06 Mei 2017
Helikopter AW101 nomor ekor H-1001. Belum jelas nasibnya, helikopter ini masih disimpan di Skadron Teknik 021 Lanud Halim. (photo : Angkasa)
Dibiarkan Merana, Helikopter AW101 Tak Jelas Nasibnya
Ibarat anak yang tidak diakui bapaknya, helikopter semata wayang AW101 yang dibeli oleh TNI Angkatan Udara dan sempat menjadi pemberitaan yang membahana di negeri ini, hingga saat ini masih dibiarkan merana teronggok di Skadron Teknik (Skatek) 021, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Angkasa melihat helikopter bepenampilan gres ini Rabu (3/5/2017) di tempat awal (Skatek 021) ketika dulu heli buatan pabrik Leonardo Helicopters, Inggris ini masih diberi pembatas garis polisi.
KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat dikonfirmasi Angkasa perihal nasib heli AW101 yang sudah dibeli TNI AU namun belum juga diserahterimakan dari pihak pabrikan kepada TNI AU mengatakan kalau kelengkapan yang ada di helikopter tersebut belum sesuai kontrak. “Belum sesuai kontrak, jadi belum bisa diterima,” ujar Hadi Tjahjanto beberapa waktu lalu.
Kepala Dinas Aeronautika Marsma TNI Dento Priyono saat ditanya Angkasa pada pelaksanaan Dirgantara Expo 2017 di Jakarta, pun memberikan jawaban yang sama. “Belum sesuai kontrak,” ujarnya. Ketika ditanya lebih lanjut apa misalnya yang belum sesuai kontrak itu, ia mengatakan soal cargo door. “Cargo door, pintu samping belum sesuai,” ujar Dento.
Helikopter AW101 TNI AU (photo : defence.pk)
TNI AU semasa KSAU Marsekal Agus Supriatna membeli satu heli angkut berat AW101 dari AgustaWestland (Leonardo Helicopters), Inggris. Diberitakan harga heli tersebut adalah 55 juta dolar AS mencakup suku cadang selama dua tahun, beragam kelengkapan heli, dan pelatihan kru. Awalnya TNI AU akan membeli helikopter AW101 untuk helikopter kepresidenan, namun Presiden Joko Widodo sendiri kemudian menyatakan masih belum membutuhkan helikopter baru.
Pemberitaan lain menyebut, heli AW101 yang dibeli TNI AU merupakan heli bekas India yang tidak jadi dibeli Negeri Bollywood. Atas berita tersebut, Head of Region Leonardo Helicopters, Lorenzo Pariani, menyatakan kalau heli untuk Indonesia ini bukan heli bekas untuk India. “Bukan bekas India,” ujar Pariani di pabrik Leonardo Helicopters, Yeovil, Inggris, Januari lalu. Di pabrik tersebut, Lorenzo dan para pejabat Leonardo Helicopters pun mengajak Angkasa berkeliling melihat jalur produksi heli AW101.
AW101 dikirimkan dari Inggris ke Indonesia menggunakan pesawat angkut kargo komersial An-124 pada 30 Januari 2017. Helikopter berkapasitas 39 penumpang ini selanjutnya direncanakan melakukan uji terbang di Indonesia pada 6 Februari. Bukannya terbang, heli malah kemudian “dikerangkeng” dan diberi garis polisi.
Pada 16 Februari, garis polisi dicabut dan heli sempat diuji terbang beberapa sorti oleh pilot uji dari Leonardo Helicopters didampingi pilot uji heli TNI AU. Karena heli tidak kunjung diserahterimakan juga, tim dari Leonardo Helicopters yang sudah berhari-hari di Indonesia pun kembali ke Inggris. Dan, helikopter AW101 yang sudah diberi warna TNI AU dengan nomor ekor H-1001 itu pun kini masih menunggu nasibnya.
“Masih dalam proses penyelesaian,” kata Kadispenau Marsma TNI Jemi Trisonjaya saat dikonfirmasi Angkasa hari ini mengenai perkembangan heli AW101.
(Angkasa)
duh awewe semata wayang,ternyate masi dipingit aje, maren dulu wkt aa wakuncar ke halim kok tak nampak sich haha!
BalasHapusow mungkin kudu nambah lagi biar gak malu yah terbang sendiri haha!
Udeeee...lapor aja ke biro investigasi Thompson&Thomson buat nyariin cargo doornya dulu. Kalo udah ketemu baru mikirin yang lain
Hapusmehong, mending kirim om rebon, detektip ceff kenamaan jagoan kita uda siyap ama kemoceng ajaibnya .. wuuss wwwuuss
HapusDenger2 ada tawaran yg menarik dari leonardo bila indonesia beli awewe ini 13 biji,indonesia diberi offset heli ini,tawaran yg menarik...sudah saatnya PT DI bekerjasamanya tdk cuma kpd Airbus,ke leonardopun boleh tuh
BalasHapusOffsetnya....ngrakit heli sama ATR-72...hahahah sama aja dijajah lagi bro songlap
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusmakanya ada pt rai, klo gak gol kesono bisa lari keseno hhaha!yyipppiiee
Hapuskinerja kemetrian pertahanan harus di evaluasi total karna urusan pertahanan jantung mati hidup nya nkri buat masa panjang . Belli barang heli angkut aw 101 agusta mahal minta ampun lewat pintu belakang pula .. hasil nya anda liat heli aw 101 datang tidak lengkap siapa yg harus bertanggung jawap ?? ..pada tiarap broo .
BalasHapusTuuuu...yang komen paling atas.
HapusBtw kalo ga sibuk tolongin Pak Marsekal nyariin cargo doornya dong bro muarif...mosok heli SAR ngga punya cargo door sama hoist?
hoistnya dipake buat mancing maren kan haha!maklum ganti hobi om haha!
HapusBener juga ya...hoistnya kan bisa dipake buat narik turunin jetski ke kapal pesiar,hohoho.
HapusBobot jet ski kan ga sampe 200 kiloan...
mbisa..biiisaahhh ituw haha!
Hapustareek terus ampe maldives euy haha!
Hapusjelas jelas....pintu belakang itu ciri heli kepresidenan....kenapa malu malu????
BalasHapusSetuja, kembalikan fungsi asasinya aja. Bilang pak jokowi, ud terlanjur dibeliin jgn protes. 😋
HapusPintu belakang ? berarti nanti jokowi lewat pintu belakang gitu klo masuk ma keluar
Hapusmalu-malu??? namanya juge awewe kesayangan euy, heli plng cantik semata wayang dari halim haha!
Hapusmakanya namba lagi dong ahhh
@swandaru
HapusLah...semua heli aw-101 kan ekor putih alias heli VIP batalan pesanan india.
Tinggal dibuka2 aja artikel2 lama,siapa aja yang suka bohong...termasuk oknum dr pabrikan yg berkomentar diatas
Ralat...heli aw yang ready stok maksute
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSetelah hiruk pikuknya reda, cuma berakhir seperti kasus papa minta saham.....achhhh, semoga...
BalasHapusItu jg yang membuat saya prihatin bro.
HapusIt shows that definitely certain high rangking peopke still think fir their own profit.
HapusImagine when a war happened in Indonesia, no matter how good our soldiers but we will loose the war because of few people
Iya betul Pak Tatang....tapi media masih menyimpan rapi catatan ttg pejabat2 yg berbohong tentang heli ini,(celakanya yang bohong, suaranya lebih lantang)
HapusModernisasi TNI AU bergerak lambat, terlalu banyak pencitraan dan kepentingan pribadi bermain
Hapus