30 September 2017
Philippines Military during dynamic show (all photos : NewsTes)
Military delegation of the Republic of the Philippines visited the test site
Representatives of the military delegation of the Republic of the Philippines visited the range of the Far Eastern Higher Combined Arms Command School named before Marshal K.K. Rokossovsky of the Soviet Union.
During the dynamic show, the guests appreciated the capabilities of the T-72B3, BMP-2, BTR-82AM armored personnel carriers for overcoming barrier of the ditch, bridge and other obstacles on the route of the tank.
On the tactical sector of the training ground for the military of the Republic of the Philippines, the cadets showed an element of the training battle (unit in reconnaissance patrol) with the use of ATVs.
Then, the students of the Armed Forces of the Republic of the Philippines demonstrated to the servicemen of the Armed Forces of the Republic of the Philippines the firepower of small arms, in particular, the Kalashnikov machine guns, the Pecheneg, the SVD sniper rifle, the AGS-17/30 grenade launcher, the RPG-7B hand-held antitank grenade launcher and the RPG-18 "Fly".
(NewsTes)
30 September 2017
Sejumlah Alutsitsa Terbaru TNI AD Dipersiapkan untuk HUT TNI ke-72
30 September 2017
Tank Medium Pindad sudah menggunakan camo TNI AD (photo : defence.pk)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) kini sibuk mempersiapkan diri untuk peringatan HUT ke-72 yang rencananya digelar di Pelabuhan Indah Kiat, Cilegon, Banten. Tempat ini dipilih karena relatif dekat dengan Jakarta serta dapat dipakai untuk melakukan parade angkatan darat, laut, udara dan marinir. Parade alutsista ini tidak dilakukan setiap tahun dan tahun terakhir dilaksanakan adalah pada 2015 saat HUT TNI ke-70.
Howitzer gerak sendiri M109A4 (photo : defence.pk)
Pada peringatan kali ini TNI akan mengerahkan seluruh kekuatan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) untuk Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Korps Marinir yang diaplikasikan dalam bentuk demonstrasi latihan gabungan TNI dan kemampuan keterampilan prajurit TNI.
Arisgator - varian amfibi rantsi M113 (photo : defence.pk)
Adapun untuk TNI Angkatan Darat, alutsista yang baru datang dan belum pernah ikut parade atau muncul ke publik adalah tank Leopard 2 RI, tank medium Pindad, Arisgator, howitzer M109, kendaraan lapis baja Pandur II, sistem rudal Starstreak dan helikopter ringan Fennec.
Pandur II 8x8 varian dengan meriam 105 mm (photo : defence.pk)
Howitzer yang baru bergabung di TNI AD adalah howitzer swagerak beroda rantai jenis M109 Paladin yang telah datang sebanyak 18 unit. Kendaraan tempur howitzer dengan kaliber 155mm buatan AS ini diperoleh dari Angkatan Darat Belgia dengan jenis M109A4.
Tank tempur utama Leopard 2 RI (photo : Yonkav8)
Satuan Penerbad tidak ketinggalan akan tampil dengan helikopter terbarunya yaitu AS550 Fennec. 12 heli intai dan serang ringan ini telah dibeli untuk TNI AD dan akan disebar ke 3 skuadron Penerbad. Heli AH-64E Apache Guardian meskipun sudah tes terbang beberapa bulan lalu namun belum dapat bergabung pada parade kali ini.
P6 all terrain attack vehicle (photo : Gemuk)
Alusista yang baru dari Kopassus adalah kendaraan taktis P-6 ATAV buatan PT SSE dan Sanca buatan Pindad. Kendaraan MRAP Sanca ini pernah ditampilkan pada HUT yang lalu walaupun masih build up buatan Thales Australia. Mungkin saja ada kejutan kendaraan taktis lain dalam parade kali ini, kita tunggu saja.
(Defense Studies)
Tank Medium Pindad sudah menggunakan camo TNI AD (photo : defence.pk)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) kini sibuk mempersiapkan diri untuk peringatan HUT ke-72 yang rencananya digelar di Pelabuhan Indah Kiat, Cilegon, Banten. Tempat ini dipilih karena relatif dekat dengan Jakarta serta dapat dipakai untuk melakukan parade angkatan darat, laut, udara dan marinir. Parade alutsista ini tidak dilakukan setiap tahun dan tahun terakhir dilaksanakan adalah pada 2015 saat HUT TNI ke-70.
Howitzer gerak sendiri M109A4 (photo : defence.pk)
Sebelumnya Panglima TNI menyampaikan bahwa kegiatan HUT ke-72 TNI bukan hanya kegiatan seremonial tahunan namun sebagai bentuk laporan pertanggung jawaban kepada Presiden RI selaku Panglima Tertinggi dan seluruh masyarakat Indonesia tentang kesiapan Alutsista TNI termasuk yang terbaru dan performa prajurit TNI, sehingga bangsa Indonesia dapat melihat secara langsung kekuatan TNI saat ini.
Howitzer gerak sendiri M109A4 (photo : defence.pk)
Pada peringatan kali ini TNI akan mengerahkan seluruh kekuatan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) untuk Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Korps Marinir yang diaplikasikan dalam bentuk demonstrasi latihan gabungan TNI dan kemampuan keterampilan prajurit TNI.
Arisgator - varian amfibi rantsi M113 (photo : defence.pk)
Adapun untuk TNI Angkatan Darat, alutsista yang baru datang dan belum pernah ikut parade atau muncul ke publik adalah tank Leopard 2 RI, tank medium Pindad, Arisgator, howitzer M109, kendaraan lapis baja Pandur II, sistem rudal Starstreak dan helikopter ringan Fennec.
Arisgator latihan berenang (photo : defence.pk)
TNI AD memiliki 103 tank tempur utama Leopard 2 yang dibeli dari Jerman, MBT ini datang dalam 2 tipe yaitu 61 unit Leopard 2 Revolution (Leopard 2 RI) dan 42 unit Leopard 2 A4. Pada parade 2015 lalu yang tampil adalah Leopard 2A4, kali ini Leopard 2RI akan turut ditampilkan.
Howitzer yang baru bergabung di TNI AD adalah howitzer swagerak beroda rantai jenis M109 Paladin yang telah datang sebanyak 18 unit. Kendaraan tempur howitzer dengan kaliber 155mm buatan AS ini diperoleh dari Angkatan Darat Belgia dengan jenis M109A4.
Pandur II 8x8 varian IFV latihan berenang (photo : defence.pk)
Kendaraan taktsi Arisgator yang merupakan varian amfibi dari M-113 juga dipastikan akan mengikuti parade kali ini. Rantis yang modifikasinya dilakukan oleh perusahaan Italia yang baru datang 5 unit ini sekarang sedang berlatih untuk berenang karena akan bertugas di Batalyon Infanteri Mekanis khusus untuk penugasan di Ralasuntai (rawa, laut, sungai dan pantai).
Helikopter AS550 Fennec (photo : aswin mochamad)
Kendaraan lapis baja lainnya adalah Pandur II, kendaraan beroda 8x8 buatan Ceko ini akan dipakai oleh Batalyon Kavaleri (dengan kanon 105mm) dan Infanteri Mekanis (dengan kanon 30mm). Kendaraan yang baru datang 4 unit ini mempunyai kemampuan amfibi dan menjelang upacara kendaraan ini juga berlatih untuk berenang.
Sistem rudal pertahanan udara Startreak (photo : Restu Tri)
Untuk satuan arileri pertahanan udara (Arhanud) alutsista terbarunya tidak lain adalah sistem rudal Starstreak buatan Inggris. Rudal berpemandu laser ini akan melengkapi Batalyon Arhanudse (artileri pertahanan udara sedang) TNI AD. Versi mobile sitem ini menggunakan platform kendaraan Land Rover dan Uro Vamtac. Beberapa waktu yang lalu sistem rudal ini diuji coba di pantai selatan Jawa.
Satuan Penerbad tidak ketinggalan akan tampil dengan helikopter terbarunya yaitu AS550 Fennec. 12 heli intai dan serang ringan ini telah dibeli untuk TNI AD dan akan disebar ke 3 skuadron Penerbad. Heli AH-64E Apache Guardian meskipun sudah tes terbang beberapa bulan lalu namun belum dapat bergabung pada parade kali ini.
P6 all terrain attack vehicle (photo : Gemuk)
Alusista yang baru dari Kopassus adalah kendaraan taktis P-6 ATAV buatan PT SSE dan Sanca buatan Pindad. Kendaraan MRAP Sanca ini pernah ditampilkan pada HUT yang lalu walaupun masih build up buatan Thales Australia. Mungkin saja ada kejutan kendaraan taktis lain dalam parade kali ini, kita tunggu saja.
(Defense Studies)
MBDA Partners Cablex on MMP for LAND 400 Missile Systems
30 September 2017
Anti-tank guided weapon equipped on MMP will be proposed for LAND 400 Phase 2 project (photo : Deagel)
Victorian company partners with LAND 400 missile systems hopeful
European arms manufacturer MBDA has signed a memorandum of understanding with a Victorian company, as the manufacturer looks to get its latest anti-tank guided weapon MMP on the LAND 400 Phase 2 project.
MBDA's agreement with defence electrical systems and C4I provider Cablex will see the two companies work together to explore global supply chain opportunities, initially with MMP, and longer term on a wide range of capabilities relevant to Australia.
"I am delighted that MBDA has been able to partner with an award-winning company like Cablex," MBDA Australia managing director Andy Watson said.
“Our latest product, MMP, is the only fifth generation anti-tank guided weapon (ATGW) in production and is designed for both dismounted firing post and vehicle launch.
“But it is not just about the missile. We supply all the elements needed to integrate the weapon into the system and I see Cablex as a key supplier."
Watson said the company is confident the MMP could be used on a variety of Australian defence platforms, and partnering with companies like Cablex ensures a strong Australian industrial capability (AIC).
“MMP could be the missile of choice across a range of platforms for the Australian Defence Force and it is absolutely vital to have local companies like Cablex on board to realise this possibility," he said.
“MBDA’s approach to Australian industrial capability is based on two principles: ensuring the Commonwealth has the highest level of operational independence and sovereignty in its use of the missile, and generating real opportunities for Australian industry.
"Our vision is for MMP to become the first missile that is built, maintained and evolved in Australia, and this provides opportunities across a wide range of technologies to enter our global supply chain."
Cablex chief executive Michael Zimmer said he is excited to be partnering with MBDA on international programs and looking forward to a long-term relationship supporting the aerospace and defence industrial sectors.
The MoU with Cablex follows MBDA's recent announcement of an agreement with Ferra Engineering of Queensland and is one of a number of agreements with Australian companies expected to be completed over the coming weeks.
(DefenceConnect)
Anti-tank guided weapon equipped on MMP will be proposed for LAND 400 Phase 2 project (photo : Deagel)
Victorian company partners with LAND 400 missile systems hopeful
European arms manufacturer MBDA has signed a memorandum of understanding with a Victorian company, as the manufacturer looks to get its latest anti-tank guided weapon MMP on the LAND 400 Phase 2 project.
MBDA's agreement with defence electrical systems and C4I provider Cablex will see the two companies work together to explore global supply chain opportunities, initially with MMP, and longer term on a wide range of capabilities relevant to Australia.
"I am delighted that MBDA has been able to partner with an award-winning company like Cablex," MBDA Australia managing director Andy Watson said.
“Our latest product, MMP, is the only fifth generation anti-tank guided weapon (ATGW) in production and is designed for both dismounted firing post and vehicle launch.
“But it is not just about the missile. We supply all the elements needed to integrate the weapon into the system and I see Cablex as a key supplier."
Watson said the company is confident the MMP could be used on a variety of Australian defence platforms, and partnering with companies like Cablex ensures a strong Australian industrial capability (AIC).
“MMP could be the missile of choice across a range of platforms for the Australian Defence Force and it is absolutely vital to have local companies like Cablex on board to realise this possibility," he said.
“MBDA’s approach to Australian industrial capability is based on two principles: ensuring the Commonwealth has the highest level of operational independence and sovereignty in its use of the missile, and generating real opportunities for Australian industry.
"Our vision is for MMP to become the first missile that is built, maintained and evolved in Australia, and this provides opportunities across a wide range of technologies to enter our global supply chain."
Cablex chief executive Michael Zimmer said he is excited to be partnering with MBDA on international programs and looking forward to a long-term relationship supporting the aerospace and defence industrial sectors.
The MoU with Cablex follows MBDA's recent announcement of an agreement with Ferra Engineering of Queensland and is one of a number of agreements with Australian companies expected to be completed over the coming weeks.
(DefenceConnect)
29 September 2017
Pesawat Rancangan BJ Habibie R80 Siap Diproduksi Massal di 2024
29 September 2017
Miniatur Pesawat Terbang R80 yang dipamerkan pada Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Habibie Festival 2017 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat (photo : Kompas)
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Regio Aviasi Industri menyatakan siap memproduksi massal pesawat rancangan Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie pada tahun 2024 mendatang.
Adapun PT Regio Aviasi Industri merupakan perusahaan bentukan BJ Habibie bersama dengan putranya, Ilham Habibie.
Presiden Direktur PT Regio Aviasi Industri (RAI), Agung Nugroho mengatakan, saat ini pihaknya telah menyelesaikan tahapan desain awal pesawat R80 yang mampu mengangkut 80 penumpang.
"Kami saat ini sudah menyelesaikan tahap preliminary design, dan sedang mempersiapkan tahap selanjutnya yang kami sebut dengan full scale development, atau pengembangan skala penuh," ujar Agung di Kediaman BJ Habibie, Patra Kuningan, Jakarta, Kamis (28/9/2017).
Agung menjelaskan, tahapan pengembangan skala penuh adalah dengan membuat pesawat ukuran sesungguhnya, hal ini dilakukan agar bisa dilaksanakan pengujian secara langsung baik di darat maupun udara.
"Kami membuat pesawat dalam skala sesungguhnya, untuk diuji secara langsung. Kami merencanakan membuat empat pesawat, dua untuk diterbangkan, dan dua pesawat untuk diuji di darat," jelasnya.
Agung menjelaskan, setelah pengembangan prototype selesai, pesawat rancangan BJ Habibie akan memasuki tahapan untuk mendapatkan sertifikat dari Kementerian Perhubungan dan kemudian bisa diproduksi massal.
Menurutnya, jika telah berhasil diproduksi massal pada tahun 2024, maka tahun berikutnya pesawat R80 sudah dijual kepada pasar di 2025 mendatang.
"Pengembangan butuh kira-kira 6 tahun, untuk terbang sampai dilanjutkan dengan pengujian dua tahun untuk entry service, artinya kami sudah bisa mulai jualan 2025," papar Agung.
Namun demikian, Agung menegaskan, pada tahap awal RAI akan bekerja sama dengan akan PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) sebelum fasilitas produksi milik RAI berhasil dibangun di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Jawa Barat.
"Itu planning kami Prototype dibuat sampai assembly di PTDI. Kalau Kertajati siap ya produksinya sudah bisa di Kertajati. Kalau belum siap di PTDI sampai flight test selesai," jelasnya.
Hingga saat ini sudah ada beberapa maskapau dalam negeri yang menyatakan minatnya untuk menggunakan pesawat R80 rancangan BJ Habibie.
Adapun maskapai tersebut, antara lain Kalstar, Nam Air, Trigana Air, dan Aviastar hingga 155 unit. "Ada empat, belum ada yang baru. Masih empat itu, untuk 155 unit pesawat," pungkas Agung.
(Kompas)
Miniatur Pesawat Terbang R80 yang dipamerkan pada Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Habibie Festival 2017 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat (photo : Kompas)
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Regio Aviasi Industri menyatakan siap memproduksi massal pesawat rancangan Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie pada tahun 2024 mendatang.
Adapun PT Regio Aviasi Industri merupakan perusahaan bentukan BJ Habibie bersama dengan putranya, Ilham Habibie.
Presiden Direktur PT Regio Aviasi Industri (RAI), Agung Nugroho mengatakan, saat ini pihaknya telah menyelesaikan tahapan desain awal pesawat R80 yang mampu mengangkut 80 penumpang.
"Kami saat ini sudah menyelesaikan tahap preliminary design, dan sedang mempersiapkan tahap selanjutnya yang kami sebut dengan full scale development, atau pengembangan skala penuh," ujar Agung di Kediaman BJ Habibie, Patra Kuningan, Jakarta, Kamis (28/9/2017).
Agung menjelaskan, tahapan pengembangan skala penuh adalah dengan membuat pesawat ukuran sesungguhnya, hal ini dilakukan agar bisa dilaksanakan pengujian secara langsung baik di darat maupun udara.
"Kami membuat pesawat dalam skala sesungguhnya, untuk diuji secara langsung. Kami merencanakan membuat empat pesawat, dua untuk diterbangkan, dan dua pesawat untuk diuji di darat," jelasnya.
Agung menjelaskan, setelah pengembangan prototype selesai, pesawat rancangan BJ Habibie akan memasuki tahapan untuk mendapatkan sertifikat dari Kementerian Perhubungan dan kemudian bisa diproduksi massal.
Menurutnya, jika telah berhasil diproduksi massal pada tahun 2024, maka tahun berikutnya pesawat R80 sudah dijual kepada pasar di 2025 mendatang.
"Pengembangan butuh kira-kira 6 tahun, untuk terbang sampai dilanjutkan dengan pengujian dua tahun untuk entry service, artinya kami sudah bisa mulai jualan 2025," papar Agung.
Namun demikian, Agung menegaskan, pada tahap awal RAI akan bekerja sama dengan akan PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) sebelum fasilitas produksi milik RAI berhasil dibangun di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Jawa Barat.
"Itu planning kami Prototype dibuat sampai assembly di PTDI. Kalau Kertajati siap ya produksinya sudah bisa di Kertajati. Kalau belum siap di PTDI sampai flight test selesai," jelasnya.
Hingga saat ini sudah ada beberapa maskapau dalam negeri yang menyatakan minatnya untuk menggunakan pesawat R80 rancangan BJ Habibie.
Adapun maskapai tersebut, antara lain Kalstar, Nam Air, Trigana Air, dan Aviastar hingga 155 unit. "Ada empat, belum ada yang baru. Masih empat itu, untuk 155 unit pesawat," pungkas Agung.
(Kompas)
Simple Upgrades Bring Strength to Vietnam's PT-76
29 September 2017
The PT-76 light tank of Vietnam with a laser rangefinder attached to the main gun (photo : BaoDatViet)
PT-76 amphibious tanks are still in great numbers in the armored and armored units as well as naval forces in Vietnam.
Although still believed and used in a good way, the PT-76 is unlikely to meet all the requirements of the war. Modern in terms of mobility, level of protection, and especially firepower, so the need for upgrades has become imperative.
As the manufacturer's position, the Russian defense industry has made several modifications to the PT-76 light tank modernization, focusing on replacing the 76 mm D-56T main gun mm by 57 mm automatic cannon.
One of the most believable designs is the AU-220M Turret, thanks to the modular construction that easily integrates into the PT-76 chassis while not having to change the layout too much.
But another issue that arises with the AU-220M turret is that its cost is greater than the tank itself, which does not take advantage of the 76 mm bullets that are still present in the repositories. Moreover, the maneuverability and protection of the armor has not changed.
Similar equipment has been deployed on the T-55M3 main battle tank upgrade package of Vietnam (photo : BaoDatViet)
Due to the end of life, prepared to be replaced by a more modern one, so in the next few steps, it should be possible to upgrade slightly so that the PT-76 can better meet the requirements of the task.
The simplest solution was to equip the PT-76 with a "box" similar to that of the upgraded T-54/55 tank, camera in the car.
The simple, inexpensive way to take advantage of the survivability of 76 mm mortars while providing outstanding combat capability for the PT-76.
More importantly, the device is Vietnam's master of production technology, will save a lot of foreign currency compared to buying from abroad, and we also own the process of upgrading 100%, thereby keeping The absolute secret of the effect.
(BaoDatViet)
The PT-76 light tank of Vietnam with a laser rangefinder attached to the main gun (photo : BaoDatViet)
PT-76 amphibious tanks are still in great numbers in the armored and armored units as well as naval forces in Vietnam.
Although still believed and used in a good way, the PT-76 is unlikely to meet all the requirements of the war. Modern in terms of mobility, level of protection, and especially firepower, so the need for upgrades has become imperative.
As the manufacturer's position, the Russian defense industry has made several modifications to the PT-76 light tank modernization, focusing on replacing the 76 mm D-56T main gun mm by 57 mm automatic cannon.
One of the most believable designs is the AU-220M Turret, thanks to the modular construction that easily integrates into the PT-76 chassis while not having to change the layout too much.
But another issue that arises with the AU-220M turret is that its cost is greater than the tank itself, which does not take advantage of the 76 mm bullets that are still present in the repositories. Moreover, the maneuverability and protection of the armor has not changed.
Similar equipment has been deployed on the T-55M3 main battle tank upgrade package of Vietnam (photo : BaoDatViet)
Due to the end of life, prepared to be replaced by a more modern one, so in the next few steps, it should be possible to upgrade slightly so that the PT-76 can better meet the requirements of the task.
The simplest solution was to equip the PT-76 with a "box" similar to that of the upgraded T-54/55 tank, camera in the car.
The simple, inexpensive way to take advantage of the survivability of 76 mm mortars while providing outstanding combat capability for the PT-76.
More importantly, the device is Vietnam's master of production technology, will save a lot of foreign currency compared to buying from abroad, and we also own the process of upgrading 100%, thereby keeping The absolute secret of the effect.
(BaoDatViet)
Lanud Tarakan akan Jadi Home Base Kekuatan Tempur
29 September 2017
Pesawat Su-27 di Lanud Tarakan (photo : Laraspost)
Pangkoopsau II Lirik Tarakan
PROKAL.CO, TARAKAN – Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Tarakan ke depannya akan dijadikan sebagai salah satu home base mendukung kegiatan operasi wilayah perbatasan.
Menurut Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) II Marsekal Muda (Marsda) TNI Yadi Indrayadi Sutanandika di sela kunjungan kerjanya ke Lanud Tarakan, Selasa (26/9), posisi Tarakan strategis karena berada di perbatasan Indonesia, serta ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai.
“Di sini karena berada di perbatasan, ke depan harapan saya di sini menjadi salah satu home base kekuatan tempur,” ujarnya.
Dengan begitu, ke depannya akan dilengkapi dengan alutsista canggih seperti pesawat tempur, helikopter, serta peralatan perang lain. Selain itu, juga akan dilakukan perluasan apron agar bisa menampung lebih banyak pesawat tempur.
Melihat area Lanud Tarakan, Yadi menyatakan memungkinkan untuk dilakukan perluasan, karena masih ada lahan kosong yang bisa dimanfaatkan. Sarana lain yang perlu juga diadakan, kata Yadi, adalah radar pengintai, walaupun sudah ada Satuan Radar di Tarakan. Sementara untuk mendukung kekuatan tempur, secara otomatis penambahan pasukan juga akan dilakukan.
Namun, lulusan Akademi TNI AU tahun 1986 ini belum bisa memastikan realisasinya. Menurutnya, semua tergantung juga dukungan rakyat melalui pajak pembangunan yang disetor ke pemerintah.
Dia juga salut dengan Pemerintah Provinsi Kaltara maupun Pemerintah Kota Tarakan yang sudah mendukung kehadiran Lanud Tarakan dengan menyiapkan lahan, serta dukungan lain.
Sebelumnya, Lanud Tarakan sering dijadikan lokasi untuk latihan operasi militer yang dilakukan TNI AU. Dengan menyiagakan sejumlah pesawat tempur baik Sukhoi maupun jenis jet tempur lain.
(ProKal)
Pesawat Su-27 di Lanud Tarakan (photo : Laraspost)
Pangkoopsau II Lirik Tarakan
PROKAL.CO, TARAKAN – Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Tarakan ke depannya akan dijadikan sebagai salah satu home base mendukung kegiatan operasi wilayah perbatasan.
Menurut Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) II Marsekal Muda (Marsda) TNI Yadi Indrayadi Sutanandika di sela kunjungan kerjanya ke Lanud Tarakan, Selasa (26/9), posisi Tarakan strategis karena berada di perbatasan Indonesia, serta ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai.
“Di sini karena berada di perbatasan, ke depan harapan saya di sini menjadi salah satu home base kekuatan tempur,” ujarnya.
Dengan begitu, ke depannya akan dilengkapi dengan alutsista canggih seperti pesawat tempur, helikopter, serta peralatan perang lain. Selain itu, juga akan dilakukan perluasan apron agar bisa menampung lebih banyak pesawat tempur.
Melihat area Lanud Tarakan, Yadi menyatakan memungkinkan untuk dilakukan perluasan, karena masih ada lahan kosong yang bisa dimanfaatkan. Sarana lain yang perlu juga diadakan, kata Yadi, adalah radar pengintai, walaupun sudah ada Satuan Radar di Tarakan. Sementara untuk mendukung kekuatan tempur, secara otomatis penambahan pasukan juga akan dilakukan.
Namun, lulusan Akademi TNI AU tahun 1986 ini belum bisa memastikan realisasinya. Menurutnya, semua tergantung juga dukungan rakyat melalui pajak pembangunan yang disetor ke pemerintah.
Dia juga salut dengan Pemerintah Provinsi Kaltara maupun Pemerintah Kota Tarakan yang sudah mendukung kehadiran Lanud Tarakan dengan menyiapkan lahan, serta dukungan lain.
Sebelumnya, Lanud Tarakan sering dijadikan lokasi untuk latihan operasi militer yang dilakukan TNI AU. Dengan menyiagakan sejumlah pesawat tempur baik Sukhoi maupun jenis jet tempur lain.
(ProKal)
28 September 2017
AV-8 Gempita Sedang Diuji Nilai di Timur Tengah
28 September 2017
AV-8 Gempita saat uji coba di Timur Tengah (photo : MMP)
Deftech dan FNSS telah pun berberapa bulan menghantar Gempita untuk menjalani trial di padang pasir.
Tersebar di Internet sebuah Gempita dengan warna Desert sedang diuji nilai. AV-8 ini pernah di pertontonkan dalam barisan varian keluarga Gempita sebelum ini.
Uji nilai ini belum tentu menghasilkan jualan tetapi pada MMP ini membuktikan AV-8 Gempita mampu dieksport keluar oleh Deftech dan FNSS.
(MMP)
AV-8 Gempita saat uji coba di Timur Tengah (photo : MMP)
Deftech dan FNSS telah pun berberapa bulan menghantar Gempita untuk menjalani trial di padang pasir.
Tersebar di Internet sebuah Gempita dengan warna Desert sedang diuji nilai. AV-8 ini pernah di pertontonkan dalam barisan varian keluarga Gempita sebelum ini.
Uji nilai ini belum tentu menghasilkan jualan tetapi pada MMP ini membuktikan AV-8 Gempita mampu dieksport keluar oleh Deftech dan FNSS.
(MMP)
KRI Bima Suci Melintasi Laut Mediterania
28 September 2017
KRI Bima Suci (photo : Keris)
KRI Bima Suci yang saat ini tengah melaksanakan pelayaran Satgas Kartika Jala Krida (KJK) sedang melintasi laut mediterania dalam perjalanannya dari Vigo Spanyol menuju Indonesia dengan Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke – 64.
Sebanyak 119 Taruna AAL melaksanakan praktek layar dan pengenalan di KRI Bima Suci. Kegiatan ini dilakukan setelah pelaksanaan apel pagi di geladak tengah KRI Bima Suci yang diarahkan langsung oleh Mayor Laut (P) Sugeng Harianto selaku Kepala Departemen Senjata dan Bahari (Kadepsenbah) KRI Bima Suci.
Dalam kesempatan ini Kadepsenbah yang dibantu oleh tim dari Freire yaitu galangan yang membantu pengerjaan kapal KRI Bima Suci, memberikan penjelasan terkait pengenalan Tali, tiang dan layar terutama bagaimana cara penggunaan tali untuk penarikan layar dan fungsi layar yang akan dibentangkan di setiap tiang yang ada pada kapal latih terbaru milik TNI AL ini.
KRI Bima Suci (photo : cx9aaw)
Larksen salah satu anggota dari Freire yang ikut dalam pelayaran KRI Bima Suci menuju Italy turut menjelaskan bahwa ada beberapa peranan yang harus diperankan dalam membentangkan tali, diantaranya tim penarik yang berfungsi menahan tali agar tidak tersapu terjangan angin, selanjutnya ada stopper yang berperan untuk memastikan bahwa tali tetap dapat dijangkau untuk diikat sesuai kebutuhan, kemudian yang terakhir mark man yang berperan memutar tali pada tuas yang tersedia di KRI Bima suci agar layar berkembang sesuai dengan arah angin yang ditentukan.
“Dalam hal ini tentunya diperlukan keseriusan oleh para taruna, dalam membentangkan layar harus dapat menentukan arah angin yang di terima demi lancarnya pelayaran KRI Bima Suci” ujar Mayor Laut (P) Sugeng Harianto.
(TNI AL)
KRI Bima Suci (photo : Keris)
KRI Bima Suci yang saat ini tengah melaksanakan pelayaran Satgas Kartika Jala Krida (KJK) sedang melintasi laut mediterania dalam perjalanannya dari Vigo Spanyol menuju Indonesia dengan Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke – 64.
Sebanyak 119 Taruna AAL melaksanakan praktek layar dan pengenalan di KRI Bima Suci. Kegiatan ini dilakukan setelah pelaksanaan apel pagi di geladak tengah KRI Bima Suci yang diarahkan langsung oleh Mayor Laut (P) Sugeng Harianto selaku Kepala Departemen Senjata dan Bahari (Kadepsenbah) KRI Bima Suci.
Dalam kesempatan ini Kadepsenbah yang dibantu oleh tim dari Freire yaitu galangan yang membantu pengerjaan kapal KRI Bima Suci, memberikan penjelasan terkait pengenalan Tali, tiang dan layar terutama bagaimana cara penggunaan tali untuk penarikan layar dan fungsi layar yang akan dibentangkan di setiap tiang yang ada pada kapal latih terbaru milik TNI AL ini.
KRI Bima Suci (photo : cx9aaw)
Larksen salah satu anggota dari Freire yang ikut dalam pelayaran KRI Bima Suci menuju Italy turut menjelaskan bahwa ada beberapa peranan yang harus diperankan dalam membentangkan tali, diantaranya tim penarik yang berfungsi menahan tali agar tidak tersapu terjangan angin, selanjutnya ada stopper yang berperan untuk memastikan bahwa tali tetap dapat dijangkau untuk diikat sesuai kebutuhan, kemudian yang terakhir mark man yang berperan memutar tali pada tuas yang tersedia di KRI Bima suci agar layar berkembang sesuai dengan arah angin yang ditentukan.
“Dalam hal ini tentunya diperlukan keseriusan oleh para taruna, dalam membentangkan layar harus dapat menentukan arah angin yang di terima demi lancarnya pelayaran KRI Bima Suci” ujar Mayor Laut (P) Sugeng Harianto.
(TNI AL)
27 September 2017
Australia Completes Amphibious Exercise with Timor Leste
27 September 2017
An Australian amphibious assault ship has completed an amphibious dispatch operation of deployable medical equipment, including a mobile hospital, to Timor-Leste. Payload further demonstrates the range of humanitarian assistance operations that can be undertaken by the platform (photo : Aus DoD)
Australia further flexes HADR capabilities in exercise with Timor-Leste
In a further demonstration of the Canberra class’ humanitarian assistance and disaster relief (HADR) capabilities, the Royal Australian Navy (RAN) has completed an amphibious delivery operation of rapidly deployable medical equipment via the platform to Timor-Leste.
The equipment was delivered to the capital city of Dili via three LCM-1E amphibious mechanised landing craft operated from the RAN’s second Canberra-class amphibious assault ship (LHD), HMAS Adelaide .
The operation was conducted as part of ‘Indo-Pacific Endeavour 2017’, which is a series of military exercises that the Australian Defence Force (ADF) is conducting with regional partners from 4 September to 26 November.
The operation’s payload included a mobile hospital that will be used in a separate annual multinational engineering exercise to be held in the country in October 2017, said the Australian Department of Defence (DoD) in a statement released on 23 September.
“Delivering these supplies to Dili is a great opportunity for ‘Indo-Pacific Endeavour 2017’ to demonstrate HMAS Adelaide ’s amphibious capability and the humanitarian assistance and medical capability the ADF brings to the region,” said Captain Jonathan Earley, Commander of the Australian Defence Force’s (ADF’s) Joint Task Group 661.
While the operation was in progress, the Adelaide (Oliver Hazard Perry)-class guided-missile frigate HMAS Darwin , and the Anzac (Meko 200)-class ship of a similar type, HMAS Toowoomba , provided support to the LHD in the background, the department added.
(Jane's)
An Australian amphibious assault ship has completed an amphibious dispatch operation of deployable medical equipment, including a mobile hospital, to Timor-Leste. Payload further demonstrates the range of humanitarian assistance operations that can be undertaken by the platform (photo : Aus DoD)
Australia further flexes HADR capabilities in exercise with Timor-Leste
In a further demonstration of the Canberra class’ humanitarian assistance and disaster relief (HADR) capabilities, the Royal Australian Navy (RAN) has completed an amphibious delivery operation of rapidly deployable medical equipment via the platform to Timor-Leste.
The equipment was delivered to the capital city of Dili via three LCM-1E amphibious mechanised landing craft operated from the RAN’s second Canberra-class amphibious assault ship (LHD), HMAS Adelaide .
The operation was conducted as part of ‘Indo-Pacific Endeavour 2017’, which is a series of military exercises that the Australian Defence Force (ADF) is conducting with regional partners from 4 September to 26 November.
The operation’s payload included a mobile hospital that will be used in a separate annual multinational engineering exercise to be held in the country in October 2017, said the Australian Department of Defence (DoD) in a statement released on 23 September.
“Delivering these supplies to Dili is a great opportunity for ‘Indo-Pacific Endeavour 2017’ to demonstrate HMAS Adelaide ’s amphibious capability and the humanitarian assistance and medical capability the ADF brings to the region,” said Captain Jonathan Earley, Commander of the Australian Defence Force’s (ADF’s) Joint Task Group 661.
While the operation was in progress, the Adelaide (Oliver Hazard Perry)-class guided-missile frigate HMAS Darwin , and the Anzac (Meko 200)-class ship of a similar type, HMAS Toowoomba , provided support to the LHD in the background, the department added.
(Jane's)
Indonesia-Malaysia Gelar Latihan Militer Gabungan
27 September 2017
LATIHAN MILITER: Tentara dari satuan Batalion Ke 11 Rejimen Askar Melayu DiRaja saat tiba di Tarakan, Senin (photo : Prokal)
PROKAL.CO, TARAKAN – Sebanyak 130 personel Batalion ke-11 Rejimen Askar Melayu DiRaja tiba di Tarakan dengan menggunakan pesawat Royal Malaysian Air Force sekitar pukul 11.26 Wita, Senin (25/9).
Kedatangan tentara asal negeri Jiran kali ini dalam rangka latihan militer bersama dengan Yonif Raider 613 Raja Alam, yang dimulai pada tanggal 25 September hingga 7 Oktober.
Komandan Brigade Infanteri 24/Bulungan Cakti (Danbrigif 24/BC) Letnan Kolonel (Letkol) Inf Jones Sasmita Muliawan mengatakan, dalam latihan milter bersama ini nantinya akan dilakukan pertukaran teknik dan taktik militer antara kedua negara.
“Jumlah personil yang akan mengikuti latihan militer bersama kali ini berjumlah 260 personil, 130 personil dari Batalion Ke 11 Rejimen Askar Melayu DiRaja dan 130 personil dari Yonif Raider 613 Raja Alam, selain itu ada juga personil pendukung yang terlibat dalam latihan militer kali ini,” ungkapnya.
Jones mengungkapkan dalam latihan militer bersama kali ini, akan dilakukan latihan simulasi serangan militer di wilayah pemukiman penduduk.
“Nanti akan ada simulasi latihan militer di pemukiman penduduk, untuk tempat latihan akan di lakukan di Kompi C dan Kelurahan Juata Laut,” tuturnya.
Dirinya menampik bahwa latihan militer bersama dengan negara Malaysia ini berkaitan dengan memanasnya situasi di Filipina, di mana militer Filipina sedang berusaha menaklukan kelompok ISIS di Kota Marawi.
“Tidak ada kaitannya dengan itu, latihan militer bersama ini sudah menjadi agenda tahunan, tahun sebelumnya dilaksanakan di Kota Kuching, Sarawak, selain itu kegiatan ini juga sebagai salah satu cara mempererat kerja sama antara kedua negara,” ujarnya.
Terpisah Panglima 3 Briged Tentera Darat Diraja Malaysia (TDM) Brigjen Mohd Bustaman mengatakan, latihan militer bersama ini sudah dilakukan selama 41 tahun, tujuannya tidak lain untuk meningkatkan kekuatan tempur tentara.
“Personil yang kami bawa dari Batalion ke-11 Rejimen Askar Melayu DiRaja merupakan tentara infantri biasa, sehingga adanya latihan militer bersama Yonif Raider 613 Raja Alam yang kekuatannya tempurnya di atas tentara infantri, kami berharap mendapatkan tambahan ilmu dalam hal teknik dan taktik,” ujarnya.
Dirinya menyambut baik adanya simulasi militer di pemukiman penduduk yang akan dilakukan dalam latihan militer bersama kali ini, menurutnya hal ini perlu dilakukan sebagai antisipasi bila sewaktu-waktu ada ancaman yang terjadi di pemukiman penduduk.
“Kami sangat jarang melaksankan simulasi latihan militer di pemukiman penduduk, adanya simulasi latihan militer di pemukiman penduduk ini kami akan manfaatkan sebaik mungkin sebagai bekal untuk militer kami ketika menghadapi ancaman di pemukiman penduduk,” ujarnya.
Selama ini teknik pertempuran yang dilakukan oleh Malaysia lebih bersifat konvesional, yakni mengerahkan secara besar-besaran personil maupun alutsista untuk memenangkan sebuah perperangan.
“Simulasi yang dilakukan nanti lebih menitikberatkan ke mana kemampuan individu masing-masing personil dalam melumpuhkan musuh di wilayah pemukiman penduduk, sehingga kami berharap ada ilmu yang kami bawa untuk meningkatkan teknik dan taktik pertempuran kami,” pungkasnya.
(ProKal)
LATIHAN MILITER: Tentara dari satuan Batalion Ke 11 Rejimen Askar Melayu DiRaja saat tiba di Tarakan, Senin (photo : Prokal)
PROKAL.CO, TARAKAN – Sebanyak 130 personel Batalion ke-11 Rejimen Askar Melayu DiRaja tiba di Tarakan dengan menggunakan pesawat Royal Malaysian Air Force sekitar pukul 11.26 Wita, Senin (25/9).
Kedatangan tentara asal negeri Jiran kali ini dalam rangka latihan militer bersama dengan Yonif Raider 613 Raja Alam, yang dimulai pada tanggal 25 September hingga 7 Oktober.
Komandan Brigade Infanteri 24/Bulungan Cakti (Danbrigif 24/BC) Letnan Kolonel (Letkol) Inf Jones Sasmita Muliawan mengatakan, dalam latihan milter bersama ini nantinya akan dilakukan pertukaran teknik dan taktik militer antara kedua negara.
“Jumlah personil yang akan mengikuti latihan militer bersama kali ini berjumlah 260 personil, 130 personil dari Batalion Ke 11 Rejimen Askar Melayu DiRaja dan 130 personil dari Yonif Raider 613 Raja Alam, selain itu ada juga personil pendukung yang terlibat dalam latihan militer kali ini,” ungkapnya.
Jones mengungkapkan dalam latihan militer bersama kali ini, akan dilakukan latihan simulasi serangan militer di wilayah pemukiman penduduk.
“Nanti akan ada simulasi latihan militer di pemukiman penduduk, untuk tempat latihan akan di lakukan di Kompi C dan Kelurahan Juata Laut,” tuturnya.
Dirinya menampik bahwa latihan militer bersama dengan negara Malaysia ini berkaitan dengan memanasnya situasi di Filipina, di mana militer Filipina sedang berusaha menaklukan kelompok ISIS di Kota Marawi.
“Tidak ada kaitannya dengan itu, latihan militer bersama ini sudah menjadi agenda tahunan, tahun sebelumnya dilaksanakan di Kota Kuching, Sarawak, selain itu kegiatan ini juga sebagai salah satu cara mempererat kerja sama antara kedua negara,” ujarnya.
Terpisah Panglima 3 Briged Tentera Darat Diraja Malaysia (TDM) Brigjen Mohd Bustaman mengatakan, latihan militer bersama ini sudah dilakukan selama 41 tahun, tujuannya tidak lain untuk meningkatkan kekuatan tempur tentara.
“Personil yang kami bawa dari Batalion ke-11 Rejimen Askar Melayu DiRaja merupakan tentara infantri biasa, sehingga adanya latihan militer bersama Yonif Raider 613 Raja Alam yang kekuatannya tempurnya di atas tentara infantri, kami berharap mendapatkan tambahan ilmu dalam hal teknik dan taktik,” ujarnya.
Dirinya menyambut baik adanya simulasi militer di pemukiman penduduk yang akan dilakukan dalam latihan militer bersama kali ini, menurutnya hal ini perlu dilakukan sebagai antisipasi bila sewaktu-waktu ada ancaman yang terjadi di pemukiman penduduk.
“Kami sangat jarang melaksankan simulasi latihan militer di pemukiman penduduk, adanya simulasi latihan militer di pemukiman penduduk ini kami akan manfaatkan sebaik mungkin sebagai bekal untuk militer kami ketika menghadapi ancaman di pemukiman penduduk,” ujarnya.
Selama ini teknik pertempuran yang dilakukan oleh Malaysia lebih bersifat konvesional, yakni mengerahkan secara besar-besaran personil maupun alutsista untuk memenangkan sebuah perperangan.
“Simulasi yang dilakukan nanti lebih menitikberatkan ke mana kemampuan individu masing-masing personil dalam melumpuhkan musuh di wilayah pemukiman penduduk, sehingga kami berharap ada ilmu yang kami bawa untuk meningkatkan teknik dan taktik pertempuran kami,” pungkasnya.
(ProKal)
26 September 2017
China’s CH-5 UAV Conducts Live-Fire Trial with New Precision Weapon
26 September 2017
The China Aerospace Science and Technology Corporation integrated a new 80 kg precision guided missile on its Cai Hong 5 armed reconnaissance UAV. The latest test in northwestern China also enabled engineers to refine the CH-5's sensor systems as well as its payload release mechanisms (photo : Jane's)
China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) has successfully integrated and launched a new precision guided missile (PGM) on its Cai Hong 5 (Rainbow 5, or CH-5) strike-capable, medium-altitude long-endurance unmanned aerial vehicle (MALE UAV), Jane’s sources have confirmed.
The latest test was staged out of an undisclosed airport in the northwestern province of Gansu during the morning of 21 September, with CASC engineers successfully deploying a new 80 kg-class PGM – carrying a blast fragmentation warhead – via lock-on before launch (LOBL) targeting protocols from a production-model CH-5 at a launch altitude of 11,482 ft.
Further details of the new PGM were not disclosed, although it is understood that the latest effort also enabled engineers to further test and fine-tune the CH-5’s electro-optical/infrared (EO/IR) payload as well as its weapons targeting and rail-mounted payload release mechanisms.
“We demonstrated the CH-5’s ability to win the initiative in any battlefield with its reconnaissance and strike ability, and our latest success exemplifies the maturity of our advanced products,” a company spokesperson told Jane’s .
Company sources also revealed to Jane’s that the 45 kg-class AR-1 semi-active laser (SAL) anti-armour missile was successfully integrated and certified for delivery aboard the CH-5 in August.
(Jane's)
The China Aerospace Science and Technology Corporation integrated a new 80 kg precision guided missile on its Cai Hong 5 armed reconnaissance UAV. The latest test in northwestern China also enabled engineers to refine the CH-5's sensor systems as well as its payload release mechanisms (photo : Jane's)
China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) has successfully integrated and launched a new precision guided missile (PGM) on its Cai Hong 5 (Rainbow 5, or CH-5) strike-capable, medium-altitude long-endurance unmanned aerial vehicle (MALE UAV), Jane’s sources have confirmed.
The latest test was staged out of an undisclosed airport in the northwestern province of Gansu during the morning of 21 September, with CASC engineers successfully deploying a new 80 kg-class PGM – carrying a blast fragmentation warhead – via lock-on before launch (LOBL) targeting protocols from a production-model CH-5 at a launch altitude of 11,482 ft.
Further details of the new PGM were not disclosed, although it is understood that the latest effort also enabled engineers to further test and fine-tune the CH-5’s electro-optical/infrared (EO/IR) payload as well as its weapons targeting and rail-mounted payload release mechanisms.
“We demonstrated the CH-5’s ability to win the initiative in any battlefield with its reconnaissance and strike ability, and our latest success exemplifies the maturity of our advanced products,” a company spokesperson told Jane’s .
Company sources also revealed to Jane’s that the 45 kg-class AR-1 semi-active laser (SAL) anti-armour missile was successfully integrated and certified for delivery aboard the CH-5 in August.
(Jane's)
ST Kinetics Readies Bronco 3 for Production
26 September 2017
ST Kinetics Bronco 3 ATTC in the troop carrying role being put through its paces at Bovington, Dorset, southern England. The remote weapon station is not fitted with its machine gun. (photo : Jane's)
Singapore Technologies (ST) Kinetics has completed development of its latest Bronco 3 all-terrain tracked carrier (ATTC) and is ready to start production once a launch order has been secured, the company’s chief marketing officer Winston Toh has told Jane’s .
The original Bronco, now referred as Bronco 1, was developed to meet the operational requirements of the Singapore Armed Forces (SAF) with over 45 variants now deployed, most of these being fully amphibious. No production figures have been released but Jane’s understands that at least 730 have been built for the SAF.
To meet an urgent UK Urgent Operational Requirement (UOR) a new model was developed that is today called the Bronco 2, or Warthog in British Army service, with 115 built for deployment in Afghanistan to replace the Swedish BAE Systems Hagglunds BvS 10 ATTC.
The Warthog has a higher level of ballistic and mine protection but is not amphibious as this was not a UK requirement.
Further development resulted in the Bronco New Generation (Bronco NG) technology demonstrator, which benefited from ST Kinetics’ experience with the Bronco 1 and 2 programmes.
This resulted in the latest Bronco 3 ATTC of which two pre-production vehicles have been built by the company for potential customer demonstrations. The final design will be the baseline for all future production vehicles.
Bronco 3 is powered by a MTU diesel developing 325 hp coupled to an Allison 6-speed automatic transmission with Soucy International composite rubber tracks (CRT).
(Jane's)
ST Kinetics Bronco 3 ATTC in the troop carrying role being put through its paces at Bovington, Dorset, southern England. The remote weapon station is not fitted with its machine gun. (photo : Jane's)
Singapore Technologies (ST) Kinetics has completed development of its latest Bronco 3 all-terrain tracked carrier (ATTC) and is ready to start production once a launch order has been secured, the company’s chief marketing officer Winston Toh has told Jane’s .
The original Bronco, now referred as Bronco 1, was developed to meet the operational requirements of the Singapore Armed Forces (SAF) with over 45 variants now deployed, most of these being fully amphibious. No production figures have been released but Jane’s understands that at least 730 have been built for the SAF.
To meet an urgent UK Urgent Operational Requirement (UOR) a new model was developed that is today called the Bronco 2, or Warthog in British Army service, with 115 built for deployment in Afghanistan to replace the Swedish BAE Systems Hagglunds BvS 10 ATTC.
The Warthog has a higher level of ballistic and mine protection but is not amphibious as this was not a UK requirement.
Further development resulted in the Bronco New Generation (Bronco NG) technology demonstrator, which benefited from ST Kinetics’ experience with the Bronco 1 and 2 programmes.
This resulted in the latest Bronco 3 ATTC of which two pre-production vehicles have been built by the company for potential customer demonstrations. The final design will be the baseline for all future production vehicles.
Bronco 3 is powered by a MTU diesel developing 325 hp coupled to an Allison 6-speed automatic transmission with Soucy International composite rubber tracks (CRT).
(Jane's)
25 September 2017
RAPBN 2018 : Porsi Pinjaman untuk Alutsista Rp 15,2 Triliun
25 September 2017
Sigma 11514 sodoran baru dari Damen untuk kapal PKR (photo : Defense Studies)
Ini Rincian Alutsista yang Dibeli dari Utang
Jakarta - Pemerintah dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2018 telah menyediakan porsi penarikan pinjaman atau utang, untuk pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bagi Kementerian Pertahanan, dan alat material khusus (alumatsus) untuk Kepolisian Republik Indonesia.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara, mengatakan sumber utang tersebut berasal dari luar negeri dan dalam negeri.
"Ya kan ada yang alatnya dari luar dan dari dalam," kata Suahasil di Ruang Badan Anggaran (Banggar) DPR, Senayan, Jakarta, Senin (25/9/2017).
Dalam RAPBN 2018, pinjaman luar negeri negatif Rp 18,6 triliun, artinya pemerintah lebih besar membayar pokok pinjaman dibanding menarik pinjaman baru. Tahun depan, pemerintah akan melakukan penarikan pinjaman Rp 51,5 triliun dengan pembayaran cicilan Rp 70,1 triliun.
Penarikan pinjaman ini terdiri dari pinjaman tunai Rp 13,5 triliun, dan pinjaman proyek Rp 38,0 triliun. Pinjaman proyek ini dari pemerintah pusat Rp 27,2 triliun, diterushibahkan Rp 0,2 triliun, dan diteruspinjamkan Rp 10,6 triliun.
Kapal selam Type 214 (photo : defence.pk)
Dari pinjaman luar negeri tersebut, terdapat lima kementerian/lembaga terbesar pengguna utang luar negeri dengan total alokasi lebih dari 90%, antara lain seperti Kementerian Pertahanan Rp 11,7 triliun untuk alutsista, dan Kepolisian sebesar Rp 3,3 untuk alumatsus.
"Kalau beli dari luar kan buka L/C (letter of credit), bentuknya pinjaman. Kalau yang dari dalam, kan ada juga yang dari dalam, itu financing-nya dari bank lokal," jelas dia.
Alutsista yang dibeli
Utang luar negeri Rp 11,7 triliun untuk alutsista ini antara lain, Kapal PKR, ASW Helikopter, Korvet, Kapal Selam, Roket, pesawat Multipurpose Amphibious, rantis khusus Armed AVRMD dan AVFCU, radar GCI, dan Kapal Mine Counter Measure.
Sedangkan Rp 3,3 triliun untuk alumatsus yakni helikopter, labfor Mabes Polri, peralatan service, siskom di Indonesia bagian Timur yakni Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
Sedangkan pinjaman untuk pembelian alutsista dan alumatsus yang berasal dari dalam negeri sebesar negatif Rp 3,1 triliun, karena pemerintah melakukan penarikan pinjaman Rp 4,5 triliun dan melakukan pembayaran cicilan Rp 1,4 triliun.
Penarikan pinjaman yang totalnya Rp 4,5 triliun ini, sekitar Rp 3,5 triliun difokuskan oleh Kementerian Pertahanan untuk membiayai alutsista dan alumatsus yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri. Sedangkan untuk Kepolisian Rp 1 triliun, pemberi pinjaman dalam negeri adalah Bank BUMN dan BUMD.
(Detik)
Sigma 11514 sodoran baru dari Damen untuk kapal PKR (photo : Defense Studies)
Ini Rincian Alutsista yang Dibeli dari Utang
Jakarta - Pemerintah dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2018 telah menyediakan porsi penarikan pinjaman atau utang, untuk pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bagi Kementerian Pertahanan, dan alat material khusus (alumatsus) untuk Kepolisian Republik Indonesia.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara, mengatakan sumber utang tersebut berasal dari luar negeri dan dalam negeri.
"Ya kan ada yang alatnya dari luar dan dari dalam," kata Suahasil di Ruang Badan Anggaran (Banggar) DPR, Senayan, Jakarta, Senin (25/9/2017).
Dalam RAPBN 2018, pinjaman luar negeri negatif Rp 18,6 triliun, artinya pemerintah lebih besar membayar pokok pinjaman dibanding menarik pinjaman baru. Tahun depan, pemerintah akan melakukan penarikan pinjaman Rp 51,5 triliun dengan pembayaran cicilan Rp 70,1 triliun.
Penarikan pinjaman ini terdiri dari pinjaman tunai Rp 13,5 triliun, dan pinjaman proyek Rp 38,0 triliun. Pinjaman proyek ini dari pemerintah pusat Rp 27,2 triliun, diterushibahkan Rp 0,2 triliun, dan diteruspinjamkan Rp 10,6 triliun.
Kapal selam Type 214 (photo : defence.pk)
Dari pinjaman luar negeri tersebut, terdapat lima kementerian/lembaga terbesar pengguna utang luar negeri dengan total alokasi lebih dari 90%, antara lain seperti Kementerian Pertahanan Rp 11,7 triliun untuk alutsista, dan Kepolisian sebesar Rp 3,3 untuk alumatsus.
"Kalau beli dari luar kan buka L/C (letter of credit), bentuknya pinjaman. Kalau yang dari dalam, kan ada juga yang dari dalam, itu financing-nya dari bank lokal," jelas dia.
Alutsista yang dibeli
Utang luar negeri Rp 11,7 triliun untuk alutsista ini antara lain, Kapal PKR, ASW Helikopter, Korvet, Kapal Selam, Roket, pesawat Multipurpose Amphibious, rantis khusus Armed AVRMD dan AVFCU, radar GCI, dan Kapal Mine Counter Measure.
Sedangkan Rp 3,3 triliun untuk alumatsus yakni helikopter, labfor Mabes Polri, peralatan service, siskom di Indonesia bagian Timur yakni Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
Sedangkan pinjaman untuk pembelian alutsista dan alumatsus yang berasal dari dalam negeri sebesar negatif Rp 3,1 triliun, karena pemerintah melakukan penarikan pinjaman Rp 4,5 triliun dan melakukan pembayaran cicilan Rp 1,4 triliun.
Penarikan pinjaman yang totalnya Rp 4,5 triliun ini, sekitar Rp 3,5 triliun difokuskan oleh Kementerian Pertahanan untuk membiayai alutsista dan alumatsus yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri. Sedangkan untuk Kepolisian Rp 1 triliun, pemberi pinjaman dalam negeri adalah Bank BUMN dan BUMD.
(Detik)
Skadron Teknik 022 Mendapat Peralatan Baru dan Canggih
25 September 2017
Peralatan baru di Skadron Teknik 22 Malang (photo : TNI AU)
Penlanud Abd - Skadron Teknik 022 Lanud Abd Saleh satuan pemeliharaan di lembah bromo dan bersemboyan “ Kami anak anak Gamel tak pernah berkata tidak bisa, beri kesempatan akan kami kerjakan” telah menerima kedatangan dua peralatan baru yang sangat canggih dan ditempatkan dibawah Bengharpes (Bengkel Pemeliharaan Pesawat) berupa Fuel Nozle Tester dan Ultrasonic Cleaner yang digunakan untuk mendukung kegiatan pemeliharaan pesawat EMB-314 Super Tucano, C-212 Casa dan C-130 Hercules.
Peralatan baru ini telah dilaksanakan pemeriksaan dan uji fungsi pada tanggal 19 September oleh Team Mabesau sebanyak 7 Personel dan diketuai oleh Kolonel Tek Nyoman Suryaman. Tim dari Mabesau melihat secara langsung proses uji fungsi kedua peralatan tersebut.(20/9)
Fuel Nozle Tester yang diterima oleh Skatek 022 merupakan salah satu Test bench yang diproduksi oleh pabrikan Stanley dari USA dan digunakan untuk melaksanakan pengetesan Fuel Nozle yang merupakan bagian dari komponen system pembakaran pada engine pesawat terbang.
Instalasi Peralatan Fuel Nozzle sejenis yang berada di Skadron Teknik 043 Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto (photo : TNI AU)
Fuel Nozzle ini sudah menggunakan system komputerisasi dan digital sehingga data yang dihasilkan pada saat pengetesan sangat actual dan detail sehingga akan meningkatkan kualitas hasil sifatnya universal tester yang dapat digunakan untuk mengetest fuel nozzle seluruh jenis pesawat terbang.
Sedangkan ultra sonic cleaner merupakan salah satu peralatan buatan pabrikan Hankuuk dari Korea Selatan berfungsi untuk menggosok atau membersikan kotoran yang menempel pada komponen barang yang sulit dibersihkan , alat ini sangat cocok digunakan untuk membersihkan beberapa komponen pesawat seperti Fuel Nozle element, Bearing dan lain-lain.
Dengan kedatangan dua peralatan baru ini, diharapkan kualitas hasil pemeliharaan dari Skatek 022 semakin meningkat dan impian para teknisi lembah Bromo ini dalam mengembangkan kemampuan dan menjadi salah satu satuan pemeliharaan yang terdepan dalam mendukung kesiapan operasional Skadron Udara di Lanud Abd Saleh dapat terwujud, tegas Danskatek 022 Letkol Tek Y. Sidik Dhani Broto N., S.T., M.M., M.A.P.
(TNI AU)
Peralatan baru di Skadron Teknik 22 Malang (photo : TNI AU)
Penlanud Abd - Skadron Teknik 022 Lanud Abd Saleh satuan pemeliharaan di lembah bromo dan bersemboyan “ Kami anak anak Gamel tak pernah berkata tidak bisa, beri kesempatan akan kami kerjakan” telah menerima kedatangan dua peralatan baru yang sangat canggih dan ditempatkan dibawah Bengharpes (Bengkel Pemeliharaan Pesawat) berupa Fuel Nozle Tester dan Ultrasonic Cleaner yang digunakan untuk mendukung kegiatan pemeliharaan pesawat EMB-314 Super Tucano, C-212 Casa dan C-130 Hercules.
Peralatan baru ini telah dilaksanakan pemeriksaan dan uji fungsi pada tanggal 19 September oleh Team Mabesau sebanyak 7 Personel dan diketuai oleh Kolonel Tek Nyoman Suryaman. Tim dari Mabesau melihat secara langsung proses uji fungsi kedua peralatan tersebut.(20/9)
Fuel Nozle Tester yang diterima oleh Skatek 022 merupakan salah satu Test bench yang diproduksi oleh pabrikan Stanley dari USA dan digunakan untuk melaksanakan pengetesan Fuel Nozle yang merupakan bagian dari komponen system pembakaran pada engine pesawat terbang.
Instalasi Peralatan Fuel Nozzle sejenis yang berada di Skadron Teknik 043 Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto (photo : TNI AU)
Fuel Nozzle ini sudah menggunakan system komputerisasi dan digital sehingga data yang dihasilkan pada saat pengetesan sangat actual dan detail sehingga akan meningkatkan kualitas hasil sifatnya universal tester yang dapat digunakan untuk mengetest fuel nozzle seluruh jenis pesawat terbang.
Sedangkan ultra sonic cleaner merupakan salah satu peralatan buatan pabrikan Hankuuk dari Korea Selatan berfungsi untuk menggosok atau membersikan kotoran yang menempel pada komponen barang yang sulit dibersihkan , alat ini sangat cocok digunakan untuk membersihkan beberapa komponen pesawat seperti Fuel Nozle element, Bearing dan lain-lain.
Dengan kedatangan dua peralatan baru ini, diharapkan kualitas hasil pemeliharaan dari Skatek 022 semakin meningkat dan impian para teknisi lembah Bromo ini dalam mengembangkan kemampuan dan menjadi salah satu satuan pemeliharaan yang terdepan dalam mendukung kesiapan operasional Skadron Udara di Lanud Abd Saleh dapat terwujud, tegas Danskatek 022 Letkol Tek Y. Sidik Dhani Broto N., S.T., M.M., M.A.P.
(TNI AU)
Turn Vietnam's BRDM-2 into Automatic Combat Vehicle
23 September 2017
BRDM-2 armored reconnaissance vehicle of the Vietnamese Army (all photos : KienThuc)
With the current domestic technology, Vietnam can completely turn BRDM-2 armored reconnaissance vehicles into automatic combat vehicles.
BRDM-2 armored reconnaissance vehicle of the Vietnamese Army (all photos : KienThuc)
With the current domestic technology, Vietnam can completely turn BRDM-2 armored reconnaissance vehicles into automatic combat vehicles.
BRDM-2 armor scouting was one of the armored vehicles on the Army's service, but over time this line of vehicles became obsolete and no longer meets the requirements. fight the army in the new situation.
To be able to extend service time as well as improve the combat capability of the BRDM-2 in Vietnam, it needs to be upgraded comprehensively. And one of the possible alternatives is to turn the BRDM-2 into unmanned combat vehicles.
Theoretically, this option is quite suitable for the BRDM-2, as it is rather small in design, it is difficult to deploy more heavy weapons or expand the capacity of troops. The automation of the BRDM-2's operational capability and the upgrading of the automatic weapons system is the most modern modality of application for the BRDM-2.
In this image, a variant of the Belarusian-built BRDM-2 fully automated upgrades, this variant completely eliminated the 14.5mm turret on the vehicle and replaced it with a 12.7 automatic control unit. mm has the ability to lift up and down.
Belarus's upgraded BRDM-2 variant is quite suitable for patrolling and guarding missions in complex terrain, with multitasking capabilities as both a combat vehicle and a fortification. close to the money.
With the current national defense technology, our military can completely upgrade BRDM-2 or similar armored vehicles in the direction of automating the combat capability or self-propelled combat operations.
The improvement of the BRDM-2 from a manned vehicle to a unmanned vehicle will also be a major barrier to the upgrading of this model in the country. But that does not mean it does not work.
Currently, Vietnam has successfully fabricated and tested a 12.7mm automatic anti-aircraft weapon combination, so that we can actively use this weapon combination on the upgraded variant of BRDM-2 instead. old 14.5mm gun turret.
In addition to combat capabilities, the 12.7mm automatic weapons combination also allows field-based reconnaissance operators in real time but without the need to sit in the vehicle, which can be several kilometers away.
Another upgraded Georgia variant for the BRDM-2 with an automatic weapons combo carrying 12.7mm heavy machine guns.
About the design of a prototype BRDM-2, it weighs only 7 tons with 4-person combat tanks and is equipped with a maximum thickness of 10mm. The main weapon of this reconnaissance vehicle is a 14.5mm machine gun and 7.62mm coaxial machine gun.
(KienThuc)
Laos Tertarik Beli Lagi Senjata Pindad
25 September 2017
Varian senapan SS2 buatan PT Pindad (image : Indomiliter)
Vientiane, Laos (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan Laos menyampaikan ketertarikan mereka untuk kembali membeli produk-produk senjata PT Pindad, kata Wakil Presiden Expor PT Pindad Ridi Djajakusuma.
"Kami melakukan presentasi di depan Kementerian Pertahanan Laos untuk kembali memperkenalkan dan mempromosikan produk-produk Pindad. Mereka sangat tertarik untuk kembali membeli produk senjata Pindad. Yang sangat mereka incar itu short riffle dan amunisi," kayanya di Vientiane.
PT Pindad merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang berpartisipasi dalam Trade and Tourism Fair 2017 yang diselenggarakan KBRI di Vientiane guna memperingati 60 tahun hubungan bilateral Indonesia-Laos.
Menurut Ridi, hubungan kerja sama militer antara Indonesia dan Laos memang cukup erat.
Kementerian Pertahanan Laos sejak 2014 sudah membeli produk-produk senjata PT Pindad, meliputi 60 pistol G2 Combat, 35 SS1 V2, 35 SS1 V4, serta amunisi.
"Pada pertemuan dengan Kementerian Pertahanan Laos tanggal 21 September kemarin mereka menyatakan tertarik membeli Pistol G2 Elite dan senjata Sniper buatan Pindad SPR 2 dan amunisi," ungkap Ridi.
Perdana Menteri Laos pada Oktober tahun ini akan berkunjung ke Indonesia dan bertandang ke PT Pindad.
Sebanyak 27 tentara Laos saat ini sedang mengikuti pelatihan di Indonesia. Mereka mendapat pelatihan dari Grup 1 Kopassus untuk persiapan "The ASEAN Armies Rifle Meet" (AARM) 2017 di Singapura.
"Mereka senang produk Pindad karena sejak membeli dan menggunakan produk Pindad mereka pernah jadi juara ke-3 di ARRM di Thailand," ujar Ridi.
(Antara)
Varian senapan SS2 buatan PT Pindad (image : Indomiliter)
Vientiane, Laos (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan Laos menyampaikan ketertarikan mereka untuk kembali membeli produk-produk senjata PT Pindad, kata Wakil Presiden Expor PT Pindad Ridi Djajakusuma.
"Kami melakukan presentasi di depan Kementerian Pertahanan Laos untuk kembali memperkenalkan dan mempromosikan produk-produk Pindad. Mereka sangat tertarik untuk kembali membeli produk senjata Pindad. Yang sangat mereka incar itu short riffle dan amunisi," kayanya di Vientiane.
PT Pindad merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang berpartisipasi dalam Trade and Tourism Fair 2017 yang diselenggarakan KBRI di Vientiane guna memperingati 60 tahun hubungan bilateral Indonesia-Laos.
Menurut Ridi, hubungan kerja sama militer antara Indonesia dan Laos memang cukup erat.
Kementerian Pertahanan Laos sejak 2014 sudah membeli produk-produk senjata PT Pindad, meliputi 60 pistol G2 Combat, 35 SS1 V2, 35 SS1 V4, serta amunisi.
"Pada pertemuan dengan Kementerian Pertahanan Laos tanggal 21 September kemarin mereka menyatakan tertarik membeli Pistol G2 Elite dan senjata Sniper buatan Pindad SPR 2 dan amunisi," ungkap Ridi.
Perdana Menteri Laos pada Oktober tahun ini akan berkunjung ke Indonesia dan bertandang ke PT Pindad.
Sebanyak 27 tentara Laos saat ini sedang mengikuti pelatihan di Indonesia. Mereka mendapat pelatihan dari Grup 1 Kopassus untuk persiapan "The ASEAN Armies Rifle Meet" (AARM) 2017 di Singapura.
"Mereka senang produk Pindad karena sejak membeli dan menggunakan produk Pindad mereka pernah jadi juara ke-3 di ARRM di Thailand," ujar Ridi.
(Antara)