoso di Gedung Sate, Aher mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan segera menetapkan peta lokasi untuk merancang peruntukkan lahan seluas 3.600 hektare tersebut.
"Jadi, kita akan merancang dulu secara baik peruntukannya, sehingga metropolitan 3.600 hektare ini tumbuh jadi kawasan baru, kawasan satelit baru yang tidak boleh terlupakan," katanya.
Rancangan induk kawasan aero city Bandar Udara Internasional Kertajati di in Majalengka, Jawa Barat. PT Dirgantara Indonesia (DI Persero) direncanakan pindah lokasi dari Bandung ke kawasan aero city Kertajati. (image : pupr)
Ketika ditanya, apakah akan industri pesawat selain PT DI di aero city Bandara Kertajati, Aher mengatakan hal itu bukan masalah.
"Saya kira itu bagus ya, jadi senafas dengan PT DI. Bagus saya kira, karena tidak ada satu pesawat yang dibuat sendirian," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso mengatakan alasan Presiden Jokowi mengusulkan agar PT DI pindah kantor dari Bandung ke Kertajati, Kabupaten Majalengka, agar bisa lebih optimal dalam memproduksi pesawat terbang.
"Waktu kami bertemu Pak Presiden, dan beliau bertanya berapa luas tanahnya di Bandung, kami bilang 40 hingga 50 hektare. Beliau bilang, 'masa industri kapal terbang 40 hingga 50 hektare, nanti enggak maju-maju itu'," ujar Budi.
Presiden Jokowi, menurut dia, menilai lokasi aero city Bandara Internasional Jawa Barat dipilih karena dinilai cocok untuk jadi kantor baru badan usaha milik negara (BUMN) yang memproduksi pesawat terbang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara itu.
"Di mana ada tanah yang cukup lebar, ternyata diputuskan oleh Bapak Presiden di tempatnya Pak Aher, yakni di Kertajati," katanya menambahkan.
(Antara)
Pt DI akan pindah . Sekali kali pabrik syarat tehnologi tinggi di pindah ke luar pulau jawa ...ke pulau madura / lombok kan bagus . Jawa dwipa sudah penuh sesak broo .
BalasHapusPernah mikir yg namanya infrastruktur pendukung? Kalo ga pernah ya silahkan di pelajari pentingnya infrastruktur pendukung dlm industri pertahanan.
HapusSoal Infraktur kan tugas pemerintah pusat ...pembagunan di daerah harus di bangun secepat mungkin kalau tidak bisa bahaya broo..ketimpangan sosial bentuk ke tidak adilan proses pembangunan jawa dan pulau terluar timpang sekali langit dan bumi .jangan sampai jawa mau manis nya sajaa migas minyak di hisap si pemilik migas di biarkan terlantar kelaparan .
HapusSaya bicara terkait usul anda pindah ke lombok/madura, ga usah bawa jauh2 ke arah SARA, jawa lah apalah itu cara diskusi orang kampungan.. anak smp juga tau infrastruktur tugas pemerintah, emang kalo lo yg ditugasin sanggup?
HapusLagian yg saya tanya itu infrastruktur pendukung industri pertahanan.. bukan infrastruktur umum.. sekali lagi kalo mau komen pelajari dulu kontennya. Pelajari dulu pembahasannya.. jd ga keliatan bego2 amat lah.
Mantab. Setuju dengsn pak Presiden.
BalasHapusMin, apa benar itu foto bandara Kertajati? Saya cari pupr kok nggak ada?
BalasHapusSitus resminya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) desainnya nggak gitu. http://bijb.co.id/kertajati-airport-to-be-complete-in-two-years/
Dengan desain seperti di atas itu biayanya pasti besar sekali & model bangunan seperti itu tipikalnya sekali bangun langsung jd 1 massa gede. Itu lebih gede dari 18 juta penumpang per tahun (fase 3).
Itu kemungkinan besar desain bandara lain & bisa menyesatkan sebagai sebuah berita.
Kecenderungan kita kalo bangun itu per bagian (nyicil kayak beli alutsista) hingga jd satu massa gede kayak di Kuala Namu. Juga cenderung kotak2 krn kontraktor kita belum mampu bikin yg lengkung2 kayak karya Zaha Hadid. Changi & KLIA serta Survanabhumi juga denahnya cenderung sederhana. Hanya bentukan bangunannya jauh lebih baik dari kita :D
(*jgn salahkan arsiteknya. Salahkan kontraktornya yg belum canggih cara bangunnya. Kecuali ngundang dari luar).