10 November 2016
Gatling gun mrek lain saat ini telah digunakan TNI AL (photo : IMF)
TNI AL Berminat Pesan Gatling Gun M134D, Senjata yang Mampu Muntahkan 3000 Peluru/Detik
TRIBUNNEWS.COM - Keberadaannya dalam kancah dunia militer bisa dibilang bukanlah sebagai aktor pendatang baru.
Gatling gun yang dibuat oleh produsen senjata asal Amerika Serikat, Dillon Aero sudah cukup banyak makan asam garam dalam garis depan pertempuran yang terjadi di dunia.
TNI AL (Angkatan Laut) pun berniat untuk menghadirkan senapan multilaras paling anyar asal AS, M134D dalam jumlah besar untuk memperkuat pasukannya.
“Tadi kita sudah lihat presentasinya, kita lihat videonya. Dipasang di boat, di kendaraan darat dan untuk dipasang di helikopter juga bagus untuk mendukung gerak pasukan infanteri. Menurut saya sangat pas, hanya kebijakan itu di atas, kami tidak ikut-ikut,” tutur Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) Laksma TNI Arief Maksum kepada Angkasa usai mendapat pemaparan dan demonstrasi uji tembak Gatling Gun M134D di lapangan tembak Brigif 2 Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (9/11/2016).
M-134D gatling gun (photo : WeaponSystems)
Dirinya mengatakan, bahwa rekomendasi untuk membeli senjata itu bukan di levelnya.
Pihaknya hanya memberi laporan bahwa senjata tersebut kompetibel untuk apa saja. Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak punya hak untuk memberikan rekomendasi. Karena menurutnya semua kebijakan untuk melakukan pengadaan persenjataan terdapat pada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL).
Namun ia mengatakan bahwasannya jika memang TNI AL berminat untuk membeli M134D yang dipasok oleh PT Armetall Sistema Indonesia bersama PT Matra Indo Teknika ini, kemungkinan akan sangat banyak jumlah senjata yang akan diboyong oleh TNI AL.
"Saya kira sangat banyak, kalau memang itu jadi, karena kebutuhan kita banyak. Ada dua pasukan Marinir, barat dan timur; ada beberapa Brigif; nanti infanterinya ada berapa kita bisa hitung. Itu hanya untuk Angkatan Laut, itu di Marinirnya,” terang Arief.
Lanjut ia mengatakan, belum lagi untuk patroli pantainya, banyak sekali. Patroli pantai itu di Lantamal-Lantamal sangat banyak.
Mungkin juga untuk Puspenerbal yang perlu menggunakan. Jadi bisa darat, laut dan udara, untuk patroli kecil.
“Untuk jumlah parsial yang dibutuhkan, mohon maaf, karena harus menghitung dulu. Ini terkait dengan taktik yang akan dikembangkan. Itu bukan ranah kami, itu ranahnya pasukan, dia taktis yang ingin dikembangkan seperti apa, menggunakan ini untuk berapa regu atau apa, nah itu bagian dari taktik yang digunakan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, senjata ini menembakkan peluru 7,62 mm standar NATO 3000 butir/ menit, (50 peluru per/detik) dan bisa ditembakkan hingga 30.000 peluru. Setelah jeda satu menit (panas), senjata dapat beroperasi kembali.
(TribunNews)
tolong senjata diimprove dulu. bateri diganti lebih kecil lebih ringan utk memudahkan mobility.. dinamo atau apa mesin muterin harus ditingkatkan kemampuan spt dimiliki saingan impor..
BalasHapusmau batere yg kecil?
Hapuspakai batere jam tangan tuh..
kecil banget
wkwkwkwk...
mksdny bateri jangan aki. tapi lithium. bisa didapat di pabrik2 hp yg produksi bateri hp. tp minta bateri ukuran besar utk keperluan senjata tersebut. tinggal diatur aja
BalasHapusEmang gatteling bagus...malaysia yg beli cuma 6 biji ngomong nya negatif aja soal gattling gun
BalasHapusSumpah dkuntadi sok pinter amat dah. Lebih pinter ye daripada engineernya Dillon Aero dan General Electric yang udah kerja bertahun-tahun di bidangnya. Batere Li-ion juga kalau buat M134 ukurannya gede. Kenapa? Dia perlu 24V, 26000 mAh (10 jam), output 50-400A. Plus harus tahan suhu dan goncangan. Batere 21000mAh dengan output kecil aja gedenya kurang lebih segede kotak pensil dan mahal. Ga sama dengan batere hp oon. Belom lagi temperature dan shock proofing. Research dulu baru ngomong jangan asal njeplak.
BalasHapusudah pake powerbank aja maksud doi kali, wkwkwk
BalasHapusPakai solarcell kali broo... atau pakai denamo amper tapi sidoi yang engkol... xixixi 😆
BalasHapusLitbang TNI kan sudah coba buat yang beginian ,tapi memang masih prototype saja alias belum sempurna .Untuk menyempurankannya seharusnya adakan kerjasama dengan pabrik gatling ini ,bikin model baru yang lebih maju misal bisa ditambahkan radar dan optik sehingga seperti RCWS .TNI dapat barangnya ,dan PINDAD dapat ilmunya ,sekali kayuh dua ,tiga pulau terlampaui . Harus begitu .Adalah kerugian besar kalau hanya beli.
BalasHapusOptik sama FLIR ok jadi RCWS. Lah radar buat apaan? RCWS ga pake radar bos. Lagian radar ditaro dipermukaan tanah clutternya macem apa coba...
Hapus