02 Oktober 2025

Kolonel Pnb Mohammad Sugiyanto Jalani Uji Terbang Perdana di Kursi Depan KF-21

02 Oktober 2025

Kolonel Pnb Mohammad Sugiyanto saat di kursi depan pesawat KF-21 Boramae (photos: TNI AU)

Kerja sama pertahanan Indonesia–Korea Selatan kembali mencatat tonggak penting. Kolonel Pnb Mohammad Sugiyanto, pilot uji TNI Angkatan Udara dengan callsign “Mammoth”, sukses menjalani uji terbang perdana sebagai front seater (kursi depan) pada prototipe pesawat tempur generasi 4,5 KF-21 Boramae, Selasa (30/9/2025), di Sacheon, Korea Selatan.

Dalam misi berdurasi satu jam, Mammoth melaksanakan pengujian performa serta aspek Stability & Control pada ketinggian 10.000 hingga 20.000 kaki, didampingi pilot uji Korea Aerospace Industries (KAI), Koh Hwi Seok.

Sebelumnya, pada 16 Mei 2023, Kolonel Pnb Sugiyanto telah mencatat sejarah sebagai pilot mancanegara pertama yang terbang di kursi belakang KF-21. Kini, keberhasilannya duduk di kursi depan semakin mempertegas peran aktif Indonesia dalam program pengembangan pesawat tempur bersama tersebut.

Keterlibatan penerbang TNI AU dalam fase uji terbang menjadi bagian dari implementasi kerja sama Indonesia-Korea Selatan dalam proyek KF-21/IF-X. Selain itu, kegiatan ini juga mencakup upaya transfer teknologi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pertahanan.

Kesuksesan program pesawat tempur masa depan kedua negara diharapkan dapat memperkuat kemandirian teknologi pertahanan, sekaligus meningkatkan profesionalisme dalam membangun TNI AU AMPUH (Adaptif, Modern, Profesional, Unggul, dan Humanis).

(TNI AU)

PAF Terima Simulator Heli Sikorsky S-70i Black Hawk dan Bell 412EP

02 Oktober 2025

Full Motion Fight Simulator helikopter S-70i dan Bell 412EP (photos: PAF)

MaxDefense Philippines pada 25 September lalu membuat postingan baha Wing Helikopter Taktis ke-205 Angkatan Udara Filipina mengonfirmasi bahwa mereka telah menyelesaikan implementasi Proyek Akuisisi Simulator Penerbangan Gerak Penuh (Full Motion Flight Simulator Acquisition Project) Angkatan Udara Filipina, yang menghasilkan pengiriman Sistem Simulator Penerbangan Gerak Penuh Simultec untuk helikopter Sikorsky S-70i Black Hawk dan Bell 412EP.


Proyek ini beberapa kali mengalami perubahan spesifikasi, terakhir pada tahun 2021 untuk memungkinkan simulasi helikopter Sikorsky S-70i Black Hawk dan Bell 412EP, dan proyek tersebut akhirnya diserahkan kepada Simultec SRL Rumania pada awal tahun 2022.


Dengan selesainya simulator tersebut maka Angkatan Udara Filipina dapat mengadakan pelatihan penerbangan untuk helikopter Sikorsky S-70i Black Hawk dan Bell 412EP secara lebih cepat dan efisien.

KSAL Resmikan Kapal Cepat Rudal Baru TNI AL yaitu KRI Belati-622

02 Oktober 2025

KRI Belati 622 (photo: istimewa)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali secara resmi meluncurkan kapal cepat rudal (KCR) 60 meter baru yang diberi nama KRI Belati-622 di Pluit, Jakarta Utara, Rabu.

Kapal yang dibangun perusahaan dalam negeri yakni PT Tesco Indomaritim ini mengusung sistem penggerak hybrid berbasis biofuel.

"Kapal ini sangat hemat bahan bakar dan mampu beroperasi lebih lama. Selain itu, dia bisa menggunakan biodiesel sehingga ramah lingkungan,” kata Ali saat menghadiri prosesi pemberian nama KRI.

Ali menjelaskan KRI ini telah dilengkapi dengan senjata dan System Weapon and Command (Sewaco). Pemasangan Sewaco ini terjadi berkat kerja sama antara perusahaan dalam negeri dengan perusahaan pertahanan luar yakni Havelsan, Roketsan dan Aselsan.

Kolaborasi itu juga menjadi pembuka bagi perusahaan kapal dalam negeri untuk terus berkolaborasi dengan perusahaan alat utama sistem senjata (alutsista) asing.

Ali melanjutkan, nantinya KRI -622 Belati akan ditempatkan di Koarmada III.

KRI Belati 622 (photo: istimewa)

"Kapal ini akan memperkuat jajaran Koarmada III karena kapal di Indonesia Timur jumlahnya belum sebanyak kapal di Koarmada I dan Koarmada II," kata Ali.

Dengan adanya pengadaan kapal baru ini, Ali berharap kekuatan TNI AL dalam menjaga wilayah laut Indonesia semakin kuat.

Direktur Utama PT Tesco Indomaritim Jamin Basuki menjelaskan kapal ini menjadi salah satu gebrakan baru di lingkungan TNI AL lantaran memiliki konsep hybrid pertama.

"Konsep hybrid ini belum pernah digunakan di Indonesia. Kami meneliti kombinasi ini sejak sekitar 10 tahun lalu, dan lahirlah sistem satu propeller dan dua waterjet,” jelas Jamin.

Selain itu, kapal ini juga mesin heavy duty untuk mendukung waktu operasional yang panjang.

"Mesin bisa sampai 30 ribu jam operasi sebelum perlu general overhaul. Kapal light duty biasanya hanya 9 ribu jam,” kata dia.

Jamin berharap dengan adanya inovasi baru ini, industri dalam negeri di bidang galangan kapal dapat semakin percaya diri dalam berinovasi dan memberikan yang terbaik untuk keamanan maritim Indonesia.

01 Oktober 2025

KASAL Kunjungi Kapal Selam Oyashio- class dan Kapal Freagat Mogami-class di Yokosuka Jepang

01 Oktober 2025

JS Nurushio SS 595 (photo: JMSDF)

Sebagai bentuk kerja sama bilateral dengan Jepang, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali mengunjungi Kapal Selam Oyashio Class dan Kapal Fregat Mogami Class milik Japan Maritime Self Defence Force (JMSDF), Senin (29/9/2025)

Kunjungan KASAL ke JS Nurusjio SS 595 dan JS Kumano (photos: TNI AL)

Pada kunjungan tersebut, Kasal didampingi oleh Irjenal Laksdya TNI Achmad Wibisono, Staf Khusus Kasal Laksdya TNI Dr. T. S. N. B. Hutabarat, dan Atase Pertahanan RI di Tokyo. Ini merupakan upaya penguatan kerja sama pengembangan kapasitas dan teknologi Alpalhankam serta bertukar pikiran manajemen operasional armada kapal perang. 


Kunjungan Kasal ke JS Narushio-SS595 yang sedang sandar di Hiyou Wharf, Yokosuka diterima oleh Commander Fleet Submarine Force Vice Admiral Nobuyuki Takenaka dan Komandan JS Narushio. Kapal selam konvensional tersebut memiliki pengalaman operasi yang tinggi serta didesain dengan teknologi stealth dan ketahanan operasional di bawah air.

JS Kumano (photo: JMSDF)

Sementara itu, pada peninjauan kapal fregat Mogami Class JS Kumano yang tengah sandar di Yoshikura Area, Yokosuka, Kasal diterima oleh Commander Fleet Escort Force Vice Admiral Yoshihiro Goka dan Komandan JS Kumano. 


Kapal fregat yang diresmikan penggunaannya pada Maret 2022 tersebut dirancang untuk memiliki kemampuan peperangan anti udara, anti kapal, elektronika dan ranjau serta integrasi teknologi dengan Unmanned Underwater Vehicle (UUV) dan Unmanned Surface Vehicle (USV).

Decommissioning of 5 Naval Vessels of Royal Thai Navy After Decades of Service

01 Oktober 2025

HTMS Samui 832-naval tanker (photo: Pantip)

The Ministry of Defence has ordered the decommissioning of several Royal Thai Navy vessels due to their deteriorating condition from long years of service. Effective from 1 October 2025, the following ships will be retired from active duty:

 • HTMS Pinklao 413 (Frigate) — 66 years of service

 • HTMS Phuket 333 (Fast Attack Gunboat) — 42 years of service

 • HTMS Samui 832 (Tanker) — 78 years of service

 • HTMS Surya 821 (Naval Buoy Tender) — 46 years of service

 • Riverine Patrol Crafts No. 14, 110, 111, 136, and 144

 HTMS Surya 821-Naval Buoy Tender (photo: ThaiSeafearer)

These vessels have faithfully safeguarded Thailand’s sovereignty and maritime interests for many decades, serving the nation with great value and distinction. They remain a proud part of the Royal Thai Navy’s history.

HTMS Phuket 333-Fast Attack Gunboat (photo: Royal Thai Navy)

The Royal Thai Navy continues to recognize the necessity of acquiring new generations of naval assets to maintain and enhance the nation’s maritime defense capabilities, ensuring the protection of sovereignty and national interests at sea into the future. (Royal Thai Navy)

HTMS Pinklao fired its final salute in the ceremony to transfer the commander of the Fleet before being decommissioned on October 1, 2025

HTMS Pinklao 413 - destroyer escort (photos: Royal Thai Navy)

The Ministry of Defense ordered the decommissioning of Royal Thai Navy vessels from service since October 1, 2025, due to deterioration and age. These vessels included HTMS Pinklao, HTMS Phuket, HTMS Samui, HTMS Suriya, and four other fast river patrol boats.

On September 30, 2025, HTMS Pinklao performed its final salute before its decommissioning. The salute was delivered during the handover ceremony for the Commander of the Fleet between Admiral Natthaphon Diaovanich, the former Commander of the Fleet, and Vice Admiral Korawit Chaiyarathi, the new Commander of the Fleet. The ceremony took place aboard HTMS Chakri Naruebet, which was moored at Chuk Samet Pier, Sattahip Port, Sattahip Naval Base. Chonburi Province

H.T.M.S. PINKLAO is a destroyer escort with a normal displacement of 1,240 tons and a full-load displacement of 1,900 tons. It measures 93.27 meters long, 11.60 meters wide, and a draft of 4.54 meters.

Armed with three 76/50 mm guns, three twin 40/60 mm machine guns (6 units), two triple torpedo tubes (6 launchers), one anti-submarine missile launcher, and eight depth charges. Two depth charges.

Powered by four 6,000-horsepower electronically controlled diesel engines with twin propellers, the ship has a maximum speed of 19.5 knots, a cruising speed of 12 knots, and a range of 4,500 miles at maximum speed and 11,500 miles at cruising speed. Crew capacity: 192.

HTMS Pinklao, formerly known as HEMNINGER (DE 746), was built at the Western Pipe and Steel Company in San Pedro, California, USA. The keel was laid on May 8, 1943, and the ship was launched on September 12, 1943.

On May 19, 1959, the United States granted the ship a five-year loan to Thailand. It was commissioned into the Royal Thai Navy on August 31, 1959.

The contract was later extended upon expiration. Until Thailand received it from the United States under a military assistance program, between 1965 and 1966, the Royal Thai Navy sent HTMS Pinklao to Guam to equip it with six anti-submarine torpedo tubes, install a fire control system, and replace some of its electronic equipment.

HTMS Pinklao remained in service with the Royal Thai Navy until its decommissioning, a total of 66 years. (Royal Thai Navy)

US Goverment Approved Sale of 48 HIMARS to Australia

01 Oktober 2025

In May 2022, US approved sale of 20 HIMARS to Australia, this additional order will increase the total number of HIMARS operated by the Australian Army to 68 units (photo: Aus DoD)

WASHINGTON - The State Department has made a determination approving a possible Foreign Military Sale to the Government of Australia of M142 High Mobility Artillery Rocket Systems and related equipment for an estimated cost of $705 million. The Defense Security Cooperation Agency delivered the required certification notifying Congress.

The Government of Australia has requested to buy forty-eight (48) M142 High Mobility Artillery Rocket Systems (HIMARS). The following non-MDE items will also be included: M1084A2 HIMARS resupply vehicles; M1095 trailers; Low Cost Reduced Range Practice Rocket (LCRRPR) pods; intercom systems; radio and communication mounts; spare parts and services; U.S. Government and contractor engineering, technical, and logistics support services; studies and surveys; and other related elements of logistics and program support. The estimated total cost is $705 million.

This proposed sale will support the foreign policy and national security objectives of the United States. Australia is one of the United States’ most important allies in the Western Pacific. The strategic location of this political and economic power contributes significantly to ensuring peace and economic stability in the Western Pacific. It is vital to the U.S. national interest to assist this ally in developing and maintaining a strong and ready self-defense capability.

The proposed sale will improve Australia’s capability to meet current and future threats, and will enhance interoperability with U.S. forces and other allied forces. Australia will use the capability to strengthen its homeland defense and provide greater security for its critical infrastructure. Australia will have no difficulty absorbing this equipment into its armed forces.

The proposed sale of this equipment and support will not alter the basic military balance in the region.

TNI AL Bersama Italian Navy Latihan Penyelamatan Kapal Selam di Teluk Taranto Italia

01 Oktober 2025

Latihan penyelamatan kapal selam IT-SMEREX 2025 (photos: TNI AL)

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme, TNI AL melaksanakan latihan penyelamatan kapal selam bersama Angkatan Laut Italia IT-SMEREX 2025 yang dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 26 September 2025 di Teluk Taranto Italia.


Pada kesempatan tersebut, TNI AL mengirimkan perwakilan delegasi sebagai observer Perwira Koarmada II Letkol Laut (P) Nanang Muslikin dan Perwira Koopskasel Koarmada RI Letkol Laut (P) Hendra Siregar. 


Latihan bersama yang dihadiri oleh perwakilan dari Negara Indonesia, Argentina, Peru, Malaysia, USA, Belanda, Bulgaria, Maroko, Polandia, Qatar, Yunani, Pakistan, UEA, Oman, Portugal dan Mesir sebagai observer ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kerja sama antara negara-negara operator kapal selam dalam menghadapi situasi kedaruratan kapal selam (distressed submarine), dimana kapal selam mengalami permasalahan teknis sehingga gagal timbul ke permukaan dan harus diselamatkan oleh para penyelamat. 


Dalam latihan IT-SMEREX 2025 dilaksanakan skenario latihan mulai tahap pencarian, penyelamatan dan escape oleh crew kapal termasuk pengerahan Submarine Parachute Assistance Group (SPAG) team dari The DISSUB Support Group (DSG) Royal Navy dan medical hiperbarik dari Italian Navy. Latihan ini juga melibatkan penggunaan aset SAR dari negara Turki, Yunani dan UK, teknologi canggih ROV, ADS, Diving Belt, serta adanya asistensi dari ISMERLO. 


Pelaksanaan latihan bersama ini diharapkan dapat meningkatkan kesepahaman dan kerja sama antara awak kapal selam khususnya dan secara umum Angkatan Laut negara sahabat dalam menjalankan operasi pencarian serta penyelamatan kapal selam di level internasional selaras dengan arahan dari Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali.

30 September 2025

Viettel Lakukan Modernisasi Artileri Gerak Sendiri SU-152 dan SU-122 Vietnam

30 September 2025

SU-152 self propelled howitzer, artileri gerak sendiri dengan kaliber 152mm (all photos: ThanhNien)

Selama inspeksi produk, senjata dan peralatan di area tampilan luar ruangan Kementerian Pertahanan Nasional pada Pameran Prestasi Nasional dalam rangka Peringatan 80 Tahun Perjalanan Kemerdekaan - Kebebasan - Kebahagiaan (Komune Dong Anh, Hanoi), Jenderal Phan Van Giang, Menteri Pertahanan Nasional, mendengarkan pengantar tentang artileri gerak sendiri yang diteliti dan dimodernisasi oleh Vietnam seperti PTH130-K255B, artileri gerak sendiri 152 mm serta jenis artileri yang saat ini digunakan oleh Angkatan Darat Vietnam seperti SU-152, SU-122.

Secara khusus, Jenderal Phan Van Giang memberikan perhatian khusus pada artileri gerak sendiri SU-152. Setelah mendengarkan pengantarnya, sang Jenderal menyarankan untuk meningkatkan artileri gerak sendiri SU-152 agar kendaraan tersebut dapat mengarungi air dengan lebih baik dan lebih dalam.

"Kita bisa memasang 4 sekrup dengan erat, lengkap dengan gasket, ke pipa exhaust (knalpot) senjata gerak sendiri SU-152. Lalu, putar pipa knalpot tinggi-tinggi. Semakin tinggi pipa knalpot diputar, semakin dalam senjata bisa mengarungi air," kata Jenderal Phan Van Giang.

Mengenai parameter meriam gerak mandiri SU-152, menurut informasi yang dipublikasikan, meriam ini adalah meriam lapis baja beroda rantai 152 mm buatan Soviet yang digunakan dalam Perang Dunia II. SU-152 berbobot 27,5 ton, membawa 51,58 kg amunisi, memiliki laju tembakan 4-5 butir peluru/menit, dan dapat menggunakan berbagai jenis peluru artileri seperti peluru pelacak, peluru fragmentasi, peluru anti-tank, dan peluru iluminasi.


SU-152 relatif mobile saat menggunakan sasis beroda rantai dari sistem rudal pertahanan udara SA-4. Mesin diesel 520 tenaga kuda memungkinkannya mencapai kecepatan 60 km/jam. SU-152 dapat menembus benteng setinggi 1,1 m, parit selebar 2,5 m, dan memiliki jarak tembak 17,3 km, dengan jangkauan operasi hingga 300 km.

SU-152 memiliki sudut elevasi -4 derajat - 60 derajat; rotasi 360 derajat. Dengan peluru artileri seberat lebih dari 50 kg, SU-152 dapat menciptakan gelombang kejut, memberikan kerusakan besar, dan mampu melumpuhkan kendaraan lapis baja sepenuhnya dalam salvo pertama. Area kerusakan artileri dapat mencapai 360 - 950 m² , dengan waktu transisi dari berbaris ke pertempuran adalah 1 menit.

Sedangkan SU-122 berbobot 16 ton, memiliki jangkauan 15,3 km, menggunakan kaliber 122 mm, sudut elevasi SU-122 -7 derajat - 70 derajat, berputar 360 derajat; berat peluru artileri yang digunakan 29,3 kg, laju tembakan 4 - 5 peluru/menit, waktu transisi dari berbaris ke pertempuran 1 menit, luas area kerusakan 310 - 800 m2 .

Artileri gerak sendiri 152 mm yang diteliti dan dimodernisasi oleh Viettel adalah lini artileri berat dengan daya tembak yang kuat dan mobilitas tinggi, yang menyediakan dukungan tembakan untuk infanteri dan kendaraan lapis baja.

SU-122 self propelled howitzer, artileri gerak sendiri dengan kaliber 122 mm (all photos: ThanhNien)

Senjata gerak sendiri 152 mm memiliki tujuh komponen: senjata 152 mm yang dipasang pada lambung belakang; sistem peperangan elektronik yang dipasang pada bagian belakang kendaraan; sistem perhitungan balistik dan elemen penembakan; sistem senjata antipesawat otomatis 12,7 mm; sistem laser; granat asap; komunikasi dan sistem catu daya otomatis untuk kendaraan.

Senjata ini dikontrol secara otomatis, dengan laju tembakan maksimum 4 butir peluru/menit; awak tempur berjumlah 5-6 orang; dilengkapi dengan lapisan antipeluru sesuai standar STANAG 4569; berat total 34 ton, kecepatan maksimum senjata gerak sendiri ini dapat beroperasi pada 70 km/jam.

Sistem artileri gerak mandiri PTH130-K255B dirancang dan diproduksi oleh Akademi Teknik Militer. Sistem artileri gerak mandiri ini merupakan proyek tingkat departemen umum, yang dibangun dengan memasang meriam M46 kaliber 130 mm pada sasis truk off-road KrAZ-255B (kendaraan buatan Uni Soviet), yang membantu meningkatkan mobilitas dan adaptabilitas terhadap peperangan modern.

Berbeda dengan artileri ringan yang bergerak sendiri (misalnya, kaliber 85 mm atau 105 mm), tugas ini jauh lebih rumit untuk artileri M46, karena artileri ini berlaras panjang, berukuran besar dan berat, serta memiliki rekoil yang besar saat ditembakkan. Oleh karena itu, diperlukan sasis yang sesuai seperti truk KrAZ-255B.

Meriam ini memiliki jangkauan tembak maksimum lebih dari 27 km; laju tembakan 5-8 peluru/menit; kecepatan moncong 930 m/detik; rentang sudut arah dari minus 25-25 derajat; rentang sudut elevasi dari 0-45 derajat. Waktu untuk beralih dari posisi berbaris ke posisi tempur dan sebaliknya kurang dari 4 menit.

Di antara jenis artileri gerak sendiri di atas, SU-152 dan SU-122 adalah dua jenis artileri gerak sendiri yang berpartisipasi dalam parade untuk merayakan ulang tahun ke-80 Revolusi Agustus dan Hari Nasional, 2 September.

SU-152 melakukan parade di Lapangan Ba ​​Dinh (photo: ThanhNien)

Menurut penjelasannya, SU-152 dan SU-122 adalah artileri operasional dan taktis modern yang memiliki mobilitas tinggi, tenaga besar, laju tembakan cepat, akurasi tinggi, dan cocok untuk kebutuhan tempur modern.

The RTAF and the PLA Air Force Completed the Falcon Strike 2025 Joint Exercise

30 September 2025

The RTAF involved its Saab Gripen C/D, Dornier Alpha Jet TH, and Airbus Helicopter H225M while PLA Air Force involved Chengdu J-10C and J-10AS, Shenyang J-11BGH and J-11BSH, Xi'an JH-7A, Shaanxi KJ-500 AEW, Shaanxi Y-9LG ELINT, Xi'an Y-20A transport aircraft, Mil Mi-171Ah helicopter, Xi'an HY-6U tanker aircraft, and Chengdu GJ-2 (Wing Loong II) MALE UAV (photos: RTAF)

Joint training between Thai and Chinese Airforce Special Forces during Falcon Strike 2025, the exercise focused on HADR (Humanitarian Assistance and Disaster Relief) and CSAR (Combat Search and Rescue), including battlefield casualty care and critical mission support.

Formation of J-11B, J-10C, Alpha Jet TH and Gripen C/D (photo: RTAF)

Both sides exchanged experiences and enhanced interoperability to improve their ability to operate together in high-stakes situations.

Formation of  Gripen C/D, J-10C, J-11B and Alpha Jet TH (photo: RTAF)


It is not often we get to see operators from both nations working side by side in missions that emphasize humanitarian goals and saving lives.

Formation of Gripen C/D, Alpha Jet TH, J-10C and J-11B (photo: RTAF)

The Royal Thai Air Force (RTAF) and the People's Liberation Army Air Force (PLAAF) have completed the combined air exercise FALCON STRIKE 2025 from 15-25 September 2025, with the opening ceremony on 18 September 2025 and the closing ceremony on 25 September 2025 at Wing 23, Udon Thani, Thailand.

Saab Gripen C/D (photo: Khun Phunsak Khamphuthorn)

Exercise FALCON STRIKE 2025 is the eighth exercise, following the first exercise FALCON STRIKE 2015, the second FALCON STRIKE 2017, the third FALCON STRIKE 2018, the fourth FALCON STRIKE 2019, the fifth FALCON STRIKE 2022, the sixth FALCON STRIKE 2023, and the seventh FALCON STRIKE 2024.

Dornier Alpha Jet TH (photo: Khun Phunsak Khamphuthorn)

With personnel from the Indonesian National Armed Forces (TNI: Tentara Nasional Indonesia) as observers,  Royal Thai Air Force aircraft participating in the exercise included Saab Gripen C/D fighter jets from Squadron 701, Wing 7, Surat Thani, Dornier Alpha Jet TH attack aircraft from Squadron 231, Wing 23, and EC725 helicopters (Airbus Helicopter H225M) from Squadron 203, Wing 2, Khok Krathiam.

Shenyang J-11B fighter (photo: Khun Phunsak Khamphuthorn)

The PJ Commando search and rescue unit of the Special Operations Regiment, Security Force Command (SFC) that trains with the Special Forces of the People's Liberation Army Air Force in training in humanitarian assistance and disaster relief (HADR) and combat search-and-rescue (CSAR).

Chengdu J-10C fighter (photo: Khun Phunsak Khamphuthorn)

The Chinese aircraft were the first to be seen carrying the Xi'an HY-6U aerial refueling aircraft, based on the H-6 series strategic bomber, and the Chengdu GJ-2 UAV, a People's Liberation Army (PLA) designation of the Wing Loong II medium-altitude long-endurance unmanned aerial vehicle (MALE UAV).

Shaanxi Y-9LG electronic warfare (EW) aircraft (photo: Khun Phunsak Khamphuthorn)

This is the second time the Shaanxi Y-9LG electronic warfare (EW) surveillance aircraft has been involved in exercises in Thailand, joining other aircraft that have participated in previous FALCON STRIKE exercises, including the single-seat Chengdu J-10C fighter jet and the two-seat J-10AS fighter jet of the Chinese People's Liberation Army Air Force.

KJ-500 airborne early warning and control aircraft (AEW) (photo: Khun Phunsak Khamphuthorn)

The single-seat Shenyang J-11BGH and two-seat J-11BSH fighters of the People's Liberation Army Navy Air Force (PLANAF), the Xian JH-7AII fighter-bombers, the Shaanxi KJ-500 airborne early warning and control aircraft, the Xian Y-20A transport aircraft, and the People's Liberation Army Air Force's Mil Mi-171Sh helicopters.

Xi'an HY-6U aerial refueling aircraft, based on the H-6 series strategic bomber (photo: Khun Phunsak Khamphuthorn)

The Falcon Strike 2025 exercise with the People's Liberation Army Air Force (PLAAF) follows the completion of the THAI BOOMERANG 2025 combined air exercise with the Royal Australian Air Force (RAAF) from 8-19 September 2025 at Wing 1 Korat, demonstrating that the RTAF has continued to conduct joint exercises with the two air forces in the northeastern region of Thailand.

(AAG)

Wakasau Pimpin Commander Inspection Pengadaan Enam Unit Pesawat T-50i di KAI

30 September 2025

Progres pesanan 6 pesawat latih T-50i ditinjau Wakasau (photos: TNI AU)

Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsekal Madya TNI Ir. Tedi Rizalihadi S., M.M., memimpin Commander Inspection pengadaan enam unit pesawat T-50i di Korean Aerospace Industries (KAI), Sacheon, Korea Selatan, Senin (29/9/2025).

Kegiatan ini dilaksanakan untuk meninjau langsung perkembangan pengadaan enam unit pesawat T-50i yang nantinya akan memperkuat TNI Angkatan Udara.


Dalam kunjungan tersebut, Wakasau dan delegasi disambut oleh Senior Executive Vice President KAI, Mr. Jae-Byoung Cha, yang memberikan penjelasan terkait program produksi enam unit pesawat T-50i. Selanjutnya, delegasi meninjau dan melihat secara langsung pesawat T-50i beserta fasilitas yang dimiliki KAI.

2 pesawat T-50i dikirimkan November
Pengiriman enam unit pesawat tempur T-50i akan dilakukan secara bertahap. Dua pesawat pertama direncanakan tiba pada November 2025, disusul pengiriman berikutnya. Penambahan kekuatan ini merupakan bagian dari program modernisasi Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) untuk meningkatkan kesiapan tempur TNI Angkatan Udara.


Langkah tersebut sejalan dengan tekad Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M. Tonny Harjono, S.E., M.M., dalam mewujudkan TNI Angkatan Udara yang Adaptif, Modern, Profesional, Unggul, dan Humanis (AMPUH).

Turut mendampingi Wakasau Dankoharmatau Marsda TNI Ir. Suryanto, Kapus BMN Baranahan Kemhan RI Marsma TNI Tisna Kurniawan, Dangrup 3 Tempur Koopsau Marsma TNI David Tamboto, Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Madya Pus Alpalhan Baranahan Kemhan Kolonel Lek Dwi Anggoro serta Athan di Seoul Kolonel Pnb Muhammad Arif.

29 September 2025

Vietnam will Produce the XTC-03 Armored Personnel Carrier and the T-1 Amphibious Tank

29 September 2025

XTC-03 8x8 armored fighting vehicle (image: HHTQSVN)

Deputy Minister of National Defense Pham Hoai Nam asked the General Department of Defense Industry and related agencies and units to be proactive, focused, shorten the implementation time of tasks, and immediately complete the manufacture of XTC-03 armored fighting vehicles and T-1 amphibious tanks for immediate use.

On September 23, Senior Lieutenant General Pham Hoai Nam, Deputy Minister of National Defense , collaborated with the General Department of Defense Industry and related units on research, design and manufacturing plans for the XTC-03 armored fighting vehicle and the T-1 amphibious tank.

Reporting at the meeting, Major General Pham Thanh Khiet, Deputy Director of the General Department of Defense Industry, said that in implementing the directive of the head of the Ministry of National Defense, the General Department of Defense Industry assigned Factory Z179/GAET as the unit in charge of researching and producing the XTC-03 armored fighting vehicle and Factory Z125 as the unit in charge of researching and producing the T-1 amphibious tank.

Up to now, the General Department of Defense Industry has completed the explanation of the framework project of the national product armored fighting vehicle XTC-3, the proposal form for the tasks under the project and sent it to the Department of Military Science for implementing the next procedures.

T-1 amphibios tank could be based on the PT-76 tank owned by the Vietnam People's Army (image: MyHobbies)

For the T-1 amphibious tank product, the Ministry of Defense has completed the Ministry of Defense Science and Technology Program document "Research, design and manufacture of T-1 amphibious tank" and submitted it to the Ministry of Military Science.

In addition, the General Department of Defense Industry has commissioned Factory Z179/GAET to research and produce the prototype of the XTC-03 armored personnel carrier; and Factory Z125 to research and produce the prototype of the T-1 amphibious tank, which will be completed before March 31, 2026.

At the working session, Deputy Minister Pham Hoai Nam praised the General Department of Defense Industry and related agencies and units for being proactive in advising and proposing plans to research, design and produce the XTC-03 armored fighting vehicle and the T-1 amphibious tank.

Deputy Minister Pham Hoai Nam assessed that the XTC-03 armored personnel carrier and T-1 amphibious tank were identified as weapons of strategic significance. Therefore, the Department of Defense Industry and related agencies and units were asked to shorten the mission implementation time and immediately deploy these products.