30 April 2019

RAPBN 2020, Kemenhan Dapat Alokasi Anggaran Terbesar 126,9 T

30 April 2019

Sejumlah alutsista akan diwujudkan Pemerintah untuk memenuhi MEF tiap angkatan di TNI (photo : MKFI)

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020, Kementerian Pertahanan tercatat memperoleh alokasi anggaran terbesar, yakni sebesar Rp 126,9 triliun.

Berdasarkan pos kementerian dan lembaga, pagu indikatif anggaran belanja untuk Kementerian Pertahanan tercatat paling besar. "Pada 2020, Kemenhan bakal memperoleh anggaran sebesar Rp 126,9 triliun," seperti dikutip dari pemaparan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional atau Bappenas, Bambang Brodjonegoro, dalam acara Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat di kantor Bappenas, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 30 April 2019.

Angka itu naik bila dibandingkan dengan alokasi anggaran pada 2019 sebesar Rp 106,1 triliun. Adapun pada 2018, belanja pertahanan negara mencapai Rp 107,7 triliun. Meski demikian, anggaran Kementerian Pertahanan tetap tercatat menjadi yang paling tinggi untuk beberapa tahun terakhir.

Alokasi anggaran untuk Kementerian Pertahanan digadang-gadang dibelanjakan untuk berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) beserta perawatannya. Sedangkan lainnya dipakai untuk biaya operasional hingga sarana-prasarana di area-area remote, seperti di pangkalan militer Sorong, Papua.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pemerintah anggaran belanja kementerian dan lembaga pada 2020 sebesar Rp 854 triliun. “Kebutuhan negara sangat banyak, resource terbatas. Kita harus tetapkan yang jadi prioritas,” ujarnya.

Selanjutnya, negara menggelontorkan anggaran belanja untuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp 103,9 triliun. Pos ini juga tergolong menduduki belanja paling besar, sama seperti dua tahun sebelumnya. Pada 2018, PUPR memperoleh anggaran Rp 107,4 triliun. Sedangkan pada 2019 mencapai Rp 102 triliun.

Pemerintah kemudian akan mengucurkan dana Rp 89,7 triliun untuk Polri pada 2020. Sedangkan dua tahun sebelumnya, berturut-turut mulai 2018, pemerintah menggelontorkan anggaran Rp 95 triliun dan Rp 76,9 triliun.

See full article Tempo

PHL Needs Additional Warships in West Philippines Sea

30 April 2019


PHL needs additional warships in WPS (photo : DVIDS)

PHL needs warships in WPS: House defense committee member

“The Philippine Navy has to establish a credible presence there, in terms of combat ships, if we are to discourage foreign seaborne threats, including poachers,” said Surigao del Sur Representative Johnny Pimentel as quoted by ManilaStandard.net.

Pimentel is a member of House of Representatives National Defense and Security Committee.

The solon said the Philippine Navy lacks battle-ready ships, a reason why Philippines is having difficulty in enforcing sovereign rights within its exclusive economic zone (EEZ).

“Our naval warfare service should at least be as formidable as Indonesia’s, which has three fleets of larger and faster ships, including submarines.” he said.

He also lamented the current situation of the three Del Pilar-class ships which were recently reclassified as offshore patrol vessels. One is for repair.

The Philippine Navy is set to receive two Korean-made frigates, however, Pimentel said these will not be enough. “The two frigates are a definitely a good start, but sadly, they won’t be enough. Indonesia has at least eight frigates, among other warships,” he said.

“The next Congress should see to it that the Navy gets all the new funding needed to acquire more warships in the years ahead,” he noted.

(Mintfo)

TLDM Lancar Aplikasi Rujukan RMN Quick Reference

30 April 2019


KD Baung 3509 class FAC (photo : TLDM)

LUMUT – Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) melancarkan aplikasi khusus yang dikenali sebagai RMN Quick Reference E-MPAB bagi kegunaan warga pasukan itu mendapatkan maklumat serta membuat rujukan berkaitan bidang tugas mereka.

Menerusi aplikasi ini, warga TLDM termasuk yang sedang melakukan operasi di atas kapal boleh mengakses pelbagai maklumat berkaitan menerusi telefon pintar masing-masing.

Ia merangkumi aplikasi E-Book Ship Husbandry, Navigation Quick Reference, Navigation Quick Guide, PWO Crib, Ship’s Tips dan Rules of the Road (ROR).

Panglima TLDM, Laksamana Datuk Mohd. Reza Mohd. Sany berkata, pengenalan aplikasi pintar itu sejajar dengan perkembangan teknologi komunikasi dan maklumat (ICT) dalam kalangan warga angkatan laut itu.

Menurut beliau, menariknya aplikasi berkenaan dibangunkan sendiri oleh sekumpulan pegawai TLDM sekali gus membuktikan penguasaan mereka dalam bidang ICT.

“Perkembangan ICT masa kini telah memberikan impak yang amat besar kepada dunia malah tidak terkecuali TLDM terutama dalam kalangan Generasi Y.

“Aplikasi ini merupakan ikon yang boleh diakses bagi tujuan rujukan segera. Ia sangat sesuai kepada pegawai-pegawai muda dengan kelebihan konsep rujukan pantas melalui telefon pintar.

“Secara tidak langsung, ianya menyediakan kemudahan dalam proses pembelajaran kepeda generasi masa kini,” ujarnya.

Beliau berkata demikian pada sidang akhbar selepas hadir pada Perbarisan Hari TLDM ke-85 di Pangkalan TLDM Lumut di sini hari ini.

Turut hadir Timbalannya, Laksamana Madya Datuk Khairul Anuar Yahya dan Panglima Armada Barat, Laksamana Madya Datuk Rosli Ramli.

Terdahulu, Mohd. Reza memeriksa perbarisan terdiri daripada 26 pegawai dan 538 anggota diketuai Komander Mohamad Hilmi Yusof.

Dalam pada itu, menyentuh tentang pembangunan TLDM, kata Mohd. Reza, pasukan itu tetap melaksanakan inisiatif untuk memperkasakan aset sedia ada bagi memenuhi keperluan operasi yang dinamik.

Ujar beliau, antaranya program pengupayaan semula kapal peronda KD Baung oleh sebuah syarikat tempatan yang menyaksikan TLDM berjimat sebanyak 70 peratus atau RM22 juta berbanding pelaksanaan kaedah konvensional.

“Kita juga melaksanakan pemasangan sistem kawalan tembakan terhadap kapal-kapal  Skuadron Kapal Ronda Ke-17 dan Korvet Ke-24 serta peningkatan keupayan sistem pengurusan tempur KD Jebat.

“Turut dirancang proses menaik taraf kapal-kapal pembinasa laju melalui pemasangan sistem pengurusan tempur buatan tempatan, pengupayaan kapal pemusnah periuk api, perolehan bot pemintas lajut  dan pesawat tanpa pemandu (UAV). Kesemua ini sebagai aspek sokongan kepada Program Transformsi 15 ke 5 TLDM,” ujarnya.

(Kosmo)

Dankoharmatau Jajaki Kerjasama Pemeliharaan Pesawat dengan TNI AL

30 April 2019


Komandan Koharmatau mengunjungi Fasharkan Pesud TNI AL (photo : TNI AU)

TNI AU. Komandan Komando Pemeliharaan MateriIl TNI Angkatan Udara (Dankoharmatau) Marsekal Muda TNI Dento Priyono meninjau Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Pesawat Terbang (Fasharkan Pesud) Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut, yang berada di Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Surabaya dan Depohar 30 Malang, Rabu – Kamis, 24 dan 25 April 2019.

Kegiatan tersebut dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Jawa Timur. Dankoharmatau Marsekal Muda TNI Dento Priyono, didampingi Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Dwika, serta pejabat Koharmatau diantaranya Asren Koharmatau Kolonel Tek J. Parulian Sihombing, Dirharpesbang Koharmatau Kolonel Tek Dani Harsono, Sahli Bidang Airframe Kolonel Tek Dedy Cahyadi,T., Kolonel Tek Ade Budiana, dan Teknisi yang langsung meninjau ke lapangan. Kunjungan tersebut diterima langsung Komandan Puspenerbal Laksamana Pertama TNI beserta staf.

Marsda TNI Dento Priyono, mengatakan kunjungan ini adalah selain melihat sejauh mana kemampuan TNI AL dalam pemeliharaan pesawat, Juga dalam penjajakan yang bisa di kerjasamakan dalam pemeliharaan Engine M 250-B 17 F (Engine pesawat Grob 120) Lanud Adi Sutjipto. Menurutnya TNI AL telah berpengalaman dalam pemeliharaan Engine yang sejenis yaitu M 250-B 17 B (Engine pesawat Nomad).

Lebih lanjut Marsda TNI Dento Priyono menyampaikan tujuan kerjasama tersebut yang lebih prioritas adalah untuk penghematan Anggaran Negara sekaligus peningkatan kemampuan Overhoul Engine M 250-B 17 F di Depohar 30 Malang.



Engine Rolls-Royce 250-B17F turboprop engine (photo : Wiki)

Selain itu, orang nomor satu di Koharmatau tersebut juga akan membuat Engine Test cell untuk pengecekan Performa Engine hasil dari Pemeliharaan di Depohar 30. Hal ini untuk melihat hasil OH Engine sesuai parameter T.O yang ada, sehingga hasil pemeliharaan bisa langsung dipasang di pesawat Grob kedepannya.

Menurutnya, dengan adanya kerjasama kedepan perlu dilaksanakan kunjungan ke fasilitas pemeliharaan dan perbaikan pesawat udara (Farharkan Pesud) untuk mengetahui kemampuan pemeliharaan meliputi sarana prasarana, fasilitasnya yang dihadapkan dengan kesempatan dan kesiapan dalam rangka mendukung peningkatan pemeliharaan berat engine Roll Royce M250-B 17 F pesawat G 120TP-A Grob di Depohar 30,” Tegas Dankoharmatau.

Kunjungan kerja ini dinilai sangat penting, meskipun sangat singkat, karena merupakan salah satu mata rantai dalam upaya melaksanakan peningkatan kinerja dan peningkatan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas pemeliharaan alutsista TNI Angkatan Udara, Tambahnya.

Dankoharmatau berharap, apabila dari Komandan Puspenerbal dan jajaran ada hal-hal yang dapat kami bantu atau dukung demi kemajuan Fasharkan Pesud Puspenerbal atau sekaligus sebagai kunjungan balasan tentunya dengan senang hati kami menerimanya.

Selain itu, hal ini untuk memberikan kontribusi positif dengan melakukan pembahasan terhadap hal-hal yang urgen serta mendapatkan kesimpulan yang baik dan benar. Berikan yang terbaik untuk kemajuan Koharmatau maupun TNI AU pada umumnya,” pungkasnya.

(TNI AU)

RAAF to Equip Some C-130Js with Upgraded SATCOM Suite

30 April 2019


A Ka-Band satcom antenna and suite on board a Royal Australian Air Force Lockheed Martin C-130J Hercules transport aircraft as part of the wider Plan Jericho effort. (photo : RAAF)

The Royal Australian Air Force (RAAF) will equip half of its fleet of Lockheed Martin C-130J Hercules airlifters with an upgraded satellite communications (SATCOM) suite.

Under the upgrade, which was announced by the Department of Defence (DoD) on 29 April, six of the RAAF’s 12 C-130J-30 aircraft will be fitted with a Honeywell Ka-Band sitcom antenna and suite by 2022. As noted by the service, the decision to begin rolling out the high-speed communications system later this year follows a successful trial that was launched aboard one aircraft in 2017.

The system enables streaming of high-definition video and supports complex mission planning while the aircraft is in flight, and is geared at improving the Australian Defence Force’s (ADF’s) ability to respond to a crisis. The RAAF’s 12 C-130J Hercules already carry L-Band satcom, which permits global voice communications and data transfer.

(Jane's)

29 April 2019

UAS Unit Terbaru Ditempatkan di Pangkalan TLDM Kota Kinabalu

29 April 2019


Malaysia akan menerima hibah UAV Scaneagle dari pemerintah AS (photo : YahooNews)

KOTA KINABALU - Satu unit baharu Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) iaitu sistem pesawat tanpa pengendali atau Unmanned Aerial System (UAS) akan ditempatkan di Pangkalan TLDM Kota Kinabalu bagi mempertingkatkan lagi keupayaan pemantauan sedia ada.

Panglima Armada Timur Laksmana Madya, Datuk Rahman Ayob berkata, unit pemantau baharu TLDM berkenaan, kini dalam proses penubuhan pasukan dengan membuat pemilihan anggota yang sesuai, dan dijangka mula beroperasi sepenuhnya pada suku pertama tahun hadapan.

“UAS ini akan menggunakan ‘dron’ untuk pengawasan udara, dan saya percaya dengan adanya aset ini akan meningkatkan lagi keberkesanan pengoperasian di Markas Armada Timur ini,” katanya kepada pemberita selepas menyampaikan perutusan Panglima Tentera Laut dan Majlis Jasamu Dikenang di sini, hari ini.

Keupayaan teknologi UAS akan menjadi ‘Maritime Force Multiplier’ iaitu konsep penggandaan keupayaan bagi kemampuan meliputi jarak, masa serta kawasan operasi, bagi memperkasakan kesiagaan pertahanan maritim negara khususnya di Zon Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan kawasan berkepentingan negara.

Rahman berkata, selain itu TLDM juga merancang menempatkan kesemua kapal peronda luar pantai kelas-Kedah di Pangkalan TLDM Kota Kinabalu.

“Setakat ini Armada Timur telah menerima empat kapal peronda berkenaan dan baki dua lagi kapal akan ditempatkan di pangkalan ini pada tahun hadapan,” tambahnya.

Beliau berkata Armada Timur juga bakal menerima satu kapal misi pesisir (LMS) pada 2021 bergantung dengan perbincangan Armada Barat dan Armada Timur.

Pembinaan kapal LMS oleh China Shipbuilding and Offshore International Co. Ltd (CSOC) dan Boustead Naval Shipyard merupakan 1 daripada 5 kelas atau jenis kapal yang dilulus kerajaan di bawah program transformasi armada TLDM 15 ke-5 untuk membolehkan TLDM melaksana tugas operasi secara berterusan di perairan maritim dan memperkukuhkan kedaulatan negara. 

(Sinar Harian - Bernama)

Defence Settles with Navantia on Repair of LHDs

29 April 2019


HMAS Adelaide at the Royal Australian Navy base in Sydney (photo : ABC News)

Defence has reached a settlement with Navantia over repair costs for RAN's two Landing Helicopter Docks (LHDs).

According to the ABC, the settlement is 'favourable' for Defence, although exact figures were not given. In a statement, Defence also told the national broadcaster that the two ships are now largely problem-free and can operate 'without significant issues'.

"Defence has worked very closely with the original equipment manufacturer (OEM) and industry to identify all issues that were affecting the performance of the Canberra Class Landing Helicopter Dock propulsion pod system," a spokesperson said.

"Measures have been implemented that have enabled the Canberra Class to operate without further significant issues."

Issues with the LHDs stemmed from irregularities within their external azimuth propulsion pods. Chief of Navy Vice Admiral Tim Barrett, in answer to questions from Labor Senator Kim Carr during a Senate hearing in 2017, confirmed that RAN had observed the migration of oils across seals and tiny metal particulates in the pod lube oil. Oils of different viscosities were also found to have mixed within the pods of both ships.

The problems saw HMAS Adelaide dry-docked in Sydney's Garden Island naval base.

Each ship is propelled by two Siemens Navantia 11-megawatt azimuth thrusters, each with an onboard electric motor, driving 4.5 metre diameter propellors. The electricity is provided by a combined diesel and gas (CODAG) system.

(ADM)

Joint Exercise to Boost Brunei-Japan Defence Ties

29 April 2019


JMSDF P-3C Orion (photo : Wiki)

THE scope of Brunei Darussalam and Japan’s bilateral ties is set to become stronger, particularly in the area of defence as the Royal Brunei Navy (RBN) and Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF) conducts a joint maritime exercise today.

Japanese Ambassador to Brunei Darussalam Motohiko Kato stated this at a press conference in the Embassy of Japan in Brunei Darussalam recently to share details about the Deployment Airforce for Counter Piracy Enforcement (DAPE) exercise.

The ambassador said that since 2010, the Japan Self-Defense Forces (JSDF) has been actively involved with the international community in surveillance operations and pirate patrol in waters near Somalia, where Japan deployed two of its maritime patrol P-3C Orion aircraft to help combat pirate activities in the area.

The P-3C Orions are deployed at the location for a three-month patrol operation, before being replaced by another set of patrol aircraft to enable crew members to return home and maintain the aircraft.

The two P-3C Orions with 35 crew members are in the country for the maritime exercise with RBN today, where the scenario of the detection of a ship in distress and communicating information to RBN for rescue operations will be carried out.

The ambassador expressed his hope that the joint maritime exercise will benefit both sides in strengthening their capabilities and skills in defence.

He also hoped such exercises will continue in the future to safeguard the peace and stability of South China Sea.

He noted the strong friendship and cooperation between Brunei and Japan in various sectors including trade, education, culture, sports and defence and shared that both sides are working closely to identify new areas of cooperation to strengthen bilateral ties.

(Borneo Bulletin)

Vietnam Ignored Su-35 to Go Straight to Su-57?

29 April 2019


Sukhoi Su-57 stealth fighter (photo : RuAviation)

Vietnam Air Force is a priority investment force that goes straight to modernity with Navy and Communication.

With the policy of bringing the Vietnam Air Force straight to the modern, the military has been prioritized to invest in purchasing three regiments of Su-30MK2 multi-purpose to replace the outdated MiG-21.

However, in our combat duty, there are still quite a lot of Su-22 attacks, the life of these aircraft is also quite high and the inferior features of modern fighters are pretty much, so it is very soon needed to replaced.

The generation 4.5 fighter candidates may be ordered by Vietnam to extend the strategy of modernizing the air force, according to foreign media, including Western light fighter types. such as JAS 39 Gripen or F-16 Fighting Falcon, but the brightest is the Su-30SME and especially the Su-35S.

Even so, the statement took place a while ago, when Russia did not show any signs that it would soon export overseas Su-57 5th fighter, causing the Su-30SM and Su-35S to return into the most viable option.

But recently when Russian President Vladimir Putin officially approved the proposal to build a commercial version of the stealth 5-Su-57 fighter with the Su-57E designation, everything became very different.

VPAF operates Su-30MK2 in 3 regiments number 923 (Bai Thuong), 935 (Bien Hoa), 927 (Kep). Operates Su-27 in 1 regiment number 925 (Phu Cat). Operates Su-22M/UM in 4 regiments number 929 (Da Nang), 921 (Hanoi), 937 (Phan Rang), 931 (Yen Bai). Operates L-39C in 1 regiment number 910 (Dong Tac) (photo : reddit)

Although the Su-57E fighter is not yet complete, but it is placed next to the Su-35S, it still proved to be completely superior. In the opinion of many military experts, while there is no standard engine of the 5th generation, the Su-57 still deserves to be classified as 4.75 life fighter, which is higher than the Su-35S of category 4 5.

Back in the case of Vietnam, when it was determined to invest in the air to advance straight to modernity, the fact that we went straight to Su-57E and ignored the transition step of Su-35S was a perfectly balanced plan. prompt to deploy.

If ordering Su-35S, in the short term Vietnam will still have to import additional Su-57E, while choosing to buy Su-57E at this time, we will omit the transfer phase continue on.

The Su-57E purchase at the present time, Vietnam also received Russian support in technical testing work and will likely be accompanied by Izdeliye 30 engine upgrade package when this product is complete for them. We get a complete 5th generation fighter.

In the end, the cost of the Su-57E and Su-35S fighter jets was remarkably not differentiated, which could also be considered another important reason for Vietnam's decision.

(BaoDatViet)

27 April 2019

SAAB Buat Desain Jet Tempur Gripen Dengan Logo TNI AU

27 April 2019

Model pesawat tempur JAS-39 Gripen (all photos : SAAB)

Merdeka.com - Pabrikan jet tempur asal Swedia SAAB, memposting jet tempur Gripen buatannya dengan logo TNI AU. Ada empat desain yang dibuat. Mereka memang gencar melobi Indonesia untuk membeli jet tempur multiperan itu.

"Gripen untuk Indonesia. Kami telah membuat beberapa ide desain untuk Gripen dengan karakter Indonesia. Yang mana yang menjadi favorit Anda?" tulis SAAB di akun Facebooknya, Jumat (26/4).

Sejak 2016 lalu, SAAB telah menawarkan Gripen pada TNI AU. Namun Indonesia memilih Sukhoi Su-35 dari Rusia.

Gripen hampir mirip dengan Super Hornet yang menjadi pesawat tempur multi peran. Gripen menggunakan radar pulse-doppler yang dapat mendeteksi dan mengindentifikasi pesawat musuh dari jarak maksimum 120 kilometer.


Gripen dirancang sebagai senjata bertahan untuk melindungi dari serangan potensial. Gripen dirancang untuk digunakan pada landasan pacu pendek bahkan hanya 800 meter.

Harga pesawat ini ditaksir mencapai USD 69 juta atau setara dengan Rp 893 miliar. Selain Swedia, Jas 39 ini juga digunakan oleh Afrika Selatan, Thailand, Hungaria, Republik Ceko.

Menurut Saab, Gripen merupakan jawaban bagi Indonesia yang membutuhkan alustsita untuk kepentingan pertahanan udara. Sebab, alat ini bisa mendeteksi target sekecil apapun.

Saab meyakini, pesawat ini cocok dengan Indonesia yang tengah gencar menghadapi illegal fishing, antipenyelundupan orang, antipembajakan, penyelamatan, bahkan konflik di Laut China Selatan.

(Merdeka)

TNI AU Lakukan Latihan Penembakan Rudal QW-3 di Garut

27 April 2019

Latihan penembakan rudal QW-3 di Garut (all photos : TNI AU)

Dankorpaskhas Tinjau Penembakan Rudal QW-3 di Garut

TNI AU. Bertempat di Pantai Santolo, Kecamatan Pameungpeuk, Komandan Korpaskhas Marsekal Muda TNI Eris Widodo Y, S.E., M.Tr (Han) bersama Pejabat Korpaskhas meninjau langsung kegiatan penembakan rudal QW-3. Rabu (24/4).


Penembakan rudal QW-3 tersebut merupakan salah satu materi dari latihan pemantapan satuan pertahanan udara (Hanud) Korpaskhas  yang diikuti oleh perwakilan prajurit Detasemen Hanud Paskhas dan siswa kursus Hanud Satdik Hanud Pusdiklat Paskhas. Berbeda dengan latihan-latihan sebelumnya, kali ini penembakan rudal dilakukan juga pada malam hari dengan tujuan agar kesiapan para prajurit dalam melaksanakan pertempuran lebih meningkat.



Kegiatan diawali dengan proses take off target drone yang diasumsikan sebagai pesawat tempur musuh, kemudian operator radar Smart Hunter mendeteksi sinyal posisi target drone tersebut dan melaporkan kejadian tersebut ke komando atas.. Setelah dipastikan bahwa sinyal tersebut merupakan pesawat musuh, dari komando atas memerintahkan kepada satuan Hanud Korpaskhas agar menembak jatuh pesawat tersebut.


Tibalah saatnya para petembak rudal QW-3 membidik target pesawat musuh yang telah terdeteksi tadi. Setelah sasaran terkunci, maka rudal QW-3 langsung ditembakan dari darat menuju ke udara dan langsung menghantam target dengan sukses.



Pada kesempatan tersebut Dankorpaskhas menyampaikan kepada seluruh peserta latihan untuk terus mengasah kemampuannya sehingga para prajurit akan semakin menguasai alutsista yang diawakinya dan juga proses regenerasinya agar terus dipelihara.



Hadir pada kesempatan tersebut Danpusdiklat Paskhas Kolonel Pas Anis Nurwahyudi, Askomlek Korpaskhas Kolonel Lek Ade Teguh, Kalamja Korpaskhas Kolonel Pas Supomo, para Pejabat Korpaskhas dan Pusdiklat Paskhas.

(TNI AU)

HMAS Adelaide Embarks Mechanised Combat Team for the First Time

27 April 2019


Vehicles from the 7th Battalion, Royal Australian Regiment embark HMAS Adelaide as part of an Amphibious Task Group at Port Adelaide, South Australia. (all photos : RAN)

HMAS Adelaide has for the first time embarked a mechanised combat team including supporting elements to conduct Sea Basing Amphibious Operations over the Joint War Fighter Series in 2019.

A mechanised Combat Team from Battle Group Boar, centred on the 7th Battalion, The Royal Australian Regiment (7 RAR), embarked in HMAS Adelaide during the recent visit to namesake port Adelaide.

The Amphibious Warfare Officer and Head of the Amphibious Department on board Adelaide, Major Charles De-Zilva said the task was complicated by the shallow tidal window of Port of Flinders in Adelaide’s Outer Harbor, during the embarkation period.



“To overcome this constraint, HMAS Adelaide used a pontoon barge to extend the tidal window for its side doors, and a detailed rehearsal and embarkation planning were conducted by the Adelaide Amphibious Task Group and 7 RAR to ensure safe and efficient embarkation.

“For Sea Series components of Joint War Fighter Series 2019, Adelaide is the Primary Control Ship for the Amphibious Task Group. This task is another first for Adelaide as she will be controlling multiple surface connectors from both HMAS Canberra and Adelaide,” said Major De-Zilva.

Commanding Officer 7 RAR, Lieutenant Colonel Adam Gower said throughout the Joint War Fighter Series 2019, Battle Group Boar will conduct Ship to Object Manoeuvre (STOM) and use both a mechanised and Air Mobile Combat Teams from Adelaide.



“This will be the first time that the Adelaide amphibious department will conduct STOM with a mechanised Combat Team and the first time that 7 RAR have conducted Sea Basing Operations with Adelaide.

“This is a step change in the capability that 7 RAR can provide to the Australian Defence Force.

“At the end of these activities we will be able to project and sustain combat power using both air and surface ship to shore connectors,” said Lieutenant Colonel Gower.



The Amphibious Department operates and controls both the heavy and light vehicle decks, the embarked forces accommodation and the Ship to Objective Manoeuvre. The Amphibious Department on HMAS Adelaide has a variety of essential components on the ship for vehicle embarkation and disembarkation, either by ship to shore connectors or while alongside using the ships doors and vehicle ramps.

The Amphibious Department also controls all amphibious Ship to Objective Manoeuvres, by air and surface connectors.

(RAN)

26 April 2019

Mengenal Kemampuan BT-3F yang Dipilih Marinir Indonesia

26 April 2019


Kendaraan pendarat amfibi BT-3F (photo : bronetechnikamira)

Kementerian Pertahanan dilaporkan telah menandatangani pengadaan kendaraan tempur amfibi BMP-3F dan kendaraan angkut personel BT-3F untuk Korps Marinir TNI Angkatan Laut dengan Rusia. Pemerintah Indonesia akan menambah 22 unit tank BMP-3F dan membawa 21 unit BT-3F ke Indonesia.

BMP-3F tidak asing lagi bagi Marinir Indonesia karena ini adalah pengadaan ketiga kalinya. Sedangkan untuk 21 unit pengadaan tank angkut personel BT-3F merupakan yang pertama. Apa kehebatan yang ditawarkan BT-3F?


Cutaway ranratfib BT-3F (image : Vestnik)

Kendaraan angkut personel lapis baja atau armoured personnel carriers (APC)  BT -3F dibangun oleh Concern Tractor Plants (KTZ) dan pada September 2016 sebuah prototipe dari kendaraan tempur amfibi ini baru diluncurkan.

Kendaraan tempur amfibi BT-3F dibangun dengan maksud untuk digunakan oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Korps Marinir Rusia. Kendaraan ini akan memberikan kemampuan manuver yang tinggi, proteksi lapis baja dan dukungan tembakan  langsung untuk pasukan di darat dan di laut. Kendaraan ini dirancang untuk transportasi  infanteri, amunisi, peralatan dan mesin ke medan perang.

Perkembangan kendaraan lapis baja BT-3F dimulai pada 2010. Amfibi BT-3F didasarkan pada kendaraan tempur amfibi BMP-3F marinir  yang berasal dari BMP-3 IFV.


Tampak depan BT-3F (photo : yuripasholok)

IFV baru diantisipasi untuk menggantikan kendaraan lapis baja pengangkut personel amfibi MT-LB Rusia yang sudah tua.

Kendaraan tempur amfibi BT-3F didasarkan pada chassis track  dan fitur lambung lapis baja. Kendaraan memiliki panjang  7m, lebar 3,3 meter dan tinggi  3 meter serta berat kotor  18,5 ton.

Kendaraan lapis baja diawaki oleh tiga  awak dan dapat membawa sampai 14 tentara. Pengemudi duduk di tengah-tengah lambung, sementara kursi komandan dan asisten  komandan ditempatkan di  kedua sisi pengemudi.

Kru masuk dan keluar dari kendaraan melalui pintu atap. Kompartemen pasukan  memiliki dua pintu samping di bagian belakang dan dua lubang keluar di bagian atap.


Kanon 7.62mm BT-3F (photo : yuripasholok)

Persenjataan

Kendaraan dilengkapi dengan stasiun senjata yang dikendalikan jarak jauh 185kg DPV-T, dipersenjatai dengan  senapan mesin PKTM Kalashnikov 7.62mm x 54mm, dipasang di atap kendaraan untuk terlibat  target tetap dan bergerak di darat.

Sistem senjata juga dilengkapi dengan equipped with television / infrared imaging sight dan sebuah laser rangefinder untuk  reconnaissance, surveillance dan akuisi target.

Sistem ini memiliki kisaran elevasi  -5 ° sampai 75 °  dan dapat berputar  360 °.

Menara dioperasikan dari jarak jauh oleh kru menggunakan unit kontrol yang terletak di dalam kendaraan.  Informasi lokasi target disimpan dalam integrated ballistic computer, yang menjamin kinerja tinggi dan efisiensi menembak. Kendaran juga memiliki  opsional untuk dilengkapi dengan senapan mesin berat 14.5mm.

Armor  dan Kinerja

Lambung kendaraan lapis baja infanteri BT-3F  menawarkan  perlindungan STANAG 4569 Level 4 untuk menahan serangan armour piercing ammunition 14.5mm x 114mm.

Tiga peluncur granat asap 40mm disediakan di atas kendaraan untuk memastikan kemampuan bertahan hidup yang tinggi kru di medan perang.


Tampak belakang BT-3F (photo : yuripasholok)

Kinerja

Mesin BT-3F menggunakan mesin diesel UTD-29 dengan  sistem empat langkah, injeksi langsung, liquid-cooled, multi bahan bakar. Mesin menghasilkan kekuatan  500 tenaga kuda.

Dilengkapi dengan enam roda di kedua sisi, IFV menggabungkan hidrolik peredam kejut dan sistem suspensi torsion bar yang menggunakan bar torsi individu.

Kendaraan  personel lapis baja memiliki kecepatan jalan 70 km/jam dan mampu melakukan perjalanan pada kecepatan 10km/jam di dalam air. Kisaran operasional kendaraan adalah 600 km.

(Jejak Tapak)

South Korea’s HHI Launches RNZN’s Future Fleet Support Vessel

26 April 2019


South Korean shipbuilder HHI launched the RNZN's future fleet replenishment vessel, Aotearoa, on 24 April at the company's dockyard in Ulsan. (photo : YonhapNews)

South Korean shipbuilder Hyundai Heavy Industries (HHI) launched the Royal New Zealand Navy's (RNZN's) future fleet tanker/replenishment vessel at the company's dockyard in the southeastern coast al city of Ulsan on 24 April.

The 173 m-long auxiliary oiler replenishment (AOR) ship, which will be known as HMNZS Aotearoa once commissioned, was floated in the drydock at Ulsan in a ceremony attended by RNZN chief Rear Admiral David Proctor, among others.

Ordered for NZD493 million (USD323 million) in 2016 under New Zealand's Maritime Sustainment Capability (MSC) programme, the vessel was laid down in August 2018 and is expected to be delivered and commissioned in 2020 when it will replace fleet replenishment tanker Endeavour , which was decommissioned in December 2017.

(Jane's)

FNSS-DEFTECH: AV-8 AENBCRV Vehicle Prepares to Enter Malaysian Army Inventory

26 April 2019


FNSS-DEFTECH: AV-8 AENBCRV (photos : FNSS)

The Armoured Engineer Nuclear, Biological and Chemical Reconnaissance Vehicle (AENBCRV) version of the AV-8 Wheeled Armoured Vehicle (WAV) developed by the FNSS and DRB HICOM Defence Technologies Sdn Bhd (DEFTECH) partnership for the Malaysian Army is preparing for delivery in the first half of this year.

Passing all tests with flying colours, the AV-8 AENBCRV entered the second and final stage of the qualification process, during which its endurance was tested.

The AV-8 AENBCRV is fitted with CBRN detection equipment and systems to detect and classify of any type of chemical, biological, radioactive or nuclear agents. The vehicle can determine and classify the hazard zone and alert other military units and civilians of potential dangers, thus enabling them to take the necessary countermeasures.

Possessing a complex and modern system architecture and mission-specific equipment, the AENBCRV’s initial vehicle development processes – comprising conceptual design, detailed design, manufacturing and assembly – was carried out entirely by FNSS. The ongoing qualification tests serve to demonstrate that the vehicle fully and comprehensively meets the requirements set by the user. The first stage of these tests, involving Land Performance Tests and CBRN System Tests, has already been completed after being carried out at FNSS’ facilities in Ankara. The second stage of the tests – the Endurance Tests – were launched in Malaysia in February 2019. Following the successful completion of these tests, the acceptance and delivery of the first vehicle to the end user will take place in Malaysia in the upcoming days.



Under the project, four AENBCRV vehicles will be delivered, the first of which will be the vehicle that completed its qualification tests. The remaining three vehicles will be manufactured and delivered by FNSS by 2020.

The AV-8 AENBCRV stands out as the first 8×8 CBRN vehicle to be developed by FNSS. The components of the CBRN system, as the main mission equipment aboard the vehicle, was procured from domestic and foreign suppliers in line with the user’s preferences, and the integration solutions were applied together with the Environics company of Finland. FNSS has also conducted indigenisation works on some of the CBRN system’s subsystems, thus aiding domestic subcontractors in acquiring new competencies.

Commenting on this latest milestone reached by the company with the AV-8 WAV project, K. Nail Kurt, General Manager and CEO of FNSS, said: “The AV-8 WAV project continues to be the single largest defence system export contract signed by Turkey in the field of land systems, and it is also one of the most complex projects in its field due to the large number of vehicle configurations involved. Integrated with a wide variety of mission equipment, the AENBCRV is the one of the AV-8’s most challenging configurations to date. We have fashioned the vehicle in close contact with the user, ensuring they are supplied with the specific capabilities they need. Our vehicle is now proving itself in rigorous tests, and I believe that it will pass all of these with great success, becoming the best in its class and joining the inventory of the friendly and allied nation of Malaysia. With this vehicle, both FNSS and the Turkish defence sector have acquired very important capabilities. In the upcoming period, we are ready to meet with the best solutions any need that the Turkish Armed Forces and friendly and allied nations may have in this particular area.”

(EDR Magazine)

Esperon: Philippines Should Spend More on Defense

26 April 2019


SE Asia defence spending as percentage of GDP (photo : weforum)

MANILA, Philippines — The Philippines should increase its defense spending in order for the Armed Forces of the Philippines (AFP) to fully perform its mandate in securing the country’s territory, National Security Adviser Hermogenes Esperon Jr. said.

The retired general said the armed forces is always more than ready to do its job to defend its stakes in the South China Sea, but its capabilities should be beefed up.

“We just want to assure you, having come from the armed forces, that we are ready anytime but you have to capacitate us also. Otherwise, we go for other things,” he said on Wednesday at a forum on the West Philippine Sea.

The Philippines passed a law calling for the modernization of the AFP in 1995, after China’s occupation of Panganiban Reef (Mischief Reef), which is located within the Philippines’ exclusive economic zone. The implementation of the 15-year plan didn’t go as planned and turned out to be a failure.

“We really haven’t got anything except from the savings of the Presidents, so who do we blame for this? Do we blame the senators or the congressmen? Or we as a nation?” Esperon said.

“It seems like we are not willing to spend for defense, but we want defense. So where do you put the Armed Forces in that arrangement? Our defense spending is about 1.1% of the GDP (gross domestic product)…China has more,” he added.

The revised modernization program is now divided into three phases: Horizon 1 ran from 2013 to 2017, Horizon 2 covers 2018 to 2022, while Horizon 3 is from 2023 to 2028.

“We are now trying to build capability. We are maintaining our presence in the Kalayaan Island Group. We have put lighthouses; we will repair the airstrip. It will be an all-weather airstrip,” he said.

The Philippines was the first of the claimants in the South China Sea to put an airstrip in the Spratlys back in the 1970s. Other claimants only followed suit.

China built its massive artificial islands only in recent years.

“If you want all these parts of the territory to be defended, don’t look at the armed forces. You look at the other officials,” Esperon said. /je

(Inquirer)

25 April 2019

Doktrin Operasi UAV Sedang Dibangunkan ATM

25 April 2019


UAV dalam TUDM CAP 55 program (image : Mal DoD)

KUALA LUMPUR - Angkatan Tentera Malaysia (ATM) sedang membangunkan doktrin dan konsep operasi pesawat terbang tanpa pemandu (UAV) agar pengoperasiannya dapat digunakan secara efektif dan berkesan dalam menjaga persempadanan daratan serta maritim negara.

Timbalan Menteri Pertahanan, Senator Liew Chin Tong berkata, teknologi UAV didapati efektif berdasarkan daya ketahanan yang lama, jarak pengoperasian yang jauh, selain keupayaan dan kelebihan sensornya.

“ATM setuju dan mengakui kepentingan teknologi UAV pada masa sekarang dan masa hadapan sebagai salah satu strategi peperangan, di samping dapat meningkatkan keupayaan ATM bagi memantau sempadan daratan dan maritim negara.

“Buat masa ini, ATM telah pun mempunyai keupayaan UAV di dalam perkhidmatan bagi tujuan pengawasan, serta turut bekerjasama dengan Jabatan Ukur dan Pemetaan Malaysia (JUPEM) bagi tujuan pemetaan,” katanya ketika sesi soal jawab di Dewan Negara hari ini.

Beliau menjawab soalan Senator Datuk Theodore Douglas Lind mengenai sama ada teknologi ‘drone’ akan diperkenalkan dan digunakan ATM pada masa sekarang dan masa hadapan sebagai satu strategi peperangan yang baharu supaya ATM dapat bersaing dengan angkatan tentera negara jiran.

Chin Tong berkata, teknologi UAV juga akan digunakan sebagai salah satu elemen sistem pengawasan dengan jaringan aktiviti perisikan, pengawasan, pengesanan dan peninjauan (ISTAR) dalam ‘masa sebenar’ dan diintegrasi ke dalam sistem ‘Operasi Jaringan Berpusat’ (NCO) ATM yang kini sedang dibangunkan.

“Keupayaan ini dilihat sebagai kekuatan berganda bagi memantapkan lagi sistem pemantauan daratan dan juga ruang udara negara.

“ATM juga telah lama mengadakan idea untuk mengintegrasikan teknologi dalam pelbagai bidang dalam ATM* kementerian juga mengambil kira industri 4.0 termasuklah penggunaan dan pengoperasian UAV dan kecerdasan buatan* semua ini akan diambil kira dan dilaksanakan,” katanya.

(Utusan)