31 Januari 2021

Melihat Spesifikasi Helikopter Super Puma NAS-332 C1+ dari PT DI untuk TNI AU

31 Januari 2021

Helikopter Super Puma NAS-332 C1+ buatan PTDI (all photos : PT DI)

KOMPAS.com - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah mengirimkan pesanan satu unit helikopter Super Puma NAS-332 C1+ pesanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan pengguna akhir TNI Angkatan Udara, Jumat (29/1/2021). 

Direktur Niaga PT DI Ade Yuyu Wahyuna mengatakan, helikopter Super Puma NAS-332 C1+ akan dioperasikan oleh Skadron Udara 6 Lanud Atang Sendjaja, Bogor. 

"Dengan dilakukannya ferry flight helikopter Super Puma NAS-332 C1+, harapan kami semoga akan semakin memperlancar dan memudahkan pelaksanaan dan penyelesaian tugas TNI AU menjaga kekuatan matra udara Republik Indonesia," ujar Ade, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (29/1/2021). 

Komandan Skadron Udara 6 Lanud Atang Sendjaja Letkol Pnb Akhmad Mauludin Mulyono berharap helikopter ini dapat mendukung tugas negara dan bangsa Indonesia. Seperti apa spesifikasi helikopter Super Puma NAS-332 C1+ ini?


Dibekali sejumlah kecanggihan

Dikutip dari laman resmi PT DI, helikopter Super Puma NAS-332 C1+ adalah produk PT DI yang dibekali dengan sejumlah kecanggihan. 

Kecanggihan itu di antaranya Avionic Glass Cockpit, disertai sensor optik AHRS (Attitude Heading and Reference System), dan teknologi FMS (Flight Management System). 

Selain itu, dilengkapi instrumen yang digunakan pilot untuk mengatur rencana terbang (Flight Plan) meliputi jalur yang akan dilewati helikopter, serta SAR Direction Finder untuk menangkap sinyal ELT (Emergency Locator Transmitter).

Helikopter ini memiliki NVG (Night Vision Goggle), Weather Radar dan Emergency Floatation untuk melakukan pendaratan darurat di atas air. 

Helikopter Super Puma NAS-332 C1+ dapat terbang selama empat jam dengan kecepatan maksimum 306 kilometer per jam. 

Mengenai daya tampung, helikopter ini mampu mengangkut 18 pasukan dan 3 crew (Pilot, Co-Pilot dan Juru Mudi Udara). 

Helikopter tipe ini merupakan heli angkut berat multipurpose yang dapat digunakan untuk military transport, cargo, paratroop transport, medical evacuation, serta VIP. Helikopter ini dilengkapi dengan Hoist untuk menarik atau mengevakuasi korban pada sisi pintu kanan. 

Selain itu, Super Puma NAS-332 C1+ juga memiliki sling yang berfungsi untuk membawa barang atau kendaraan taktis dengan beban maksimal 4,5 ton.


Pelatihan untuk penerbang 

Masih dikutip dari laman PT DI, kontrak jual beli Helikopter Super Puma NAS-332 C1+ antara Kemenhan dan PTDI untuk TNI AU ini juga termasuk pelatihan untuk penerbang dan teknisi, publikasi teknis, dan suku cadang. 

Kontrak tersebut ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Brigjen TNI Bambang Kusharto dan Direktur Niaga PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI), Irzal Rinaldi Zailani. 

Pada 2019, penandatanganan kontrak jual beli disaksikan oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan Direktur Utama PTDI, Elfien Goentoro. 

PT DI merupakan badan usaha milik negara yang didirikan pada 1976, berlokasi di Bandung, Indonesia. 

Produk utama yang dihasilkan adalah pesawat terbang, komponen struktur pesawat terbang, jasa perawatan pesawat terbang dan jasa rekayasa. 

PT DI mampu memproduksi jenis pesawat terbang CN235 yang dilengkapi dengan mission sesuai konfigurasi antara lain: angkut, cargo, paratroop, medevac, patroli maritim bahkan VIP. 

PTDI juga mampu memproduksi pesawat terbang NC212i yang dapat dilengkapi dengan berbagai misi sesuai pesanan, antara lain angkut militer, hujan buatan, patroli maritim, navtrain, termasuk medevac.

PT DI juga mampu menghasilkan pesawat yang merupakan hasil kerja sama industri di antaranya CN 295 dengan pihak Airbus Defence & Space (ADS), serta helikopter dengan pihak Airbus Helicopters baik yang berbasis di Perancis maupun di Jerman dalam berbagai varian, demikian pula dengan pihak Bell Helicopter Textron dalam beberapa varian.

Latihan Perang Borneo 1/21 Pamer Kesiagaan Aset Armada Timur

31 Januari 2021

Perang Borneo 1/21 (all photos : TLDM)

Kota Kinabalu - Perang Borneo 1/21 melibatkan KD KEDAH, KD KERIS, KD PARI dan KD GANAS telah dilaksanakan di Perairan Laut China Selatan. Turut menyertai latihan kali ini adalah Helikopter EC725 milik TUDM dari Pangkalan Udara Labuan.


Membuka tirai eksesais dan latihan bagi tahun 2021, latihan ini dilaksanakan bertujuan menguji ketangkasan dan kesiagaan aset-aset TLDM di bawah pemerintahan Armada Timur, selain turut menguji kecekapan warga dalam melaksanakan konsep peperangan, navigasi dan ilmu kelautan.


Evolusi yang dilaksanakan meliputi pelbagai aspek seperti Melawan Kebakaran dan Mengawal Kebanjiran (MKMA) di atas kapal, latihan menembak dan latihan pemindahan semasa di laut.


Latihan kali ini juga merupakan latihan julung kali yang turut disertai oleh Yang Berbahagia Laksamana Madya Dato’ Sabri bin Zali sejak beliau mengambil alih pemerintahan Armada Timur, Disember lalu. Turut serta adalah Timbalan Panglima Armada Timur, Laksamana Pertama Sazalee bin Shoib.

 
Walaupun situasi pandemik COVID19 sedikit sebanyak merencatkan perancangan eksesais dan latihan 2021, latihan ini tetap dilaksanakan dalam skala kecil dengan amalan SOP ketat bagi mengekalkan momentum anggota dan kebolehupayaan aset TLDM di Armada Timur. Ia turut menjadi pemangkin untuk menyediakan armada yang kompeten dan sentiasa bersedia dan terlatih tanpa mengira situasi aman mahupun ketika perang. 

30 Januari 2021

TNI AL Kembangkan Simulator CMS Diponegoro Class Secara Mandiri

30 Januari 2021

Pengenalan simulator CMS (photo : TNI AL)

Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kemampuan tempur para prajuritnya, TNI Angkatan Laut dalam hal ini Dinas Materiel  Senjata dan Elektronika Angkatan Laut (Dissenlekal) membuat suatu terobosan dalam penelitian dan pengembangan simulator Combat Management System (CMS)  KRI Kelas Diponegoro secara mandiri.

Demo prototipe dari produk ini, Rabu (27/1) dipaparkan Tim Dissenlekal dibawah Pimpinan Kepala Dinas Materiel Senjata dan Elektronika Angkatan Laut (Kadissenlekal) Laksamana Pertama TNI Endarto Pantja I., S.T., M.T., dihadapan Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono, S.E., M.M., dan sejumlah pejabat utama Mabesal bertempat di Gedung Neptunus, Denma Mabesal, Cilangkap Jakarta Timur.

Kadissenlekal mengatakan bahwa  Salah satu teknologi pengendalian senjata yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi Combat Management System atau yang dikenal CMS. Teknologi CMS merupakan salah satu indikator kemampuan tempur kapal perang modern saat ini dengan  mengintegrasikan antara sistem sensor dan senjata yang dikendalikan dalam suatu konsol yang dilengkapi dengan aplikasi manajemen pertempuran.

CMS Thales Tacticos fregat Sigma 105 TNI AL (photo : Thales)

“Oleh karena itu, agar pengawak KRI aktif dan calon pengawak KRI dapat berlatih secara intensif guna mempertahankan dan meningkatkan  kemampuan tempur maka perlu dilengkapi dengan peralatan simulator CMS”, ujarnya.

Menurut Kadissenlekal teknologi CMS yang digunakan TNI AL saat ini mengalami lompatan teknologi yang cukup pesat sejak datangnya KRI kelas Diponegoro. CMS Baseline 1 produksi perusahaan Thales Naval Nederland yang bernama Tacticos (Tactical Information and Command System) yang semula digunakan telah disempurnakan   menjadi Tacticos Baseline 2 yang telah diterapkan di KRI Kelas R.E. Martadinata.

Kadissenlekal  menyadari, prototipe simulator CMS yang dihasilkan Timnya masih belum sempurna dan perlu pengembangan lebih lanjut. Namun ucapan terimakasih disampaikan kepada Wakasal yang telah memberikannya tantangan selaku Pembina Perwira Korps Elektronika untuk membuat terobosan-terobosan baru sehingga kedepan Perwira-perwira muda TNI Angkatan Laut dapat terus berkarya dalam menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam memajukan TNI AL selaras dengan Program Prioritas Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono, S.E.,M.M., dalam membangun Sumber Daya Manusia TNI AL yang unggul.

(TNI AL)

Air Force Gets C-130H Aircraft from US

30 Januari 2021

PAF C-130H aircraft that arrived at the Villamor Air Base in Pasay City on Friday. The aircraft first of two C-130H aircraft granted to the Philippines by the US government through the US DSCA (photo : PAF)

MANILA – The Philippine Air Force (PAF) on Friday formally welcomed one of the two Lockheed C-130H aircraft it has acquired through a grant from the United States government.

The aircraft, which came from Tucson, Arizona and had a tail number of 5125, was welcomed in a simple arrival ceremony in Villamor Air Base, Pasay City that was graced by PAF vice commander Maj. Gen. Florante M. Amano.

"The C-130H with (tail number) 5125 is the first one of the two C-130H aircraft granted by the US government through the US Defense Security Cooperation Agency. The aircraft will provide enhanced capability in terms of heavy airlift missions to support the movement of troops and cargoes during territorial defense security and stability and humanitarian assistance and disaster response operations," PAF spokesperson Lt. Col. Aristide Galang said in a statement on Saturday.

Galang said a series of technical inspections by concerned committees and home station checks by flight and maintenance crew would be conducted in the next two weeks.

"The PAF will then conduct a formal acceptance, turnover, and blessing of the C-130H aircraft at Villamor Air Base, Pasay City," he said.

The cost of acquiring the two C-130H aircraft was earlier placed at PHP2.5 billion, with the Philippines contributing PHP1.6 billion and the US about PHP900 million.

The C-130 is a four-engine turboprop military transport aircraft designed and built originally by Lockheed, now Lockheed Martin.

Capable of using unprepared runways for takeoffs and landings, the C-130 was originally designed as a troop, medical evacuation, and cargo transport aircraft. 

(PNA)

Pasukan Taifib Berlatih Serbuan Cepat dengan Rantis ATAV

30 Januari 2021

Latihan sebuan cepat dengan rantis P6 ATAV (all photos : PasMar2)

Prajurit Yontaifib 2 Mar Pasmar 2 Latihan Menembak di atas Rantis ATAV P6

Dispen Kormar (Surabaya). Dalam rangka memelihara dan meningkatkan kemampuan serta profesionalisme prajurit, Batalyon Intai Amfibi 2 Marinir ( Yontaifib 2 Mar ) Pasmar 2 melaksanakan latihan menembak di atas Kendaraan Taktis (Rantis) serbu terbaru TNI AL P6 ATAV (All Terrain Assault Vehicle) di lapangan tembak Internasional F.X Soepramono Karangpilang, Surabaya. Rabu (27/01/2021).


Latihan yang dipimpin oleh Komandan Yontaifib 2 Marinir Letkol Marinir Supriyono tersebut dalam rangka mempertajam dan meningkatkan kemampuan menembak prajurit Taifib sebagai pasukan khusus TNI Angkatan Laut dalam melaksanakan tugas operasi yang membutuhkan pergerakan yang cepat dan tepat.


Adapun materi latihan yang dilatihkan mengacu pada kemampuan menembak menggunakan senjata otomatis jenis GPMG kaliber 7,62 MM di atas Kendaraan Taktis P6 ATAV yang bergerak maju mendekati sasaran. Kendaraan Taktis P6 ATAV ini merupakan kendaraan serbu yang mampu digunakan di segala medan.


Sebelum latihan dimulai Danyontaifib 2 Mar menekankan kepada seluruh prajurit agar mengikuti arahan dari instruktur dan menjaga Protokol Kesehatan agar latihan dapat berjalan dengan lancar, tertib, aman dan dapat mencapai hasil latihan yang maksimal secara efektif dan efisien serta mengutamakan faktor keselamatan (zero accident).


“Meskipun dalam masa pandemi, semangat prajurit untuk berlatih harus tetap dijaga dan tidak boleh menurun, untuk menjaga naluri tempur kita sebagai pasukan khusus yang selalu siap untuk ditugaskan dalam kondisi apapun”, pungkasnya.

Luerssen's Design of OPV Selected for New MCM & Hydrographic Vessels

30 Januari 2021

Arafura class OPV (image : Luerssen)

Henderson Shipyard becomes sovereign capability powerhouse

Australian industry is continuing to reap the benefits of the Morrison Government’s unprecedented investment in new infrastructure and shipbuilding activities which is creating thousands of Australian jobs.

Through the Morrison Government’s up to $183 billion Naval Shipbuilding Plan, Henderson shipyard in Western Australia is becoming a sovereign capability powerhouse.

Under project SEA 1905 Phase 1, Defence has made a down-select decision to explore a variant of the offshore patrol vessels for the new Mine Countermeasures and Survey Vessels under project SEA 1905 Phase 1. This will support the construction of new vessels which will be built at the Henderson precinct, supporting local jobs in Western Australia.

During a visit to the Henderson precinct, the Minister for Defence, Senator the Hon Linda Reynolds CSC commended the progress being made.

“Following the election commitment made by the Federal Government in 2019, we are bringing forward the replacement of the Huon-class vessel from the 2030’s to the mid 2020’s. We are also committed to constructing a new hydrographic capability,” Minister Reynolds said.

“These vessels will help Navy navigate more confidently throughout the region, and safely clear minefields with the use of autonomous technologies.”

Defence has released an Invitation to Register and Request for Information on Austender for various components of the mission management system, the integration of the system, and the construction of a toolbox of Robotic and Autonomous Systems that the new vessels will require.

“This is all part of the Morrison Government’s unprecedented investment in a National Naval Shipbuilding Enterprise, with Henderson being one of the two major shipbuilding hubs in Australia, along with Osborne in South Australia,” Minister Reynolds said.

Arafura class OPV (photo : Naval News)

Currently, three classes of vessels are under construction at Henderson including:

• 21 Guardian class vessels;
• 10 of the 12 Arafura class offshore patrol vessels; and
• 6 Evolved Cape class vessels.

Since the 2016 Defence White Paper, eight ships have already been built and delivered in WA, with another eight ships currently under construction at Henderson.

“With a total of up to 45 ships to be built in WA, shipbuilding has gone from zero to boom in seven years because of the Morrison Government’s significant investment. Our commitment to shipbuilding in Australia is unprecedented in its scale and ambition,” Minister Reynolds said.

The Anzac class ships are also undergoing a major midlife upgrade at Henderson. This includes upgrades to systems modernisation activities as well as quality-of-life improvements for the crew, at a cost of more than $1 billion.

“Today, around half of Australia’s surface combatant fleet and all six Collins Class submarines are home ported in WA,” Minister Reynolds said.

“With plans highlighted in the 2020 Force Structure Plan to build two multi-role sealift and replenishment ships, a Pacific Support Vessel, and an ice-rated replacement for Ocean Protector in Australia, additional major docking facilities will be required in the near future to supplement the capability of the Captain Cook Graving Dock in Sydney.

“The construction of such a facility would be an enormous boost to our sovereign shipbuilding and sustainment industry, and the West Australian Government’s forward leaning approach and commitment to this work is crucial to Defence.

“I have witnessed first-hand the hive of activity at Henderson that demonstrates the Morrison Government’s determination and commitment to creating a sovereign industrial shipbuilding capability.

“With more than 1,300 naval shipbuilding and sustainment personnel employed in WA under the Coalition Government, this is good news for business and the economy, especially as the economy recovers from COVID-19.

“As part of this Government’s Naval Shipbuilding Plan, $75 billion will be spent on Australia’s maritime capabilities over the next decade alone. This will play a crucial role in supporting Australia’s economy and jobs growth.”

29 Januari 2021

Skadron Udara 6 Mendapatkan Tambahan 1 Helikopter NAS-332 Baru

29 Januari 2021

Helikopter NAS-332 Super Puma baru dari PT DI melengkapi Skadron Udara 6 TNI AU (photos : Skadron Udara 6)

Jum'at berkah. Kita acapkali mendengar kata-kata ini. Dan pada hari Jum'at ini memberikan keberkahan tersendiri bagi Skadron Udara 6.

Tepat hari ini Skadron Udara 6 menerima tambahan alutsista baru, satu unit Helikopter NAS-332 Super Puma mendarat di Apron Skadron Udara 6 setelah diterbangkan dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di Bandung. Pesawat ini diterbangkan oleh Letkol Pnb Risdiyanto, S.T., M.I.K. mewakili Pilot PTDI dan didampingi Komandan Skadron Udara 6, Letkol Pnb A.M. Mulyono, S.E.

Helikopter Super Puma H-3218 (photo : PTDI)

Helikopter NAS-332 Super Puma dengan nomor registrasi HX-3315 yang nantinya akan berubah menjadi H-3218 ini mempunyai perbedaan dengan helikopter lain yang sudah memperkuat Skadron Udara 6 sebelumnya. Teknologi yang lebih canggih tentunya, karena heli ini sudah dilengkapi dengan panel instrument Glass Cockpit dan memiliki kemampuan terbang NVG untuk operasi malam hari.

Besar harapan kita semua, dengan datangnya armada baru ini menjadikan Skadron Udara 6 semakin jaya di udara dan seluruh anggota Skadron Udara 6 semakin mantap menjadi Prajurit yang Benar, Berani, Berbhakti.

Thai Army Unveils Type 85 Vehicle after Upgrade

29 Januari 2021

Type 85 of the Thai Army after upgrade (photos : TAF)

In 2019, the Army launched a program to upgrade the Type-85 manned tracked vehicle to extend its service life beyond its current lifespan of about 35 years.

The improvement is likely to change/improve the engine of the Deutz on the car. Change/improve gear set improve the body and interior which is believed to be the first step to renovate 51 cars and it is likely to be improved. 


But it is unclear whether there will be improvements in all the vehicles that the Army has in use, which is around 400 vehicles, with the improvement being made by a manufacturer NORINCO. Which, after being prepared expected to be able to extend its service life by about 20 years.

(TAF)

Pesawat N219 Versi Amfibi Bakal Dibuat Tahun 2021 Ini

29 Januari 2021

Pesawat N219 versi amfibi (image : LAPAN)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesawat N219 hasil inovasi anak bangsa rencananya akan dibuat dalam versi amfibi pada tahun ini. 

Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan pesawat jenis amfibi ini dapat digunakan untuk penanganan bencana di Indonesia.

"Pada 2021 ini juga rencananya N219 akan dibuat varian amfibi, N219 yang bisa mendarat di perairan di pantai khususnya," ujar Bambang dalam Review Kinerja dan Outlook Kemenristek/BRIN di Graha Widya Bhakti Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (27/1/2021).

Selain untuk kebutuhan tanggap darurat, Bambang mengatakan pesawat N219 jenis amfibi ini dapat dimanfaatkan kebutuhan pariwisata Indonesia.

Pesawat jenis ini dapat menjangkau pulau yang terpencil, namun memiliki potensi sebagai destinasi wisata.

"Bisa mendukung pengembangan pariwisata, terutama pariwisata untuk pulau-pulau yang saat ini masih sulit untuk dijangkau karena letaknya dan karena kurangnya infrastruktur yang terkait perhubungan udara," tutur Bambang.

Seperti diketahui, pesawat N219 telah menyelesaikan proses sertifikasi dari otoritas penerbangan. 

Pesawat N219 menyelesaikan rangkaian pengujian sertifikasi dari Otoritas Kelaikudaraan Sipil Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI.

TLDM Fokus Tingkat Kesiagaan Armada demi Kedaulatan Perairan Negara – Panglima Tentera Laut

29 Januari 2021

Program Transformasi 15 to 5 (image : TLDM)

KUALA LUMPUR – Panglima Tentera Laut, Laksamana Tan Sri Mohd Reza Mohd Sany hari ini menegaskan, tahap kesiagaan armada Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) menjadi keutamaan pasukan itu bagi mempertingkatkan tahap operasi dalam menjaga kedaulatan perairan negara.

Menurut beliau, empat teras utama Hala Tuju Kepimpinan TLDM turut menitikberatkan pembangunan Armada TLDM agar sejajar dengan perancangan Program Tranformasi TLDM 15 to 5.

“Selain itu, TLDM akan terus meningkatkan integrasi dan sokongan kepada aspek kebersamaan serta menyediakan modal insan terbaik untuk memenuhi keperluan masa hadapan,” katanya dalam Perutusan Tahun Baharu yang disiarkan melalui media sosial rasmi milik TLDM, hari ini.

Mohd Reza turut menjelaskan, direktif strategik yang sedia ada akan dijadikan sebagai panduan dalam memacu TLDM ke arah kecemerlangan.

Justeru, beliau berkata, kesinambungan pelan strategik pembangunan TLDM diteruskan dengan mengambil panduan daripada Kertas Putih Pertahanan (KPP), Sistem Pengurusan Strategik (SPS) ATM 2125, Direktif Strategik Panglima Tentera Laut (DS PTL) dan Amanat Panglima Angkatan Tentera Tahun 2020.

Peta Strategik 2021- 2025 (PS TLDM 2125) mengandungi 4 teras utama iaitu:

1. Keupayaan dan Kesiagaan Angkatan (Force Capability and Readiness).

2. Keberkesanan Perhubungan Strategik (Strategic Relationship Effectiveness).

3. Kecemerlangan Modal Insan (Human Capital Excellence).

4. Kesejahteraan Warga TLDM (Well Being of the Navy People).

Selain itu, Mohd Reza mengingatkan warganya agar lebih membuka minda untuk berubah demi untuk kecemerlangan di masa hadapan.

Beliau turut menegaskan agar warga TLDM meningkatkan kompetensi modal insan, kesiagaan platform dan penambahbaikan proses untuk menilai kekuatan armada.

“Kedudukan kita perlu dinilai dengan lebih kerap. Oleh itu, saya mahu perancangan teliti kepada ketiga-tiga elemen ini dilaksanakan mengikut keutamaan dan bersesuaian dengan keadaan semasa,

“Setiap perancangan yang dibuat perlu diselarikan dengan peruntukan kewangan yang diterima agar ia dapat dioptimumkan sewajarnya dan memberi pulangan faedah atau ROI yang tinggi kepada TLDM,” ujarnya. 

28 Januari 2021

Prajurit Satuan Kapal Selam Koarmada II Latihan Deteksi Sonar

28 Januari 2021

Latihan deteksi sonar Satsel Koarmada II (photos : TNI AL)

Guna mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme prajurit, Satuan Kapal Selam (Satsel) Koarmada II menggelar Latihan Deteksi dan Klasifikasi Kontak Sonar yang dibuka oleh Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Koarmada II Kolonel Laut (P) M. Iwan Kusumah, S.E bertempat di Submarine Sonar Simulator (SSS) dan Submarine Command Team Trainer Kolat Koarmada II, pada Rabu (27/1).

Dalam sambutannya Kolonel Iwan menjelaskan, “Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme personel perwira korps Pelaut dan Juru Sonar unsur-unsur Satsel Koarmada II, dalam melaksanakan prosedur pendeteksian dan pengklasifikasian kontak sonar.” Lebih lanjut, Kolonel Iwan menekankan pentingnya peran Juru Sonar di kapal selam baik dalam aspek navigasi maupun taktis.


“Adapun materi yang dikembangkan dalam latihan ini adalah penyegaran tentang pola perambatan/ propagasi suara di bawah laut, pengaruh faktor lingkungan (environmental factor), jenis-jenis kontak kapal permukaan, analisa perkiraan kecepatan berdasarkan perkiraan putaran propeller (turn count analyisis), analisa DEMON (Detection on Envelope Modulation on Noise) dan LOFAR (Low Frequency Analysis and Ranging)”, jelas Iwan-sapaan karib Dansatsel Kormada II.

Pelaksanaan latihan yang rencananya akan dilaksanakan selama 4 (empat) hari, merupakan tindak lanjut dari Program prioritas Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono yaitu Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) TNI AL yang unggul. Acara pembukaan latihan berjalan lancar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat guna memutus mata rantai penularan Covid-19 sesuai penekanan Pangkoarmada II Laksda TNI I N.G. Sudihartawan.


BTR-60PB and BRDM-2 Present in Hanoi, Protecting the Party Congress

28 Januari 2021

BRDM-2 of the Vietnamese Army (photo : QPVN)

Most of the Vietnamese armored vehicles participating in the task of protecting the Party Congress were amphibious armored vehicles carrying troops BTR-60PB and BRDM-2.

Armored vehicles carrying arny the BTR-60PB and BRDM-2 of the Vietnamese Army were present in Hanoi, ready to participate in the task of protecting the Party Congress.

Vietnamese BTR-60PB

The BTR-60PB amphibious armored vehicles that Vietnam is using are the last version of the BTR-60 troop transport vehicle the first generation in the Soviet-made 8x8 armored tanker line.

BTR-60PB of the Vietnamese Army (photo : QPVN)

This type of armor was developed in the late 50s of the last century and was born in 1961, replacing the BTR-152.

Inside the Vietnamese Army's BTR-60PB armored vehicle, there was a three-man crew consisting of a driver, a liaison commander and a gunner.

The inside space of the car is very large, ensuring the needs of transporting soldiers and goods on the battlefield.

BTR-60PB of the Vietnamese Army (photo : Kien Thuc)

The position of the remote leader on the BTR-60 with the communications system on the right.

The original version of the BTR-60PB has a fairly simple interior, the driver and the driver's seat is equipped with leather cushions, while the gunner's position is just steel.

Beginning in 1959, the first armored BTR-60s entered the Soviet Red Army. Then the army and naval infantry of the Soviet Union also supplemented a large number of this type of armor.

BTR-60PB of the Vietnamese Army (photo : VoV)

The BTR-60PB version that Vietnam uses was launched in 1966.

According to the open published document, the Soviet Union began to aid the BTR-60PB wheeled infantry vehicle to the People's Army of Vietnam in 1973 in the last century - during the war against the US.

So far, Vietnam's BTR-60 armored vehicles are still working well, ensuring fast maneuverability both on land and at sea, providing fire support for infantry on the battlefield.

Interior of the Vietnamese Army BTR-60PB (photo : QPVN)

This vehicle is 7.5 meters long, 2.8 meters wide and 2.06 meters high. The frame is shaped like a canoe, ensuring the ability to wade at high speeds.

The vehicle uses welded steel - enough to protect the occupants from a variety of basic infantry fire. By design, each BTR-60 could carry a platoon of infantry with sufficient equipment.

The main weapon of the vehicle is placed above the turret including a heavy machine gun of 14.5mm caliber along with a coaxial 7.62mm PKT machine gun placed on either side of the viewfinder.

BTR-60PB and BRDM-2 guard Hanoi (photo : QPVN)

The advantage of this type of vehicle is the ability to operate multi-terrain, very good wading and fast on-land maneuverability, easy to handle in a narrow environment, good urban combat.

This is also the reason why armored vehicles carrying troops BTR-60PB and BRDM-2 are often chosen by Vietnam to participate in missions to protect important events taking place in major cities.

This type of armor is also regularly deployed, participating in storm and flood rescue, dealing with natural disasters.

Singapore Navy Inaugurates Maritime Security and Response Flotilla

28 Januari 2021

Two refurbished RSN Fearless-class Patrol Vessels are back into operation as Maritime and Security Response Flotilla (MSRF) (image : Sing Mindef)

Singapore Navy Inaugurates Maritime Security and Response Flotilla to Strengthen Maritime Security Capabilities

Chief of Navy Rear-Admiral Aaron Beng officiated at the inauguration ceremony of the Republic of Singapore Navy (RSN)'s Maritime and Security Response Flotilla (MSRF) at RSS Singapura – Changi Naval Base this morning.

The new flotilla will add capacity and build capabilities to protect Singapore's territorial waters and respond to expanded maritime security threats. The MSRF will be equipped with new purpose-built ships. As a start, the flotilla will operate four Sentinel-class Maritime Security and Response Vessels (MSRVs) and two Maritime Security and Response Tugboats (MSRTs) to enable more calibrated responses.

Commander of the MSRF, Lieutenant Colonel Lee Jun Meng, said, "The MSRF will strengthen Singapore's ability to deal with maritime security threats that have grown in scale and complexity through the years. The additional capabilities will provide us with more flexibility and a wider range of responses, and allow us to be deployed for greater persistence to safeguard and protect Singapore's territorial waters."

Also present at the inauguration ceremony were senior RSN officers and representatives from other national maritime agencies. (Sing Mindef)

The crew of MSRV Guardian lining the deck. Besides a range of calibrated capabilities, the MSRVs will be installed with enhanced communications equipment and modular ballistics protection (photo : Sing Mindef)

Maritime Security Capabilities Strengthened

To further strengthen the RSN's capabilities in protecting Singapore's territorial waters and respond to evolving maritime security threats, the Maritime and Security Response Flotilla (MSRF) was stood up on 26 Jan.

The inauguration ceremony was held at RSS Singapura – Changi Naval Base and officiated by Chief of Navy Rear-Admiral (RADM) Aaron Beng.

"The MSRF will strengthen Singapore's ability to deal with maritime security threats that have grown in scale and complexity through the years," said Commander MSRF Lieutenant Colonel (LTC) Lee Jun Meng.

More calibrated response

As part of the restructured Maritime Security Command, the MSRF will be responsible for developing and operating calibrated capabilities to support the Singapore government in responding to maritime incidents. The capabilities raised by the MSRF will provide flexibility to meet the increased demands and a wider scope of maritime security operations, and offer greater persistence to protect Singapore's territorial waters.

At present, the MSRF will operate four Sentinel-class Maritime Security and Response Vessels (MSRVs). These MSRVs are former Fearless-class patrol vessels that have been refurbished to extend their operational lifespan.

The crew of MSRV Guardian saluting as the naval ensign is raised. The vessel, together with sister ship MSRV Sentinel, will be operational from 26 Jan (photo : Sing Mindef)

The vessels will be installed with a range of calibrated capabilities such as a Long Range Acoustic Device and Laser Dazzler System to allow crew to project verbal warnings and issue visual warnings; a Typhoon Mk 25mm Gun, a 76mm OTO Melara Gun and a 7.62mm General Purpose Machine Gun; and fenders that enable the ship to come alongside vessels of interest quickly.

The first two of the MSRVs, MSRV Sentinel and MSRV Guardian, will become operational from today. Their sister ships MSRV Protector and MSRV Bastion will begin their service in the coming months.

Rounding off the fleet are two Maritime Security and Response Tugboats (MSRTs) that will assist in responding to incidents at sea and support base operations.

New purpose-built vessels

The MSRF will also operate purpose-built vessels when they are ready. These vessels, which are still in the early stages of concept design, are expected to be larger than the MSRVs, and be able to operate at sea for longer periods of up to a few weeks.

"As with our other navy craft, these vessels will be designed for lean manning and for modular capabilities. The new vessels will work with the Littoral Mission Vessels and Unmanned Surface Vessels to protect Singapore's territorial waters, and respond to maritime security threats," said LTC Lee. (Pioneer)

Danpasmar 1 Ikuti Diskusi Teknis Modernisasi Tank PT-76

28 Januari 2021

Presentasi modernisasi tank PT-76 (photo : PasMar1)

Komandan Pasmar 1 (Danpasmar 1) Brigjen TNI (Mar) Hermanto, S.E., M.M., mengikuti diskusi teknis modernisasi Tank PT-76 di lingkungan Korps Marinir, bertempat di ruang rapat Golf Driving Range (GDR) Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (27/01/2021).

Diskusi ini merupakan bentuk perhatian dari Komando atas dalam hal ini pejabat utama Korps Marinir yang diwakili oleh Wadan Kormar Brigjen TNI (Mar) Nur Alamsyah, S.E., M.M., M.Tr (Han)., terhadap pembaruan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) di jajaran Korps Marinir khususnya Resimen Kavaleri (Menkav) dengan tujuan untuk menunjang segala penugasan kedepannya.

Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Wadan Kormar Brigjen TNI (Mar) Nur Alamsyah, S.E., M.M., M.Tr (Han)., dilanjut dengan sambutan dari Bapak Peter Tjahjono selaku Direktur utama PT. BTI Indotechno dan paparan tentang produk dari PT. BTI Indotechno oleh Mr. Jhon Koukouvas selaku Managing Director PT. BTI Indotechno, diakhir paparan tersebut dilangsungkan juga kegiatan tanya jawab dari peserta diskusi kepada bapak Peter Tjahjono tentang kelebihan maupun kekurangan dari produk-produk yang sudah dijelaskan.

Impresi artis atas PT-76 upgrade yang beredar di forum militer (photo : Defencehub)

Adapun materi yang dibahas dalam diskusi teknis ini tentang persenjataan tank PT-76, amunisi 90 mm, suit elektronik optik, sistem penembakan, mekanik elektrik, ketahanan tank PT-76, peningkatan armor, sistem deteksi tindakan balasan, sistem pencegah kebakaran, sistem jalur, mesin dan rantai penggerak, pembangkit listrik, distribusi dan penyimpanan, penutup hidrolik serta sistem kontrol baling-baling.

Hadir pada kegiatan tersebut Irkormar Brigjen TNI (Mar) Lasmono, para Asisten Dankormar, Asrena Danpasmar 1 Kolonel Marinir Sunggu Besar Manurung, Danmenkav 1 Mar Kolonel Marinir Achmad Sochfan, S.A.P., serta para Dansatlak dibawah jajaran Menkav 1 Mar.

27 Januari 2021

Mengintip Performance Heli Serbu Ringan Produksi PT DI

27 Januari 2021

Helikopter AS 550 C3 Fennec milik TNI AD (all photos : Puspenerbad, Wira Amur)

Mengintip Kedahsyatan Heli Serbu Ringan Produksi PT Dirgantara Indonesia

NUSANTARANEWS.CO – Dalam sebuah latihan tempur di Puslatpur Kodiklatad Baturaja, Sumatera Selatan, dua Helikopter Serang ringan Fennec AS 550 C3 dari Markas Komando Skadron-12 Serbu Way Tuba melakukan pengujian tembakan senapan mesin HMP 12,7 milimeter dan roket FZ-219 selama dua hari.

Dalam latihan uji coba tersebut, Fennec membawa 24 roket yang pasang di bagian kiri dan kanan masing-masing 12 roket. Demikian pula senapan HMP dengan 400 munisi disebelah kiri dan 400 disebelah kanan.

Kegiatan latihan ini juga melibatkan Puspenerbad TNI AD, Kementerian Pertahanan RI dan PT. Dirgantara Indonesia (PT DI).


Skadron 12/serbu memang mempunyai tugas pokok bantuan tempur guna memperbesar derajat mobilitas dan daya tembak satuan tempur TNI AD dalam pelaksanaan operasi militer. Skadron 12/Serbu saat ini diperkuat dengan NBell-412 EP dan 8 unit AS 550 Fennec.

Eurocopter AS550 Fennec adalah helikopter militer serang ringan serbaguna buatan Prancis yang dioperasikan oleh Pusnerbad. Helikopter serbu ringan ini dapat dipersenjatai senjata koaksial, roket, torpedo dan amunisi lainnya.

Fennec adalah heli serbu ringan multi peran TNI AD. Melihat karakter serang dengan daya hancur yang dahsyat tak salah jika AS550C3 Fennec dipilih menjadi alutsista TNI, khususnya oleh Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad). Yang terpenting adalah murah dan dapat diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia.


Seperti diketahui, AS550C3 Fennec telah menjadi solusi Airbus untuk memenuhi helikopter multimisi serbu ringan di kelas 2-ton. Airbus menggunakan sistem rotor utamanya dari bahan khusus starflex, blade rotornya dibalut dengan bahan komposit yang dapat meredam suara rotor sehingga memungkinkan Fennec terbang dengan kecepatan tinggi dan menjalankan operasi senyap dalam segala cuaca.


Fennec juga dilengkapi dengan perangkat avionik canggih dan beragam persenjataan mematikan seperti: roket, torpedo dan amunisi lainnya sehingga sangat efektif untuk menjalankan semua operasi militer. Platform heli memungkinkan awak dapat dengan mudah memasang atau mengganti sistem persenjataannya.


Persenjataan AS550C3 antara lain sistem senjata berbentuk tabung roket berbentuk diamond di sisi kanan dan pod senapan mesin di sisi kiri helm. Platform heli yang fleksibel memungkinkan perubahanan penempatan sistem senjata. Penerbad secara khusus memasang sistem peluncur roket FZ-219 yang menjadi senjata standar andalan heli NBO-105.


Kode FZ di depan angka 219 sendiri merupakan inisial dari pabrikan pembuatnya, Forges de Zebrugge, Belgia. Hingga kini senjata roket FZ telah dipergunakan oleh Angkatan Bersenjata lebih dari 55 negara. Banyak negara menggunakan produk FZ karena tidak tergantung dengan komponen produk Amerika Serikat (AS), sehingga aman dari ancaman embargo. Forges de Zebrugge merupakan spesialis sistem roket udara-darat yang merupakan bagian dari konglomerasi industri pertahanan Thales Perancis.

Sistem Roket FZ-219 dapat dipasang di sayap kecil atau rintisan sayap yang posisinya ada di belakang kabin penumpang AS550C3. Bentuk penampang tabungnya sendiri berbentuk seperti berlian. Untuk membidikkan roket, pilot akan membidik target dengan sistem bidik prismatik T100 buatan Thales, yang sudah jadi langganan helm buatan Airbus yang dipasangi tabung roket.

Sementara untuk pod senapan mesin, di sebelah kiri terpasang pod HMP400 yang dipasang menyimpan sepucuk senapan mesin berat FN M3P kaliber 12,7x99mm dengan kapasitas 250 butir peluru. Dengan kecepatan tembak mencapai 1.100 peluru per menit, HMP400 dapat diandalkan untuk melibas target seperti kendaraan ringan, pos penjagaan, dan tentu saja infanteri.


Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) telah memesan 12 unit Fennec dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Dari total tersebut, TNI AD akan menerima enam heli dengan tipe mesin tunggal dan enam unit lainnya dengan mesin ganda. Seluruh unit AS550/AS555 Fennec yang dipesan TNI AD akan ditempatkan di Skadron 12/Serbu yang bermarkas di Lanumad Gatot Subroto, Waytuba, Way Kanan, Lampung.

Berdasarkan kontrak kesepakatan antara Airbus Helicopters dengan PT Dirgantara Indonesia, helikopter serang ringan TNI AD ini dilengkapi dengan peralatan tempur yang mencakup pod senapan mesin FN HMP250, dudukan canon di sebelah kanan dan peluncur roket FFAR jenis FZ-219 di sebelah kiri –yang akan dipasang oleh PTDI sendiri.

BRP Antonio Luna (FF151) Final TIAC Updates

27 Januari 2021

Final Technical Inspection and Acceptance Committee on BRP Antonio Luna FF151 (photo : Phil Navy)

NAVAL STATION JOSE ANDRADA, Manila –With three negative COVID-19 RT-PCR test results in seven mandatory quarantine days in South Korea, PN Frigate TIAC (Technical Inspection and Acceptance Committee) starts the final inspection of PN Frigate 2, the future BRP Antonio Luna (FF151), in Ulsan, South Korea today 25 January 2021.

For verification/validation is the contractor's strict compliance to the agreed Technical Specifications and Build Specifications (TS&BS) in building and equipping PN Frigate 2. Initial reports from PN owner's representative headed by Capt Sergio Bartolome PN state that PN Frigate 2 is almost 100% completed and has satisfactorily passed harbor and sea trials. However, due to travel restriction and production disruption caused by COVID-19 pandemic, some training activities and ILS deliveries have been delayed. Hence, completion dates and delivery schedules have been adjusted.

Final FAP TIAC inspection of PN Frigate 2 will be from 25 to 30 January 2021. If PN Frigate 2 is found compliant to TS&BS, PN FAP TIAC will issue the Certificate of Final Acceptance to Hyundai Heavy Industries (HHI), as stipulated in the contract, before the team flies back to Manila on 30 January 2021.

Elang Hitam Kombatan Ditargetkan Selesai Tahun Ini

27 Januari 2021

PUNA Elang Hitam (photo : Liputan 6)

PUNA MALE Elang Hitam Ditarget Masuk Level Kombatan Tahun Ini

Bisnis.com, JAKARTA - BPPT memastikan pengembangan Pesawat Udara Nir-Awak jenis Medium Altitude Long Endurance (PUNA MALE) Elang Hitam menjadi salah satu dari delapan fokus pengembangan Teknologi Bangun Indonesia Maju. Tahun ini, drone tersebut akan dikembangkan ke tingkat kombatan.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan fokus bidang kelima instansinya dalam pengembangan Teknologi Bangun Indonesia Maju pada tahun ini adalah di bidang pertahanan dan keamanan.

"Bersama dengan Konsorsium PUNA MALE Elang Hitam, BPPT akan melanjutkan pengembangan ke tingkatan kombatan sesuai dengan arahan Presiden RI dalam menjaga teritori Indonesia di area perbatasan," ujarnya seperti dikutip dalam keterangan BPPT, Senin (25/1/2021).

BPPT pada tahun ini akan melaksanakan integrasi dan uji terbang Elang Hitam tipe 1, serta dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan desain, analisis, dan manufaktur wahana Elang Hitam tipe 2 dan 3.

Inisiasi pengembangan PUNA MALE telah dimulai oleh Balitbang Kemhan sejak 2015 dengan melibatkan TNI, Ditjen Pothan Kemhan, BPPT, ITB, dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Nantinya, pesawat ini akan dioperasikan oleh TNI AU.

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah sukses memproduksi PUNA MALE yang mampu terbang terus menerus selama 24 jam. Pada tahun lalu, PTDI kembali memproduksi purwarupa dua PUNA MALE untuk tujuan uji terbang dan uji kekuatan struktur di BPPT.

Pada tahun ini pula, proses sertifikasi produk militer juga akan dimulai dan diharapkan pada akhir 2021 sudah mendapatkan sertifikat tipe dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan RI (IMAA).

Sementara itu, mengintegrasikan sistem senjata pada purwarupa PUNA MALE dilakukan mulai 2020 dan diproyeksikan mendapatkan sertifikasi tipe produk militer pada 2023.

Dengan kemandirian ini, PUNA MALE buatan Indonesia dapat mengisi kebutuhan squadron TNI AU untuk dapat mengawasi wilayah NKRI melalui wahana udara. Selain itu kegiatan dapat menumbuhkambangkan industri dalam negeri yang sesuai dengan mandat Undang-Undang No.16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

(Bisnis)

The Royal Thai Navy will be Supplied by Five Mobile Manpads 4x4 Anti-Aircraft Missiles

27 Januari 2021

The Dzhigit support launching unit (SLU) is designed for a single operator to mount, aim and launch two Igla or Igla-S MANPADS missiles in salvo or successively at one target (photo : KBM)

Naval Ordnance Department, Royal Thai Navy announced to acquire 5 of Mobile Short-Range Surface-to-Air Missile on 4x4 vehicles for RTN Naval Air and Coastal Defense Command.

Naval Ordnance Department it intends to purchase a mobile short-range anti-aircraft missile to enhance the capability of the anti-aircraft command and maintain the coast. 

The air defense to cover 5 sets of military key areas, using operation  budget of 246 million baht period 1 year (fiscal year 2021). 

It is understood that Thai Datagate will be the distributor for the Igla-S ground-to-air missile, the shoulder-mounted anti-air missile system in use by the Thai Army or maybe it was Russia's newest Verba ground-to-air missile.

The Datagate is likely to equip with a Dzhigit-style launcher that can accommodate two Igla-S missiles, which can be mounted on a truck or mounted on the ground. While the only armored 4x4 vehicle that would be a platform carriage mounted to the weapon mount was unknown at this time.

Chinese company CVIC (China Vanguard Industry Corp) is likely to be a distributor of Vanguard-type shoulder-fired missile weapons systems, such as the QW-18 that ACDC (Air and Coastal Defence Command) already has in use and the QW-2 used in it. In the Royal Thai Air Force we found the modified cars of Type 51 4x4 as a base car for firing.

(TAF)