15 November 2025

NZ Army Teams up with Local Jet Company in Training First

15 November 2025

Close air support missions for training with NZ Army (photos: NZDF)

Soldiers from the New Zealand Army, Ngāti Tūmatauenga have carried out a significant training first when local defence contractor, Fighter Jets NZ, was used to simulate realistic close air support missions with jet aircraft.

Previously, the NZ Army has had to travel internationally for all close air support training, so to be able to call on physical air assets – in the form of two civilian-owned Aero L-39 Albatros jets – was invaluable training for personnel.

The training involved soldiers from 16th Field Regiment, where four Joint Fires Teams coordinated land, maritime and air attacks on an enemy on a fictional island under occupation and martial law.

The Joint Fires Teams, made up of highly trained Joint Terminal Attack Controllers (JTAC) and Joint Fires Officers play a crucial role of enabling the New Zealand Defence Force to coordinate and control strikes. They can carry out reconnaissance missions, clear opposing air defences and “strike the enemy in depth”, says Major Jake Boersen, 163 Battery Commander, 16th Field Regiment.


A senior NZ Army JTAC was aboard the jet to provide a military eye in the sky. His role was to bridge the gap between the civilian pilots and what is expected of a military fighter jet pilot.

Lieutenant Colonel Brent Morris, Commanding Officer of 16th Field Regiment, says the Joint Fires Teams receive excellent training overseas with New Zealand’s partners, but that does limit the ability to test tactical skills in a complex and hostile environment.

Tauranga-based Fighter Jets NZ was an experienced and professional organisation that can draw on experience from across the aviation industry to support the NZ Army’s training objectives, Lieutenant Colonel Morris said.

“Having the means to simulate attack aircraft during domestic training significantly enhances the trained state of our personnel and increases our lethality on the battlefield.”

L-39 Albatros jets for training with New Zealand Army (photo: FighterJets NZ)

During the training, the soldiers also had to navigate extremely challenging environments and terrain after being winched into remote forests from Royal New Zealand Air Force NH90 helicopters.

The soldiers, each carrying up to 45kg of equipment, were required to manoeuvre through the difficult terrain for three days, before reaching the location to call in a simulated naval strike, followed up with the fighter jet runs.

Chief of Army, Major General Rose King, says this exercise provides invaluable training for both the personnel involved and wider 1st (New Zealand) Brigade, and also demonstrates the capability and value that the NZ Army is able to provide as a crucial force-multiplier in a multinational setting.

“The New Zealand Army’s greatest strength lies in the competence and professionalism of our people – soldiers who can think, adapt and lead in complex environments. Having the ability to strike from across all domains is extremely important in the contemporary operating environment, and it is reassuring to see us further refine skillsets in a domestic setting alongside the New Zealand defence industry,” she said.

Lanud Iswahjudi Adakan Latihan Defensive Surface Attack Training (DSAT)

15 November 2025

Latihan Defensive Surface Attack Training (DSAT) di Lanud Iswahjudi (photos: TNI AU)

Magetan, Lanud Iswahjudi – Pada hari Kamis (30/10/2025), Pangkalan TNI Angkatan Udara Lanud Iswahjudi menyelenggarakan latihan Defensive Surface Attack Training (DSAT) yaitu latihan serangan permukaan defensif, latihan tempur udara yang berfokus pada kemampuan pesawat menyerang sasaran di permukaan (ground target) dalam situasi bertahan dari ancaman lawan. 


Latihan ini dalam rangka Mission Oriented Training (MOT) Tahun 2025 dengan hasil yang memuaskan dan sukses. Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB dan melibatkan 12 sorty pesawat tempur, terdiri atas F-16 Fighting Falcon dari Skadron 3, dan Skadron 14, Golden Eagle T-50i dari Skadron 15, serta Sukhoi Su-27/30 dari Skadron Udara 11 yang berbasis di Makassar.


Latihan mencakup simulasi misi tempur udara terpadu, meliputi manuver taktis, serangan udara ke darat (air-to-ground strike), dan intersepsi berkecepatan tinggi di wilayah latihan udara Lanud Iswahjudi. Seluruh penerbangan dilaksanakan sesuai prosedur operasional standar (SOP) tanpa kendala teknis maupun keselamatan.


Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Muchtadi Anjar Legowo, M.S., M.Han., menyampaikan bahwa latihan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan TNI Angkatan Udara untuk meningkatkan profesionalisme prajurit serta kesiapan operasional satuan udara. Dan prioritas utama tetap pada keselamatan penerbangan serta efektivitas misi sesuai doktrin pertahanan udara nasional.


Latihan MOT Tahun 2025 yang dibuka secara resmi oleh Panglima Komando Operasi Udara Nasional (Pangkoopsudnas), Marsdya TNI Minggit Tribowo, S.IP. pada 25 Oktober 2025, akan berlangsung hingga 6 November 2025. Fase latihan dilaksanakan pada siang dan malam, guna melengkapi spektrum operasi siang-malam dalam rangka penguatan kemampuan pertahanan udara Republik Indonesia.

Chaiseri Luncurkan Empat Kendaraan Militer Baru

15 November 2025

Chaiseri Hisaar (photo: Sompong Nondhasa)

Produsen kendaraan militer Thailand, Chaiseri, telah meluncurkan serangkaian platform baru di pameran Pertahanan & Keamanan 2025 di Bangkok.

Kendaraan baru tersebut terdiri dari kendaraan tempur lapis baja (AFV) Guardian-T 8x8, kendaraan lapis baja mobilitas tinggi Jackal 4x4, kendaraan mobilitas tinggi Ridgeback 4x4, dan kendaraan anti-ranjau-sergap-proteksi (MRAP) Hisaar 4x4.

Chaiseri Ridgeback 4x4 (photo: Sompong Nondhasa)

Seorang pejabat Chaiseri mengatakan kepada Janes bahwa Guardian-T, Jackal, dan Ridgeback sedang dikembangkan sebagai respons terhadap persyaratan yang ditetapkan oleh Royal Thai Armed Forces, khususnya Royal Thai Army (RTA). Kendaraan MRAP Hisaar sedang diproduksi untuk Angkatan Darat Pakistan.

Chaiseri Jackal 4x4 (photo: AAG)

Guardian-T
Guardian-T – prototipenya selesai pada tahun 2025 – didasarkan pada Armoured Wheeled Amphibious Vehicle (AWAV) 8×8 buatan Chaiseri, yang diresmikan oleh perusahaan Thailand tersebut pada tahun 2023 dan dioperasikan oleh Royal Thai Marine Corps (RTMC).

Chaiseri Guardian-T 8x8 (photo: Janes)

Prototipe Guardian-T yang dipamerkan di Defense & Security 2025 terintegrasi dengan turet yang distabilkan, meriam tekanan rendah 105 mm, dan pemuat otomatis. Kendaraan ini juga dilengkapi dengan persenjataan koaksial 7,62 mm dan empat rudal anti-tank (ATGM).

Namun, pemasok untuk beberapa sistem inti kendaraan – termasuk turet dan meriamnya – belum ditentukan. Kendaraan ini juga belum memulai uji coba dengan militer Thailand, meskipun Chaiseri mengindikasikan bahwa pengujian dapat segera dimulai dengan RTA. Chaiseri juga melihat peluang untuk memasok kendaraan tersebut ke RTMC.

Chaiseri Guardian-T 8x8 (photo: TAF)

Menurut Chaiseri, Guardian-T dapat menampung enam awak (termasuk pengemudi) dan memberikan perlindungan balistik dan ranjau STANAG level 2. Kendaraan ini berukuran panjang 7,6 m, lebar 3 m, dan tinggi 2,58 m.

14 November 2025

Fincantieri Antusias Tingkatkan Pertahanan dan Keamanan Bawah Laut Filipina

14 Oktober 2025

Kapal selam Lithium Ion Type 212A NFS (image: Occar)

MANILA– Pembuat kapal Italia, Fincantieri, telah menyatakan minatnya untuk menjalin kemitraan industri strategis dengan Filipina guna memperkuat kemampuan pertahanan dan keamanan bawah laut negara tersebut.

“Indo-Pasifik dan Laut Mediterania sangat mirip dan memiliki banyak kesamaan. Fincantieri sangat ingin menjadi kemitraan industri strategis bagi Filipina untuk melindungi lautan kita,” ujar Aurora Buzzo, Manajer Area Divisi Kapal Angkatan Laut Fincantieri, dalam forum Stratbase ADR Institute di Makati City, Rabu.

Fincantieri dan Thyssenkrupp Marine Systems (TKMS) Jerman sebelumnya telah bekerja sama untuk terpilih sebagai produsen kapal selam pertama Filipina sebagai bagian dari program modernisasi Angkatan Bersenjata negara tersebut yang sedang berlangsung untuk meningkatkan pencegahan maritim.

Kapal selam diesel electric Type 212A Todaro class (photo: Fincantieri)

Namun, di luar kapal selam, Buzzo mengatakan perusahaannya memiliki beragam produk untuk ditawarkan, termasuk kendaraan nirawak dan sistem drone bawah laut canggih yang dapat melindungi infrastruktur penting di bawah air seperti pipa gas dan kabel bawah laut.

Sebagai perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki pemerintah, Buzzo mengatakan Fincantieri dapat menawarkan opsi pembiayaan yang fleksibel kepada negara-negara seperti Filipina dan "membiayai hingga 100 persen" dari nilai kontrak proyek dengan rencana pembayaran yang difasilitasi.

"Kami berkomitmen penuh untuk mendukung paket pembiayaan bagi semua proyek kami, terutama pada akhirnya dan semoga di Filipina," ujarnya.

DEEP sistem drone bawah laut (image: Fincantieri)

"Ini adalah sesuatu yang benar-benar dapat kami atur—kami dapat mengatur beberapa pertemuan dengan Angkatan Laut, Kementerian Pertahanan, dan Keuangan Filipina untuk memberikan semua kemungkinan yang dapat kami tawarkan dalam hal paket pembiayaan," tambahnya.

Fincantieri sebelumnya telah meluncurkan proyek DEEP, sistem drone bawah laut terintegrasi pertamanya yang terdiri dari jaringan sensor untuk peringatan dini dan armada kendaraan bawah laut nirawak.

Sistem ini, menurut Buzzo, fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan kebutuhan suatu negara, baik untuk tugas keamanan militer, perlindungan infrastruktur komersial, maupun pemantauan lingkungan.

(PNA)

Calon Awak Dikirim Akhir November, KRI Prabu Siliwangi 321 Akan Tiba Maret 2026

14 November 2025

KRI Prabu Siliwangi 321 (photo: Jeffess)

TNI kirim calon awak KRI Prabu Siliwangi ke Italia pada akhir November

Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Tunggul mengatakan para prajurit calon awak KRI Prabu Siliwangi-321 akan diberangkatkan ke Italia pada akhir November mendatang untuk mempelajari cara mengoperasikan kapal perang baru tersebut.

"Untuk para prajurit TNI AL calon pengawak KRI Prabu Siliwangi-321 akan diberangkatkan pada minggu ketiga bulan November ini ke Italia," kata Tunggul kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Tunggul mengatakan para prajurit TNI AL itu dikirim ke Italia karena KRI Prabu Siliwangi-321 sama seperti KRI Brawijaya-320 dibuat oleh galangan asal Italia, yakni Fincantieri.

Sebelum berangkat ke Italia, sebanyak 160 calon awak KRI Prabu Siliwangi-321 sudah menjalani pelatihan khusus atau Kesatuan Persiapan Pengambilan Kapal (KPPK) di Komando Armada II, Surabaya.

"KPPK telah dilaksanakan mulai dari 13 Oktober sampai 7 November 2025 di Komando Latihan Koarmada II, Surabaya," kata Tunggul.

Selama proses KPPK, para prajurit itu menjalani pelatihan khusus untuk menjaga kekompakan, memperkuat pengetahuan tentang teknis kapal hingga kemampuan tempur selama mengawaki kapal.

Dengan ragam pelatihan tersebut, para prajurit sudah memiliki kesiapan dari segi mental, fisik dan pengetahuan untuk mengawaki KRI Prabu Siliwangi-321.

Tunggul menambahkan para prajurit itu akan membawa KRI Prabu Siliwangi-321 ke Indonesia pada awal tahun 2026 mendatang.

Sebelumnya, pada September 2025, TNI AL telah kedatangan KRI Brawijaya-320. Kapal jenis fregat itu memiliki kesamaan dengan KRI Prabu Siliwangi-311 yang direncanakan hadir pada tahun depan.

Nantinya, KRI Prabu Siliwangi-321 akan ditempatkan di jajaran Koarmada II bersama dengan KRI Brawijaya-320. (Antara)

KRI Prabu Siliwangi 321 (photo: Fincantieri)

TNI AL pastikan KRI Prabu Siliwangi sampai ke Indonesia Maret 2026

Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Tunggul mengatakan KRI Prabu Siliwangi-321 akan hadir Indonesia pada Maret 2026.

Kapal jenis Fregat buatan Fincantieri, Italia itu akan menjadi yang kedua hadir di Indonesia setelah sebelumnya KRI Brawijaya-320 sudah diterima TNI AL di Indonesia pada September 2025.

"Rencana kedatangannya di tanah air, ditargetkan pada bulan Maret 2026," kata Tunggul saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Tunggul menjelaskan nantinya KRI Prabu Siliwangi akan dibawa langsung oleh calon awak kapal TNI AL yang sudah melewati ragam pelatihan khusus atau Kesatuan Persiapan Pengambilan Kapal (KPPK) di Komando Armada II, Surabaya.

"KPPK telah dilaksanakan mulai dari 13 Oktober sampai 7 November 2025 di Komando Latihan Koarmada II, Surabaya," kata Tunggul.

Selama proses KPPK, para prajurit itu menjalani pelatihan khusus untuk menjaga kekompakan, memperkuat pengetahuan tentang teknis kapal hingga kemampuan tempur selama mengawaki kapal.

Setelah menjalani latihan, kata dia, para prajurit akan diberangkatkan ke Italia pada akhir November tahun ini untuk menjalani pelatihan singkat tentang KRI Prabu Siliwangi di galangan kapal Fincantieri, Italia.

"Saat tiba di galangan Fincantieri Italia, seluruh prajurit calon awak tinggal melakukan familiarisasi secara langsung kurang lebih selama tiga bulan," kata Tunggul.

Tunggul memastikan seluruh proses pengiriman prajurit dan pelatihan di Italia berjalan dengan lancar demi memastikan KRI Prabu Siliwangi-321 bisa sampai di Indonesia tepat waktu.

Sebelumnya, pada September 2025, TNI AL telah kedatangan KRI Brawijaya-320. Kapal tersebut merupakan jenis yang sama dengan KRI Prabu Siliwangi-321.

Nantinya, KRI Prabu Siliwangi-321 akan ditempatkan di jajaran Koarmada II bersama dengan KRI Brawijaya-320. (Antara)

DTI Thailand Serahkan 3 Prototipe Persenjataan Artileri

14 November 2025

Penyerahan secara simbolis model peluncur roket laras ganda berpemandu DTI-1G (photo: Sompong Nondhasa)

Pada tanggal 13 November 2015, Defence Technology Institute (DTI) menyerahkan tiga peralatan militer kepada Angkatan Darat Kerajaan Thailand:
1. Sebuah prototipe peluncur roket multi-laras serbaguna D11A.
2. Sebuah howitzer ringan 105mm CS/AH2 diserahkan kepada Divisi Artileri.
3. Sebuah peluncur roket multi-laras berpemandu DTI-1G diserahkan kepada Pusat Artileri.

Peluncur roket multi-laras serbaguna D11A (infographic: DTI)

Peluncur roket multi-laras serbaguna D11A
Peluncur roket multi-laras serbaguna D11A merupakan proyek penelitian dan pengembangan untuk prototipe peluncur roket multi-laras berpemandu dengan sistem kendali tembakan. 

Peluncur ini dapat membawa roket 122mm dengan jangkauan 40 km, roket 306mm dengan jangkauan 150 km, dan roket 370mm dengan jangkauan 300 km. DTI dan produsen bersama-sama merancang dan mengembangkan peluncur roket multi-laras serbaguna untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Darat Kerajaan Thailand. Senjata ini dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh di tingkat taktis, operasional, dan strategis.

 Howitzer tarik ringan 105mm CS/AH2
 (infographic: DTI)

Howitzer ringan 105mm CS/AH2
Howitzer ringan 105mm CS/AH2 adalah howitzer tarik yang dilengkapi dengan sistem pencari arah dan pemandu otomatis GPS/INS sebagai sistem pembidik utama. Sebuah pembidik panorama berfungsi sebagai cadangan. 

Senjata ini dapat ditembakkan tanpa peta dan dapat dilipat dari posisi siap ke posisi bergerak. Senjata ini memiliki jangkauan maksimum 20 km dan digunakan sebagai senjata pendukung tembakan untuk batalyon artileri lapangan.

Peluncur roket laras ganda berpemandu DTI-1G (nfographic: DTI)

Peluncur roket laras ganda berpemandu DTI-1G
Peluncur roket laras ganda berpemandu DTI-1G adalah senjata taktis untuk penghancuran target jarak jauh, termasuk instalasi militer, markas besar, depot, bandara, dan target militer penting lainnya. 

Senjata ini digunakan sebagai senjata pendukung tembakan untuk instalasi artileri musuh, sistem roket, stasiun radar, pusat komando dan kendali, serta lokasi peralatan penting. Senjata ini memiliki jangkauan 150 km. (Sompong Nondhasa)

Peluncur roket multi-laras serbaguna D11A untuk roket 122mm dan 306mm (photos: Sompong Nondhasa)

D11A Thailand Lulus Uji Coba Militer

Defence Technology Institute (DTI) milik pemerintah Thailand menyerahkan Peluncur Roket dan Rudal Serbaguna D11A pertama kepada Royal Thai Army (RTA) untuk penyebaran  operasional.


Seorang pejabat DTI mengatakan kepada Janes di pameran Defense & Security 2025 di Bangkok bahwa platform pertama yang diserahkan telah menerima akreditasi dari RTA untuk menembak pada jarak hingga 40 km.

Unit pertama ini akan dipasok ke RTA pada akhir November setelah serangkaian uji coba pengguna dan uji coba dalam beberapa tahun terakhir, yang dilakukan oleh Resimen Artileri ke-71 RTA di Lopburi.


Bersamaan dengan itu, DTI sedang mengembangkan dan membangun prototipe D11A kedua, yang dipamerkan di pameran Defense & Security 2025 dan memiliki kemampuan untuk menembakkan roket pada jarak antara 150 km dan 300 km.

Pengujian prototipe kedua ini dijadwalkan berlangsung pada tahun 2026, meskipun kendala potensial adalah kurangnya fasilitas pengujian lokal yang memiliki ruang yang diperlukan untuk menguji peluncur roket pada jarak yang lebih jauh. Pejabat DTI mengatakan pengujian prototipe D11A kedua dapat dilakukan di luar Thailand, tetapi ia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.


Pejabat tersebut mengonfirmasi bahwa RTA memiliki rencana untuk membeli enam unit D11A pertama, dengan potensi akuisisi lanjutan di tahun-tahun mendatang. Meskipun DTI berkomitmen untuk membangun dua prototipe pertama, produksi unit lanjutan kemungkinan akan dilakukan oleh fasilitas manufaktur RTA sendiri. (Jane's)

13 November 2025

Hanwha Defence Australia Lakukan Latihan Tembak Langsung Howitzer AS9 Huntsman

13 November 2025

SPH AS9 Huntsman Angkatan Darat Australia melakukan latihan penembakan langsung di Victoria (photos: Hanwha Defence Australia)

Hanwha Defence Australia (HDA) telah melakukan latihan tembak langsung Howitzer Gerak Sendiri/Self-Propelled Howitzer (SPH) AS9 Huntsman di Area Militer Puckapunyal, Victoria, yang menunjukkan kemajuan dalam program Protected Mobile Fires Australia.

Berasal dari platform K9 Thunder Hanwha yang dioperasikan secara global, AS9 Huntsman dilengkapi sistem perlindungan yang ditingkatkan dan rangkaian C4 yang ditingkatkan; mencakup komando, kendali, komunikasi, dan komputasi untuk meningkatkan presisi dan responsivitas di medan perang modern.

Dengan produksi domestik yang kini sedang berlangsung di wilayah Geelong, HDA terus berkolaborasi dengan Angkatan Darat Australia dan Departemen Pertahanan Australia untuk menghadirkan sistem artileri swagerak generasi terbaru yang dirancang untuk perakitan dan dukungan lokal.