30 Juni 2025

RTAF Lakukan Uji Coba Kesiapan Pertahanan Pangkalan Udara

30 Juni 2025

Security Force Command RTAF di Wing 1 dilengkapi dengan Rheinmetall Mauser Mk 30 mod F (twin‑barrel 30 mm) buatan Jerman (photos: SFC RTAF)

Angkatan Udara Thailand melakukan uji coba rencana pertahanan lokasi pangkalan udara dan memeriksa kesiapan tempur pasukan darat di Wing 1, Provinsi Nakhon Ratchasima sebagaimana postingan SFC RTAF pada 25 Juni 2025 lalu.


Wakil Marsekal Udara Phan Thep Niamploi, Wakil Komandan Komando Angkatan Udara, sebagai ketua inspeksi ini, bersama dengan Wakil Marsekal Udara Phichanya Asitirat, Komandan Wing 1, dan Wakil Marsekal Udara Natthawat Yodthong, Komandan Batalyon Angkatan Udara, Wing 1, yang memimpin personel untuk menjalani inspeksi.

Security Force Command RTAF di Wing 1 dilengkapi juga dengan US Ordnance Browning M2QCB (twin barrel 12,7mm) buatan AS (photo: SFC RTAF)

SFC RTAF akan melindungi pangkalan udara sehingga angkatan udara dapat melaksanakan misi mereka untuk melindungi kedaulatan semaksimal kemampuan mereka setiap saat, sepanjang hari & sepanjang salam (24/7).

Security Force Command RTAF di Wing 1 dilengkapi juga ATV dan kendaraan taktis lainnya (photos: SFC RTAF)

Wing Udara 1 di Korat, provinsi Nakhon Ratchasima (VTUN) 263 km sebelah timur laut Bangkok bermarkas Squadron 103 Lightning yang mengoperasikan pesawat F-16A/B.


Dalam struktur komando Thailand untuk pertahanan pangkalan udara menjadi tanggung jawab dari RTAF Security Force Command (SFC)


Adapun alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki SFC RTAF untuk perlindungan dari serangan udara terdiri dari:
-SAM: KS‑1C, ADATS, RBS‑70, QW‑2,
-AAA: Bofors 40 mm, Mauser Mk 30 30mm, Type 74 37 mm, dan Browning M2QCB 12,7mm.

PAF Bats for Multi-role Jet Fighters Capable of Short Runway Ops

29 Juni 2025

F16 practice landing on a public road (photo: RSAF)

MANILA – The Philippine Air Force (PAF) said the multi-role fighters (MRFs) to be acquired by the country must have the capability to land and operate on short runways.

This aligns with Manila's adoption of the Comprehensive Archipelagic Defense Concept (CADC), which aims to protect the country's territories, including its 200 nautical mile exclusive economic zone (EEZ). PAF commander Lt. Gen. Arthur Cordura told reporters at the Villamor Airbase in Pasay City Tuesday afternoon.

"The specifications, I need not go to the details but in terms of our selection for MRF, the CADC, our defense campaign plan, our concept for defense entails projection so we need to be able to exhibit credible defense in our EEZ," Cordura said in a mix of Filipino and English when asked about the specifications for the MRF project.

The MRFs to be acquired are expected to backstop the Mach 1.5 capable South Korean-made FA-50PH light combat aircraft acquired from 2015 to 2017 for PHP18.9 billion.

With this mission in mind, Cordura said, potential MRF platforms must have "a longer endurance, a greater payload, it must (have the) capability that can land on shorter runways" as future PAF operating bases would be located in the periphery of the archipelago.

Having the capability to land on short or small runways allows quick response and flexibility in deploying these proposed MRFs.

Cordura added that locating these bases in the peripheries is a "more strategic" move.

The MRFs that will be acquired "should cater to more asymmetric capabilities," he added, referring to matching potential strength versus the weakness of a particular opponent.

Gripen practice landing on a public road (photo: SAAB)

"In addition, these platforms must be highly integrable and interoperable with our allies in the region," he said.

Cordura said all recommendations and information concerning the MRF project were already submitted to the Department of National Defense.

"We're just awaiting guidance, the definite platform that later that will be acquired. Any platform, from what we have recommended and what we have studied and researched on, are win-win for not only for the PAF but for the AFP (Armed Forces of the Philippines). It is already awaiting the decision from our department and it will be very soon," he added.

Earlier reports regarding the MRF project had the Philippines shortlisting the Lockheed Martin F-16 Block 70/72 "Viper" and the Saab JAS-39C/D "Gripen" MRFs. The budget for the MRF acquisition project is placed at PHP61 billion.

The F-16 Block 72/70 is the latest and most advanced F-16 in operation and is considered the foremost combat-proven 4th-generation MRF.

It is equipped with advanced radar systems allowing it greater detection and tracking capabilities along with advanced air-to-air and air-to-ground weapons. The JAS-39 "Gripen" C/D is classified as the most reliable "swing-role combat aircraft" available in the world today.

The "C" version is a single-seat aircraft while the "D" version is a two-seater configuration.

The Swedish-made fighter requires minimal personnel and ground support equipment for dispersed operations and can operate from small unprepared roads. It is also equipped with sophisticated radar, sensors, and weapons. 

(PNA)

Optimum Essential Force Ditargetkan Tercapai 100 Persen pada 2029

30 Juni 2025

Konsep Optimum Essential Force dengan target pada tahun 2025 sebesar 30,3% dan menjadi 100% pada akhir tahun 2029 (photo: Eunavor Med)

Jakarta, IDM – Penguatan postur pertahanan dan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) melalui program Optimum Essential Force (OEF) ditargetkan mencapai 100 persen pada 2029. OEF merupakan lanjutan dari program Minimum Essential Force (MEF).

Target OEF itu dibahas dalam rapat yang digelar di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Jakarta, Senin (23/6).

Asdep Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja Sama Pertahanan Kemenko Polkam Brigjen TNI (Mar) Kresno Pratowo mengatakan, pembangunan postur pertahanan melalui OEF menyasar terjaganya kedaulatan negara dan penguatan stabilitas keamanan. Ini juga untuk meningkatkan kemampuan multi-domain dalam melindungi kedaulatan, keselamatan bangsa, dan kepentingan nasional.

“Perlu dilanjutkan program penguatan postur pertahanan dengan konsep Optimum Essential Force dalam rangka meningkatkan efektivitas menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meningkatkan kekuatan Tentara Nasional Indonesia di daerah perbatasan dan pulau terluar,” kata Kresno dalam siaran pers, Selasa (24/6).

Kresno menyebutkan, pembangunan postur pertahanan juga perlu diiringi penguatan keamanan teknologi informasi telekomunikasi dan kapabilitas badan pertahanan siber, di samping peningkatan profesionalisme, kesejahteraan prajurit serta pemeliharaan dan perawatan alutsista.

“Salah satu kegiatan prioritas dalam pembangunan postur pertahanan adalah melanjutkan program penguatan postur pertahanan dengan konsep Optimum Essential Force dengan target pada tahun 2025 sebesar 30,3 persen dan menjadi 100 persen pada akhir tahun 2029. Hal ini akan menjadi pekerjaan rumah Kementerian Pertahanan atau TNI,” ujar Kresno.

Kresno mengatakan, rapat pembahasan OEF akan dilakukan secara berkelanjutan. “Oleh karena itu, diharapkan adanya sinkronisasi antara Sistem Perencanaan Pertahanan dengan postur, OEF, dan Strategi Trisula Perisai Nusantara,” kata dia.

Sebelum OEF, pemerintah menggagas Minimum Essential Force atau MEF sejak tahun 2007. Program MEF dilakukan melalui tiga tahap sampai 2024. Namun, hingga awal 2024 silam, capaian MEF baru sekitar 65 persen.

(IDM)

29 Juni 2025

Australia Commissions of HMAS Arafura

29 Juni 2025

HMAS Arafura-203 Offshore Patrol Vessel (OPV) (photos: Aus DoD)

On Saturday June 28, marks a major milestone of the Australian Government’s implementation of the Surface Fleet Review within the commissioning of HMAS Arafura into the Royal Australian Navy fleet.

HMAS Arafura is the first Arafura class offshore patrol vessel (OPV) of the Navy’s surface fleet.

HMAS Arafura will enter into the fleet at a commissioning ceremony in Western Australia today.

Navy’s OPVs will help patrol and secure Australia’s maritime border alongside the evolved Cape class patrol boats. They will also play a role in humanitarian and disaster relief, enhance regional engagement and support other Navy missions.


These new capabilities have a greater range of 4,000 nautical miles, and can perform roles hat previously required numerous vessels. These OPVs will also have improved living quarters and amenities to better support personnel.

The Government’s Independent Analysis into Navy’s Surface Combatant Fleet (Surface Fleet Review) reaffirmed the need for the Arafura class OPVs whilst recommending they operate alongside the evolved Cape class patrol boats.

HMAS Arafura was built by German shipbuilder Luerssen Australia at the Osborne Shipyard in South Australia.

The second OPV, NUSHIP Eyre, has been built and is awaiting acceptance by Navy. The remainder of the four ships are under construction at the Henderson Shipyard in Western Australia.

Royal Thai Army Adakan Pelatihan Penggunaan Senjata Carl Gustav

29 Juni 2025

Pelatihan penggunaan senjata Carl Gustav M3 (all photos: Royal Thai Army)

Batalyon ke-8, Resimen ke-3 Royal Thai Army pada tanggal 25 Juni 2025 lalu melakukan posting pelatihan tugas khusus untuk prajurit baru, angkatan 1/68. 


Pelatihan yang dilakukan adalah belajar menggunakan senjata api tanpa hentakan 84 mm untuk mengembangkan kemampuan mereka, menambah pengetahuan, pemahaman, meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka agar lebih sesuai dengan posisi dan tugas mereka sendiri, sesuai dengan standar Royal Thai Army.


Senjata yang digunakan adalah senjata pendukung tembakan langsung sedang M3 Carl Gustav 84 mm adalah senjata yang diisi dari belakang, ditembakkan tanpa hentakan, dikendalikan di bahu yang sangat akurat dan serbaguna.


Carl Gustav versi M3 dirancang untuk bertahan dalam kondisi kutub utara, tropis, dan gurun yang lebih baik daripada versi M1 atau M2. Royal Thai Army diketahui mempunyai senjata lawan tank berupa: 
-Recoilless rifle/senapan tanpa hentakan: Carl Gustav M3 (Swedia) dan M40 (AS),
-Rocket-propelled grenade/granat berpeluncur roket: M72 LAW (AS) dan Type 69 (China), dan
-Anti-tank guided missile/rudal berpandu antitank: FGM-148 Javelin (AS) dan Spike-MR (Israel), dan BGM-71 TOW (AS). 

Dirjen Pothan Kemhan Pimpin Rapat Progres 10 Program Prioritas Nasional Industri Pertahanan

29 Juni 2025

Pesawat udara tanpa awak masuk ke dalam 10 program prioritas industri pertahanan nasional (photo: Kemhan)

Jakarta, Dirjen Pothan Kemhan - Laksda TNI Sri Yanto, S.T. memimpin rapat progres 10 Program Prioritas Nasional Industri Pertahanan, bertempat di Ruang Rapat Lantai 2 Gedung R. Suprapto. Hadir dalam acara tersebut Stafsus Menhan Bidang Ekonomi Pertahanan, Kabalitbang Kemhan, Kabid Litbangyasa Timlak KKIP, Sesditjen Pothan Kemhan, Kapuslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan, Dir Tekindhan Ditjen Pothan Kemhan serta jajaran Ditjen Pothan Kemhan dan Balitbang Kemhan.

Satelit militer masuk ke dalam 10 program prioritas industri pertahanan nasional (photo: ThalesAlenia)

Setelah mendengarkan paparan terkait capaian dan kendala 10 program prioritas nasional dari Dittekindhan Ditjen Pothan dan Balitbang Kemhan, peserta rapat setuju untuk melanjutkan 10 program prioritas nasional yang saat ini sudah berjalan dan berkoordinasi secara intens terhadap pelaksanaan program tersebut.

Penginderaan bawah air masuk ke dalam 10 program prioritas industri pertahanan nasional (photo: KompasTV)

Sesuai Perpres No. 8 tahun 2021 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2020-2024 diarahkan pada peningkatan kemampuan pertahanan yang diwujudkan dalam kebijakan pembangunan teknologi dan industri pertahanan dengan penguasaan teknologi kunci program prioritas yaitu:
-pesawat tempur, 
-kapal selam, 
-propelan, 
-roket, 
-peluru kendali, 
-radar, 
-tank berukuran sedang,
-satelit militer, 
-pesawat udara tanpa awak, dan/atau 
-penginderaan bawah permukaan air.

Kegiatan berjalan dengan aman, lancar dan tertib.

28 Juni 2025

Fregat Inggris HMS Richmond F-239 dan Fregat Spanyol ESPS Mendez Nunez F-104 ke Jakarta

28 Juni 2025

Fregat Inggris HMS Richmond F-239, adalah fregat anti kapal selam Type 23 buatan galangan Swan Hunter dengan bobot penuh 4.900 ton (photo: Gosport Flyer)

Lantamal III sambut kedatangan kapal perang Inggris HMS Richmond

Jakarta, Komandan Lantamal III Laksamana Pertama TNI Uki Prasetia, S.T., M.M. yang diwakili oleh Asisten Intelijen Danlantamal III Kolonel Laut (P) Saut Lagu Jendrit P, S.E., M.Tr.Opsla menyambut kedatangan kapal perang Inggris HMS Richmond F-239 yang dikomandani oleh Commander Richard Kemp di Dermaga 107, Tanjung Priok, Jakarta Utara (25/6).

Kedatangan Kapal perang milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris atau Royal Navy, His Majesty’s Ship (HMS) Richmond ini, disambut dengan upacara resmi yang dihadiri oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia HMA Dominic Jermey, Chief Naval Engineer Officer, RADM Steven James McCarty dan Asisten Operasi (Asops) Pangkoarmada RI Laksamana Pertama TNI Agam Endrasmoro, Asops Danlantamal III dan Athan Inggris Captain (RN) Paul Mattews.

Pada upacara penyambutan tersebut, Komandan HMS Richmond, Commander Richard Kemp, menerima pengalungan bunga dari Asops Pangkoarmada RI sebagai bagian dari prosesi penyambutan. (Lantamal III)

Fregat Spanyol ESPS Mendez Nunez F-104 adalah fregat kelas Alvaro de Bazan buatan Navantia berbobot penuh 6.391 ton (photo: GettyImages)

Pererat hubungan bilateral, Lantamal III sambut kedatangan kapal perang Spanyol ESPS Mendez Nunez (F-104)

Jakarta, Komandan Lantamal III Laksamana pertama TNI Uki Prasetia, S.T., M.M. yang diwakili oleh Kepala Keuangan Wilayah (Ka Kuwil) Danlantamal III Kolonel Laut (S) M. Firman Nugraha, S.E. menyambut kedatangan kapal perang Spanyol ESPS Mendez Nunez (F-104) yang dikomandani oleh Commander Jaime Salvador Munoz-Delgado Perez  di Dermaga 300, Tanjung Priok, Jakarta Utara (25/6).

Di awal kedatangannya, awak ESPS Mendez Nunez (F-104) disambut dengan tarian daerah dari Betawi, Tari Yapong. Upacara penyambutan ini dihadiri oleh Duta Besar Spanyol untuk Indonesia Mr. Francisco Aguilera Aranda dan Laksamana Pertama TNI Tony Herdijanto, S.E., M.Sc. dari TNI Angkatan Laut.

Dalam lawatannya yang akan berlangsung selama 6 hari, kapal perang angkatan laut milik Spanyol ini juga menyelenggarakan open ship yang dibuka untuk umum. (Lantamal III)

Hanwha Aerospace Tandatangani Kesepakatan Senilai 623,2 Miliar Won untuk Memasok Mesin KF-21

28 Juni 2025

Hanwha akan memasok 80 unit mesin F414 untuk 40 unit KF-21 batch pertama (photo: KED)

SEOUL -- Hanwha Aerospace Co. mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah menandatangani kontrak lanjutan senilai 623,2 miliar won (US$459,3 juta) dengan badan pengadaan pertahanan negara untuk memasok mesin bagi jet tempur KF-21 generasi berikutnya milik Korea Selatan.

Perjanjian dengan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) tersebut dibangun berdasarkan kesepakatan pasokan mesin sebelumnya senilai 556,2 miliar won yang ditandatangani setahun lalu, sehingga total nilai kontrak menjadi 1,18 triliun won.

Dengan kontrak terbaru tersebut, Hanwha Aerospace akan mengirimkan 80 unit mesin F414 untuk batch pertama jet KF-21 yang diproduksi massal pada bulan Desember 2028. Kesepakatan tersebut juga mencakup dukungan logistik, seperti suku cadang perawatan, manual teknis, dan bantuan teknis di lokasi.

Hanwha Aerospace telah lama terlibat dalam proyek-proyek penerbangan militer Korea Selatan, telah memproduksi lebih dari 10.000 mesin untuk jet tempur Korea Selatan, termasuk KF-5, KF-16, dan F-15K, sejak 1979.

Untuk mendukung bisnis mesin berteknologi tingginya, perusahaan telah menginvestasikan 40 miliar won untuk membangun pabrik pintar yang didedikasikan untuk produksi mesin jet.

"Dengan teknologi mesin penerbangan canggih kami, kami akan memastikan pengiriman mesin KF-21 tepat waktu dan terus berkontribusi pada pengembangan sistem propulsi generasi berikutnya untuk pertahanan nasional," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Korea Selatan meluncurkan program pengembangan KF-21 pada tahun 2015 dengan tujuan memperoleh jet tempur supersonik buatan dalam negeri untuk menggantikan armada jet F-4 dan F-5 yang sudah tua.

Pengerahan KF-21 dijadwalkan akan dimulai pada tahun 2028. (Yonhap)

KF-21 Boramae (photo: Shutterstock)

KAI dapatkan kontrak kedua senilai W2,4 triliun KF-21

Korea Aerospace Industries telah menandatangani perjanjian pasokan tambahan KF-21 senilai 2,39 triliun won ($1,76 miliar), dengan menjual 20 jet tempur generasi berikutnya dari Korea Selatan.

Menurut Defense Acquisition Program Administration (DAPA) pada hari Jumat, KAI siap untuk mengirimkan 20 jet KF-21 Boramae sebagai tambahan dari kontrak pertama untuk produksi awal sebanyak 20 unit yang ditandatangani pada bulan Juni tahun lalu. Kesepakatan ini juga mencakup penyediaan manual teknis, pendidikan, dan dukungan logistik lanjutan untuk jet tersebut.

KF-21 adalah jet tempur generasi 4,5 pertama yang dikembangkan di dalam negeri oleh Korea, yang akan diperkenalkan ke Angkatan Udara mulai paruh kedua tahun 2026. Secara historis, negara tersebut telah bergantung pada teknologi militer asing — terutama dari AS. (Korea Herald)

Sikorsky and CAE Bring Digital MAD Capability to MH-60R Maritime Helicopters

28 Juni 2025

MAD-XR - Magnetic Anomaly Detector-Extended Role (photo: CAE)

Sikorsky, a Lockheed Martin company (NYSE: LMT) and CAE (NYSE: CAE; TSX: CAE), a global leader in training and simulation, are collaborating to deliver the CAE Magnetic Anomaly Detection-Extended Role (MAD-XR) system for installation aboard U.S. Navy and Royal Australian Navy MH-60R SEAHAWK helicopters. Designed and built by CAE, and integrated with the aircraft’s primary mission computer by Sikorsky, the passive digital MAD sensor will give the world’s most capable maritime helicopter a powerful new tool to detect and track submarines below the sea surface.

“MH-60R operators now have the option to significantly upgrade their anti-submarine warfare capability using a small, removeable device that senses changes in the Earth’s magnetic field caused by large metallic objects in the water,” said Tish Rourke, Sikorsky Maritime Systems vice president. “With recent upgrades to mission computer software, this non-acoustic digital MAD sensor can easily be installed into any operational MH-60R aircraft, and can operate independently or collaboratively with other mission systems, such as the aircraft’s sonobuoys or long-range active dipping sonar.”

Compact and efficient, CAE’s MAD-XR consists of highly sensitive magnetometers and a processor/interface unit weighing less than 20 pounds (9 kg) including cabling and mounting hardware. An audio alert informs the crew of a detected object, while the display provides contact and range details. The device can be installed inside an MH-60R aircraft tail cone without any permanent airframe modification, and can be quickly removed and installed on another MH-60R aircraft as operationally needed.

“CAE’s MAD-XR offers a cutting-edge solution to detect and track submarines and other underwater threats, significantly enhancing military aircraft capabilities – it is the trusted choice for defence and security applications worldwide,” said France Hébert, Division President, Defense & Security Canada and Global Operations Lead. “As a key partner to OEMs and global military forces, CAE provides unmatched expertise in designing and manufacturing digital magnetic anomaly detection systems. We are proud to support their integration on the MH-60R maritime helicopter, ensuring superior performance in diverse operational environments.”

Sikorsky, CAE, the U.S. Navy, and Royal Australian Navy teamed to integrate, test, and optimize the CAE MAD-XR capability. Two events occurred to bring the digital MAD capability to the MH-60R fleet.

In early 2024, the U.S. Navy released new software and hardware to MH-60R operators that will allow MH-60R aircraft to accept the digital MAD system. The capability was included in advanced technology upgrades the U.S. Navy releases to MH-60R operators every other year to ensure mission effectiveness and operational readiness.

In September 2024, Sikorsky was awarded a $21 million U.S. Navy contract — with CAE subsequently subcontracted — to deliver 20 DMAD kits for the Royal Australian Navy; six for the U.S. Navy; and two for evaluation by the U.S. Navy Reserve. Deliveries are to be completed in May 2026. The contract includes options for additional U.S. Navy orders of 24 kits each in 2025 and 2026.

Cliff Kyle, General Manager Sikorsky Australia welcomed the significant capability announcement and commended the Royal Australian Navy in being the first MH-60R operator to install the digital MAD capability on its fleet of MH-60R aircraft.

“Through our partnership with the Royal Australian Navy, Sikorsky Australia’s workforce look forward to playing their role in fielding and sustaining this important and cutting-edge capability, which further strengthens Australia’s MH-60R Seahawks’ fleet lethality.”

The CAE MAD-XR sensor offers significant improvements over the AN/ASQ-81 Magnetic Anomaly Detection (MAD) sensor installed on former U.S. Navy SH-60B helicopters. Externally mounted and attached to the aircraft via a cable and reeling machine, the previous MAD sensor weighed 90-lb.,and trailed in the air a short distance behind the aircraft.

(CAE)

27 Juni 2025

PT Dahana Ungkap TKDN Produk Bom Militer Lebih dari 70 Persen

27 Juni 2025

Bom produksi PT Dahana (photo: Antara)

Subang (ANTARA) - Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dahana (Persero) Yusep Nugraha Rubani mengungkapkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) produk bom militer yang diproduksi PT Dahana sudah melampaui 70 persen.

"Kalau untuk bom, itu lebih dari 70 persen TKDN-nya. Untuk bom itu, karena casing-nya sudah dibuat di dalam negeri, produksinya juga di dalam negeri," kata Yusep di Kantor Pusat PT Dahana, Subang, Jawa Barat, Selasa.

Produk bom militer buatan PT Dahana, antara lain, Bom NATO Tajam (BNT) 250 yang didesain untuk kompatibel dengan pesawat NATO dan bom varian P-100L, P250L, dan P-500L yang diproduksi khusus untuk pesawat tempur Suhkoi, kemudian roket jenis R-Han122B dan roket portabel antitank dan helikopter.

TKDN untuk produk bom militer buatan Dahana, kata Yusep, terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Tahun depan kami berharap akan lebih besar lagi TKDN-nya," kata dia.

Dijelaskan pula bahwa produk Dahana tidak hanya digunakan oleh kalangan militer, mayoritas produk PT Dahana digunakan untuk keperluan nonmiliter, antara lain, pertambangan umum, kuari, konstruksi, serta minyak dan gas.

Bom produksi PT Dahana (photo: Defense Studies)

Selain bahan peledak, lanjut dia, salah satu produk PT Dahana adalah berbagai varian detonator dengan TKDN saat ini mencapai 50 persen dan terus meningkat setiap tahunnya.

"Kami selalu meng-improve support dari produk dalam negeri yang bisa men-support produk kami sehingga diharapkan produknya akan meningkat. Misalnya, pada tahun ini 50, bisa saja tahun depan menjadi 60 persen," kata Yusep.

Untuk diketahui, Kementerian Pertahanan RI melalui Biro Informasi Pertahanan menggelar kunjungan eksplorasi industri pertahanan ke PT Dahana di Subang, Jawa Barat, Selasa.

Kegiatan tersebut juga merupakan kelanjutan program eksplorasi industri pertahanan yang telah dilaksanakan sebelumnya di beberapa industri pertahanan strategis.

Tim Biro Infohan dipimpin Karo Infohan Setjen Kemhan Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang disambut langsung oleh jajaran PT Dahana.

"Jadi, kunjungan kali ini memang adalah bentuk sinergi dari Kementerian Pertahanan," katanya.

Brigjen TNI Fregas melanjutkan, "Ini menjadi komitmen dari Kementerian Pertahanan dan Pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto, bagaimana kita meningkatkan kemandirian industri pertahanan."

MQ-28A Ghost Bat Flying Success in Tindal during Exercise Carlsbad

27 Juni 2025

MQ-28A Ghost Bat during Exercise Carlsbad in Tindal AFB (photos: Aus DoD)

Exercise Carlsbad has wrapped up at RAAF Base Tindal after the successful deployment and operation of the MQ-28A Ghost Bat in regional Northern Territory.

Exercise Carlsbad is part of a series of test events throughout 2025 that will mature and exhibit the capabilities of the MQ-28A.

Successful completion of this exercise has demonstrated that the MQ-28A can conduct operations from a location outside of the Woomera Training Area, South Australia, which to date has been the exclusive operating location for the MQ-28A.


Exercise Carlsbad Commander Wing Commander Phillip Parsons said the success of Exercise Carlsbad had been a whole of team effort.  

“This is a huge achievement of the collaborative work between the Royal Australian Air Force and Boeing Defence Australia,” Wing Commander Parsons said.

“Our success has also been due to ongoing work with the Collaborative Autonomous Systems Project Office, Air Force Headquarters, Air Warfare Centre, and the local base squadrons at RAAF Base Tindal – 75 Squadron, 17 Squadron and 9 Squadron.”


Exercise Carlsbad tested how to deploy and redeploy the MQ-28A and successfully operate in an unfamiliar environment.

“The main intent of Exercise Carlsbad was to understand all the fundamental inputs to capability in relation to the MQ-28A,” Wing Commander Parsons said.

“We used a C-17 Globemaster to transport the capability direct from the Australian International Air Show.


“Within seven days of arriving at RAAF Base Tindal we completed a series of ground events to confirm our systems were in good working order before successfully achieving the MQ-28A’s first flight outside of the Woomera training area.”

'Capabilities such as the MQ-28A are important as they will save Australian lives and provide us with the combat mass to defend Australia and its national interests.'

MQ-28A is an uncrewed aircraft that has the ability to team with crewed platforms performing mission roles and responsibilities typical of fighter aircraft, complementing and extending airborne missions while increasing situational awareness and survivability.


Wing Commander Parsons said the MQ-28A project was a significant undertaking for the ADF, working to deliver the National Defence Strategy priority of an integrated, focused force.

“Capabilities such as the MQ-28A are important as they will save Australian lives and provide us with the combat mass to defend Australia and its national interests,” Wing Commander Parsons said.

The MQ-28A project is exploring advances in technology that will provide new opportunities for innovation and military advantage, providing a unique perspective for the ADF to generate, employ and sustain military power.  


A developmental aircraft designed and manufactured by Boeing Defence Australia, the MQ-28A is the first military aircraft designed in Australia in more than 50 years.

The project has funded eight initial MQ-28A variants for test and evaluation, the development of mission payloads and the fundamental knowledge, skills and experience in integrated system behaviour and autonomy to operationalise collaborative combat aircraft.

A further three MQ-28A Block 2 aircraft, with enhanced design and improved capability as well as a ground control station, will be delivered. 
 

Korea Selatan Lakukan Uji Peluncuran Rudal Udara-ke-permukaan Jarak Jauh Lokal

27 Juni 2025

Rudal berpandu yang diluncurkan merupakan rudal jelajah MBDA Taurus KPDE 350E versi lokal (all photos: DAPA)

SEOUL (Yonhap) -- Badan pengadaan senjata negara telah berhasil melakukan uji peluncuran yang aman untuk rudal berpandu udara-ke-permukaan jarak jauh buatan dalam negeri yang sedang dikembangkan, kata pejabat pada hari Rabu.

Uji coba tersebut, yang ditujukan untuk memverifikasi apakah rudal tersebut benar-benar terlepas dari pesawat tanpa memengaruhi keselamatan dan fungsinya, berlangsung di unit Angkatan Udara pada hari Senin, menurut Defense Acquisition Program Administration.

DAPA berencana untuk melakukan berbagai uji coba rudal tersebut menggunakan pesawat uji FA-50 sebelum memverifikasi rudal tersebut pada prototipe KF-21 mulai tahun 2027, katanya.

Sejak tahun 2018, Korea Selatan telah berupaya mengembangkan rudal berpemandu jarak jauh yang akan dipasang pada KF-21 untuk melakukan serangan presisi terhadap target musuh utama.

DAPA mengatakan uji coba terbaru menandai tonggak penting dalam proyek tersebut dan mengharapkan rudal berpemandu tersebut akan diekspor bersama KF-21 untuk meningkatkan ekspor senjata.

(Yonhap)

Malaysia Receives Its First Anka-S

27 Juni 2025

Delivery of first three new Anka-S MALE UAV for Malaysia (all photos: Mildefin)

South China Sea
The first three of the 9 Anka-S UAVs, the production of which began with the contract signed between Turkish Aerospace Industries (TUSAÅž) and the Malaysian Ministry of Defense in 2023, have been delivered.

It was reported that the new Anka-Ss will be used by the Royal Malaysian Air Force (RMAF) to strengthen its surveillance power in the South China Sea and protect the country's Exclusive Economic Zone.


Although there is currently no ammunition option in the packages, which include ground control stations, support equipment and training along with the three Anka-Ss, it can be added upon request.

Turkish Aerospace Industries easily won the tender by overtaking US, Chinese and Italian companies, which were identified as the tenders opened by RMAF in 2020.


Accordingly, TAI will install the first three Anka-S and related ground control systems, which are the first phase of the requirement for nine (9) Unmanned Aerial Vehicles equipped with different payloads for Malaysia.

The contract was signed at the ceremony held at the 16th International Maritime and Aviation LIMA Fair held at the Mahsuri International Exhibition Center on the Langkawi Island of Malaysia.


SATCOM version
ANKA UAV, developed by TAI and made its first flight in 2010, can perform superior performance tasks such as reconnaissance, surveillance, fixed-moving target detection, identification and identification with its integrated high-resolution camera, which can operate day and night, including in adverse weather conditions, as well as carrying up to 350 kg of different ammunition and payloads under its 17-meter-wide wing. ANKA, which has fully autonomous landing, cruising and return capabilities, has a mission duration of over 30 hours and can fly at an altitude of 30,000 feet.

The UAVs purchased by Malaysia are the Anka-S, the SATCOM (satellite controlled) version of the Anka. Thanks to this, the RMAF will also be able to perform beyond-line-of-sight (BLOS) operations.


Delivery three months early
The first Anka Ss were delivered in June 2025, months ahead of the contracted delivery date of September 2025. Malaysia's Anka Ss will be housed at Labuan Air Base, which has been upgraded by G7 Aerospace, a company operating in the country, including specially constructed hangars and support facilities.


26 Juni 2025

Korea Utara Luncurkan Destroyer Kedua yang Sempat Mengalami Insiden

26 Juni 2025

Destroyer kedua kelas 5.000 ton yang diberi nama "Kang Kon" setelah selesai diperbaiki (photo: KCNA)

Militer Korea Selatan meragukan kemampuan operasional kapal perang Korea Utara
SEOUL (Yonhap) -- Korea Utara meluncurkan kapal perusak baru dua pekan lalu setelah perbaikan menyusul upaya yang gagal pada bulan Mei, tetapi militer Korea Selatan meragukan apakah kapal perang seberat 5.000 ton itu benar-benar beroperasi.

Sebelumnya pada hari itu, media pemerintah Pyongyang mengatakan pemimpin Kim Jong-un menghadiri upacara peluncuran kapal perusak, yang diberi nama Kang Kon, di galangan kapal "Rajin shipyard" pada hari sebelumnya, menyebutnya sebagai "langkah maju yang tak tertandingi dalam mewujudkan strategi laut."

Upacara itu diadakan hanya sekitar tiga minggu setelah kapal perang itu terbalik dan sebagian tenggelam selama upacara peluncuran di Chongjin, yang dikutuk Kim sebagai tindakan kriminal "yang tidak dapat ditoleransi" yang "menjatuhkan kehormatan dan kebanggaan negara sekaligus."

Sejak kecelakaan pada akhir Mei, Korea Utara telah menyelamatkan kapal perang tersebut dan memindahkannya lebih jauh ke timur laut menuju galangan kapal di Rajin, mengikuti perintah Kim yang menyerukan agar kapal perusak tersebut direstorasi sebelum pertemuan partai penting yang ditetapkan pada akhir Juni.

Posisi kapal destroyer sesaat sebelum terjadinya insiden (photo: AP)

Kapal perang tersebut diyakini telah ditarik alih-alih melakukan perjalanan menggunakan mesinnya sendiri dari Chongjin ke Rajin.

"Dari luar, tampak bahwa restorasi telah selesai tetapi otoritas intelijen Korea Selatan dan AS akan memantau dengan saksama apakah bagian-bagian kapal tersebut masih berfungsi," kata seorang pejabat militer Korea Selatan.

Dua kapal perusak kelas 5.000 ton lagi tahun depan
Selama upacara hari Kamis, pemimpin Korea Utara tersebut juga berjanji untuk membangun dua kapal perusak kelas 5.000 ton lagi tahun depan, dengan alasan perlunya menanggapi ancaman dari Amerika Serikat dan negara-negara musuh lainnya.

Korea Utara telah menggandakan upayanya untuk memodernisasi kemampuan angkatan lautnya. Pada bulan April, Korea Utara mengungkap kapal perusak multiguna baru seberat 5.000 ton, yang diberi nama Choe Hyon, dengan klaim bahwa kapal perang tersebut dilengkapi dengan rudal jelajah strategis supersonik, rudal balistik taktis, dan sarana serang lainnya.

Posisi kapal destroyer setelah insiden terguling pada Mei lalu (photo: X-london)

Korea Utara melakukan uji coba penembakan langsung pada kapal perusak baru tersebut hanya beberapa hari kemudian, yang menurut militer Korea Selatan akan membutuhkan waktu yang "cukup lama" untuk pengerahannya.

Anggota parlemen Yu Yong-weon dari Partai Kekuatan Rakyat yang beroposisi mencatat bahwa Kang Kon tampaknya tidak dilengkapi dengan rudal antikapal yang terlihat di Choe Hyon, yang menunjukkan bahwa Korea Utara mungkin telah tergesa-gesa melanjutkan upacara peluncuran tanpa restorasi yang tepat.

Sebelum pengembangan kapal perusak kelas Choe Hyon, kapal perang tercanggih Korea Utara adalah fregat seberat 1.500 ton, menurut buku putih pertahanan Seoul.

Sebagai perbandingan, Angkatan Laut Korea Selatan mengoperasikan 12 kapal perusak, termasuk Sejong the Great seberat 7.600 ton dan Jeongjo the Great seberat 8.200 ton, dan 17 fregat.

Melihat Progres Fregat Merah Putih

26 Juni 2025

Progres Fregat Merah Putih (photo: Kumparan)

Melihat Fregat Merah Putih, Kapal Perang Canggih Pertama Karya Anak Bangsa
Kementerian Pertahanan Indonesia mengunjungi PT PAL Indonesia yang untuk melihat proses produksi kapal perang kelas Fregat Merah Putih. 

Kapal ini merupakan Fregat pertama karya anak bangsa yang dibangun di Dock Semarang PT PAL, Surabaya, dengan spesifikasi tempur multifungsi. Kapal ini dibuat untuk menghadapi serangan udara, permukaan, dan bawah laut.

Fregat Merah Putih (MPF140) dibangun berdasarkan pesanan Kementerian Pertahanan RI dan diklaim sebagai salah satu dari empat fregat jenis Arrowhead 140 yang saat ini tengah dikembangkan di dunia.

Direktur Produksi PT PAL, Diana Rosa, menegaskan bahwa kapal ini menjadi bukti kemampuan industri dalam negeri dalam mengembangkan alutsista berstandar internasional.
“Ini adalah kapal perang tercanggih saat ini. Standarnya, standar dunia, naval rule. Salah satu dari empat di dunia yang membangun kapal seperti ini, salah satunya Indonesia,” kata Diana Rosa saat ditemui di lokasi pembangunan, Rabu (25/6).

Progres Fregat Merah Putih (photo: JPNN)

Mampu Hadapi Ancaman Udara, Permukaan dan Bawah Laut
Fregat Merah Putih memiliki panjang 140 meter dan bobot penuh hingga 6.626 ton. Kapal ini mampu melaju dengan kecepatan maksimum 28 knot dan jangkauan pelayaran sejauh 9.000 nautical mile (NM).

Kecepatan ini melampaui kapal pesanan dari negara lain, seperti Filipina (16 knot) dan Uni Emirat Arab (20 knot).

Dari sisi persenjataan, fregat ini dipersenjatai 64 peluncur rudal vertikal (Vertical Launching System/VLS) yang memuat rudal permukaan-ke-udara (SAM) dan permukaan-ke-permukaan (SSM), 2 set torpedo anti-kapal selam (ASW), serta sistem Close-In Weapon System (CIWS) kaliber 35 mm yang mampu menembakkan 4.000–5.000 peluru per menit.

Kepala Divisi Sewaco (Sensor Weapon and Command) PT PAL Enjud Darojat menjelaskan, dengan seabrek senjata itu, kapal ini diharap mampu mandiri tanpa perlindungan pesawat.

Progres Fregat Merah Putih (photo: Kompas)

“Fregat ini bukan hanya untuk pertahanan diri, tapi menjaga gugus tugas atau konvoi. Dia harus punya sistem anti-udara dan anti-kapal selam lengkap karena kapal perang sangat lemah terhadap serangan udara," kata Darojat.

Selain itu, kapal ini juga dilengkapi dengan meriam utama 76 mm buatan Leonardo, lalu senapan mesin kaliber 12,7 mm di sisi kapal, dan 8 peluncur decoy untuk mengelabui rudal musuh. Semua sistem ini terintegrasi oleh Combat Management System (CMS) yang terhubung dengan radar 3D, tracking radar, sonar bawah laut, dan sistem komunikasi taktis TDL.

Tugas Operasional: Perlindungan Gugus Tugas
Fregat Merah Putih dirancang untuk menjalankan peran area defense, yakni melindungi kapal-kapal lain dalam gugus tugas, termasuk dari serangan udara maupun bawah laut. Dengan konfigurasi senjata dan sensor mutakhir, kapal ini bisa menjalankan berbagai operasi militer laut: dari patroli strategis, bantuan tembakan ke darat, memburu kapal selam, hingga pertahanan udara berbasis laut.

“Ini kapal paling lengkap. Semua matra ada—tembakan ke darat, ke udara, dan bawah laut. Memang ini kapal perang paling canggih di Indonesia saat ini,” tambah Kepala Divisi Sewaco Enjod.

Progres Fregat Merah Putih (photo: Kompas)

Sudah 66% Rampung, Dibantu Para Pelajar SMK
Hingga pertengahan 2025, pembangunan kapal sudah mencapai 66 %.  Kapal ini masih menanti pemasangan sistem tempur dan sensor (Sewaco), yang akan dipasang usai peluncuran pertama.

Menurut Diana Rosa, kapal akan kembali ke PT PAL pada 2027 untuk pemasangan penuh seluruh senjata.

“Delivery pertama akan siap berlayar, tapi nanti kembali lagi untuk pasang senjata,” jelasnya.
Diana menambahkan, produksi kapal dilakukan dalam tiga shift penuh setiap hari, dengan melibatkan tenaga kerja nasional terlatih.

“Welder-nya luar biasa karena pelat-pelatnya tipis. Kami mencetak anak-anak muda dari SMK PAL dan juga menggandeng SMK lain,” katanya.

Spesifikasi teknis Fregat Merah Putih (photo: Kumparan)

Fregat Merah Putih dikembangkan dengan standar Lloyd’s Register dan dibangun secara hati-hati mengikuti semua tahapan klasifikasi kapal perang. Sementara untuk teknologi tempur, PT PAL menggandeng Turki dalam hal transfer teknologi.

“Kita sudah belajar CMS-nya. Combat Management System-nya. Tadi yang ditanyain, kita ke Turki. Kenapa kita ke Turki? Kenapa bangsa Indonesia ke Turki? Karena Turki tidak pelit. Turki tidak hanya tidak hanya berjualan, tapi Turki berbagi ilmu kepada PT PAL, kepada Indonesia,” kata Diana.

Dalam prosesnya, proyek ini didukung oleh lebih dari 10 BUMN dan perusahaan swasta nasional,Kapal ini menjadi simbol kemandirian industri pertahanan nasional.
“Ini momen untuk PT PAL naik ke level berikutnya,” pungkas Diana.