11 Mei 2013
Kapal selam Type 209 yang dipesan Indonesia (photo : Defense Studies)
JAKARTA - Meski sepakat soal transfer teknologi pembuatan kapal selam kerja sama Indonesia-Korea masih menghadapi kendala. Soalnya pihak Korea meminta Indonesia tidak terlibat terlalu jauh melainkan cukup melihat proses pembuatannya saja. "Memang gampang diucapkan tapi detailnya harus dijelaskan" kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di kantornya kemarin.
Ini bermula ketika Indonesia memesan tiga unit kapal selam berbobot 1.500-1.600 ton ke galangan kapal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering. Kedua negara sepakat satu kapal selam pertama dibangun di Korea Selatan. Pembuatan kapal selam kedua tetap dilakukan di Korea Selatan, namun dikerjakan bersama dengan perwakilan Indonesia, PT PAL. Adapun kapal selam ketiga bakal digarap di galangan PT PAL di Surabaya, Indonesia.
Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis mengatakan, dalam perjanjian alih teknologi itu, Indonesia meminta perwakilan PT PAL ikut serta dalam perakitan kapal selam. Tapi pihak Korea Selatan tidak setuju. “Mereka meminta Indonesia Learning By Seeing atau cukup melihat proses pembuatan saja,” kata Rachmad. Korea beralasan, galangan kapal Daewoo dikejar target pemesanan kapal selam dari sejumlah negara. Mereka khawatir keterlibatan Indonesia dalam perakitan akan mengulur waktu mereka.
Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat meminta Kementerian Pertahanan meninjau kembali nota kesepahaman kerja sama pembelian tiga kapal selam itu. “Jangan sampai teledor dan berujung negara merugi karena tidak maksimal mendapatkan transfer teknologi,” kata anggota Komisi Pertahanan, Yahya Sacawiria, kemarin.
(Koran Tempo)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kalau Korea bertingkah atau jual mahal, batalkan saja, kita beli kapal selam KILO CLASS dari RUSIA yg lebih galak efek deterent nya ibarat anjing, anjing HERDER/PITBULL, kalu changbogo anjing kampung yg ga ada efek gentar nya...paling di ketawain sama malingsial n ausie.
BalasHapuswong mau beli alutsista aja kok mikiran pihak lain...gimana nih om...
Hapustinggal dibeli aja tuh..kan negri kaya dan haibat...
Menipu hanya bisa sekali, bernegosiasi bisa untuk seterusnya. Belajar dari kesalahan2 yang ada agar kelak tidak mengalami hal yang sama. Untuk mensiasati masalah ini, gunakan teknisi2 yang paling pintar dan cerdas yang daya tangkapnya tinggi, juga selalu gunakan handycam untuk merekam aktifitas pembuatan kapal sehingga Tot tetap bisa berjalan baik. Mudah2an kelak Indonesia bisa membuat kapal selam sendiri yang lebih baik dan hebat dari yang mereka buat.
BalasHapuskok bisa sih setelah berjalan proses pembuatan nya malah semena mena ngerubah kontrak nya parah...
BalasHapusPencurian laptop staf diplomatik, pembatalan kerjasama pesawat, sekarang penolakan alih teknologi kapal selam. seebenarnya mereka pintar. yg bodoh itu siapa yaa?
BalasHapusmakanya, mulai sekarang jangan pakai produk kroya wkwkwkwkwk
BalasHapusdulu Alasan pake korea krn Rusky sangat pelit dgn TOT, sebenarnya mereka tdk pelit tetapi butuh komitmen yg jelas dan kitanya yg justru PLIN-PLAN serta ogah-ogahan, Lihat Iran dan India ..... India sdh mendpt lisensi utk pengadaan BRAHMOS .....
BalasHapus