11 Maret 2017
Evader supersonic aerial target system (photo : Grollo)
Australia's Defence Science and Technology Group (DSTG) is to collaborate with local company Grollo Aerospace in the further development of the Evader autonomous supersonic aerial target system, Defence Industry Minister Christopher Pyne announced on 10 March.
Pyne said the collaboration would provide the Australian Defence Force (ADF) with a cost-effective means to test the performance of modern weapon systems targeted at ADF aircraft.
Evader supersonic aerial target system (image : YogiPatent)
The Evader system has been under development for 10 years and a demonstration for the Department of Defence (DoD) is planned for 2018, Managing Director Mark Grollo told Jane's.
Equipped with variable inlet and nozzle geometry, the ramjet propulsion system developed by the privately owned company is designed to operate over a broad range of altitudes at speeds ranging from Mach 1 to Mach 2.
(Jane's)
What a drone!
BalasHapusKepake bngt utk latihan nembak memakai CIWS modern seperti goalkepper, khastan, millenium gun atau SAM.
Hapusitu drone supersonic? supersonik itu kecepatan lebih tinggi lagi.. apakah bisa ditangkap oleh senjata anti pesawat? ada ada aja riset australia bisa dikembangkan utk menghancurkan bbrp target di indonesia.. harusnya dicari tahu bagaimana penangkalan.. dan Indonesia perlu juga membuat drone supersonik
BalasHapusMenghancurkan target di Indonesia? Itu drone target buat latihan dan menguji kemampuan air defense vs target supersonic bukan buat recon atau nyerang. Bisa baca inggris apa ngga sih?
HapusSupersonic aja kok heboh. Itu masih selevel BrahMos, SRAM, atau Klub. Itu masih bisa ditangkal Phalanx dan sejenis. Yang lagi heboh sekarang itu hypersonic missile macam Brahmos-II atau DF-21D (carrier killer).
Indonesia disuruh buat begituan? Mimpi. Roket LAPAN ga beres-beres rudal petir juga belom. Duitnya kaga ada.
Salah satu kemampuan CIWS modern seperti millenium gun dg amunisi AHEAD adalah menghalau benda terbang supersonic semacam yakhont atau brahmos. Lagian benda yg terbang dg kecepatan supersonic memiliki kelemahan dalam hal manuver, yaitu punya "kecendrungan" utk bergerak lurus aja ketimbang "menari". Itu disebabkan keterbatasan dari struktur benda tsb. Kalo benda supersonic di paksakan terbang dg melakukan banyak gerakan manuver seperti yaw/ roll, maka tekanan yg diterima kerangka benda tersebut bisa mencapai 10x lebih berat di banding benda yg terbang di kecepatan subsonic dan malah akan jatuh dg sendirinya, jadilah benda terbang supersonic selalu di buat dg kemampuan manuver terbatas. Pesawat tempur contohnya, tidak akan melakukan manuver/gerakan semacam roll atau cobra pugacevpada kecepatan supersonic, kalaupun bisa tetap tidak bisa terlalu banyak melakukannya karena malah bakal hancur sendiri itu pesawat. Dan benda yg terbang di kecepatan tinggi jauh lebih mudah jatuh saat menerima kerusakan kecil pada kulit/strukturnya di banding benda yg terbang di kecepatan rendah.
HapusTapiii.. Drone dg kemampuan supersonic tetap di butuhkan utk apa? Utk mengasah skill user/ manusia di balik beragam sistem CiWS walaupun rata2 sistem CIWS sudah mampu beroperasi mandiri sih kecuali utk AA-gun yg masih manual operated
@bebei
HapusHmmm...lengkap bgt ulasannya om bebei
Tyt uav ini disononya dirancang utk berbagai fungsi, didasari oleh kerentanan uav berkecepatan rendah thd sista hanud. Maka dirancanglah uav ini utk berbagai misi spt pengintain berkecepatan tinggi(ala2 SR-71), transpot muatan tertentu menembus daerah yang dikuasai musuh, mensimulasikan serangan rudal atau justru sbg decoy untuk mengecoh radar hanud.