27 Juni 2024

Kasau Kunjungi Thales LAS Limours, Terima Paparan Mengenai Radar GCI

27 Juni 2024

Kunjungan Kasau ke fasilitas Thales LAS di Limours, Prancis (photos: TNI AU)

Dalam upaya memperkuat sistem pertahanan udara nasional, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI M. Tonny Harjono, S.E., M.M. melakukan kunjungan kerja ke fasilitas Thales LAS di Limours, Prancis, Selasa (25/6/2024). Kunjungan ini bertujuan meninjau secara langsung pabrikan, sekaligus mendalami teknologi radar Ground Control Intercept (GCI) yang di produksi Thales.

Kasau menerima presentasi dari pihak Thales mengenai kemampuan dan teknologi terbaru dalam sistem radar GCI. Presentasi memaparkan tentang keunggulan radar GCI dalam mendeteksi, melacak, dan mengintersepsi setiap ancaman udara dengan akurasi dan kecepatan tinggi. Teknologi radar GCI dari Thales dikenal memiliki kemampuan superior dalam mendukung operasi pertahanan udara modern yang terintegrasi dan efektif.

Dalam kesempatan tersebut, Kasau mengapresiasi inovasi dan teknologi canggih yang dikembangkan oleh Thales.

Kasau sangat terkesan dengan teknologi radar GCI Thales. Sistem ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara kita secara signifikan, terutama dalam menghadapi berbagai ancaman modern.

Selain menerima paparan teknis, kunjungan ini juga memberikan kesempatan bagi Kasau dan delegasi TNI AU untuk berdialog dengan para ahli Thales. Dialog mencakup berbagai aspek operasional dan pemeliharaan radar GCI.

Kunjungan ke Thales LAS Limours ini merupakan bagian dari upaya TNI AU untuk memperkuat alutsista dan meningkatkan kesiapan operasional melalui adopsi teknologi mutakhir. Radar GCI yang dipresentasikan merupakan radar yang akan dioperasionalkan TNI AU, guna memperkuat sistem pertahanan udara nasional.

Kerjasama dengan Thales merupakan langkah strategis dalam modernisasi sistem pertahanan udara Indonesia. Kasau berharap dapat terus menjalin hubungan yang lebih baik dan saling menguntungkan dalam upaya memperkuat pertahanan udara nasional dalam menjaga kedaulatan negara.

(TNI AU)

26 Juni 2024

Kasau Kunjungi Pabrik Dassault Aviation di Prancis

26 Juni 2024

Kunjungan Kasau ke pabrik Dassault Aviation di Prancis (photos: TNI AU)

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Tonny Harjono, S.E., M.M. memimpin delegasi TNI AU pada kunjungan resmi ke pabrik Dassault Aviation di Prancis. Kunjungan ini bertujuan memperdalam pemahaman tentang pengoperasian dan dukungan operasional pesawat tempur Rafale yang nantinya akan memperkuat TNI AU, Senin (24/6/2024)


Delegasi TNI AU terdiri dari Asisten Intelijen (Asintel) Kasau, Marsda TNI Benedictus Benny, Kapus Alpalhan Kemhan RI Marsma TNI Yusran Lubis, Athan Prancis Marsma TNI Anang Surdwiyono, Atase Udara Prancis Kolonel Pnb Nur Alimi, Koorsmin Kasau Letkol Pnb I Gusti Ngurah Sorga, Mayor Pnb Binggi Nobel, dan Kapten Tek Rangga Andi Perdana. Kunjungan ini menunjukkan komitmen TNI Angkatan Udara dalam memperkuat kemampuan pertahanan udara Indonesia, melalui penguasaan teknologi canggih dan integrasi sistem operasional yang modern.


Dalam kunjungan tersebut, Kasau beserta delegasi TNI AU menerima paparan tentang sistem pengoperasian pesawat tempur Rafale dan berbagai aspek dukungan operasionalnya. Paparan ini mencakup teknologi terkini yang diterapkan pada pesawat Rafale, strategi pemeliharaan dan perawatan pesawat, serta dukungan logistik yang dibutuhkan untuk menjaga kesiapan tempur pesawat dalam berbagai kondisi operasional.


Kasau juga berkesempatan meninjau simulator Rafale dan melihat proses manufaktur pesawat Rafale di fasilitas produksi Dassault Aviation. Dalam peninjauan ini, Kasau menyaksikan bagaimana teknologi tinggi dan standar kualitas yang ketat diterapkan dalam setiap tahap produksi pesawat tempur tersebut.

Melihat langsung proses pembuatan pesawat Rafale, memberikan keyakinan kepada Kasau dan delegasi TNI AU, bahwa pesawat ini akan menjadi aset strategis yang signifikan bagi TNI AU.

KAI Mulai Produksi 20 Pesawat Tempur KF-21, Mesin Pesawat Dibuat oleh Hanwha Aerospace

26 Juni 2024

Pesawat tempur KF-21 Boramae (photo: KAI)

KAI menandatangani kesepakatan produksi KF-21 senilai 1,96 triliun won dengan DAPA

SEOUL -- Korea Aerospace Industries, Ltd. (KAI) pada Selasa mengatakan telah menandatangani kesepakatan senilai 1,96 triliun won (US$1,41 miliar) dengan badan pengadaan pertahanan negara untuk memulai produksi KF-generasi berikutnya. 21 jet tempur.

Kontrak dengan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mencakup total 20 unit KF-21, termasuk dukungan logistik lanjutan, seperti manual teknis dan pelatihan.

KAI menekankan pentingnya perjanjian tersebut, karena “kesepakatan ini mewujudkan aspirasi nasional untuk pertahanan mandiri dengan melindungi wilayah udara kita dengan teknologi kita.”

Ia menambahkan bahwa kontrak tersebut menandai dimulainya tahap produksi skala penuh KF-21, sekaligus mencatat bahwa jet tersebut akan menjadi aset inti Angkatan Udara negara tersebut.

Perusahaan pertahanan Korea Selatan Hanwha Aerospace Co. juga mengumumkan secara terpisah bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan senilai 556,2 miliar won dengan DAPA untuk memasok mesin KF-21 mulai bulan ini hingga Desember 2027.

Hanwha Aerospace akan mengirimkan sekitar 40 mesin F414, yang akan dipasang di KF-21, bersama dengan modul cadangan. Perusahaan juga akan memberikan dukungan logistik lanjutan, termasuk manual perawatan mesin dan bantuan teknis di lokasi.

Korea Selatan meluncurkan program pengembangan pesawat tempur KF-21 dengan Indonesia pada tahun 2015, dengan tujuan memperoleh pesawat tempur supersonik buatan dalam negeri untuk menggantikan armada jet F-4 dan F-5 yang sudah tua.

DAPA telah melakukan berbagai uji kinerja pada enam armada prototipe KF-21 sejak yang pertama melakukan penerbangan perdananya pada Juli 2022. (Yonhap)

Mesin F414 untuk pesawat tempur KF-21 (photo: Hanwha Aerospace)

Hanwha Aerospace menandatangani kontrak untuk memasok mesin untuk pesawat tempur KF-21

Hanwha Aerospace, perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan terkemuka Korea Selatan, hari ini mengumumkan bahwa mereka menandatangani kontrak dengan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) untuk memasok mesin produksi massal pertama untuk KF-21.

Kontrak tersebut bernilai sekitar USD 401 juta (556 miliar KRW). Periode kontrak berlangsung dari Juni 2024 hingga Desember 2027, di mana Hanwha Aerospace akan mengirimkan lebih dari 40 mesin F414 dan modul cadangan untuk KF-21, serta menyediakan manual perawatan mesin dan dukungan teknis di lokasi.

Mesin yang dipasok akan dipasang pada batch pertama KF-21, karena Hanwha Aerospace berkewajiban untuk memasok mesin hingga akhir produksi KF-21 sebagai satu-satunya produsen mesin pesawat di negara tersebut.

Berdasarkan keahliannya dalam memproduksi lebih dari 10.000 mesin selama 45 tahun terakhir, Hanwha Aerospace berkomitmen untuk memastikan pengiriman mesin KF-21 tepat waktu. Perusahaan juga fokus pada pengembangan kemampuan teknis dan membangun ekosistem industri untuk memungkinkan pemasangan mesin penerbangan canggih yang dikembangkan dengan teknologi milik Korea.

Sejak 1979, Hanwha Aerospace telah memasok mesin untuk pesawat militer Korea, termasuk F-4, KF-5, KF-16, F-15K, dan T-50, melalui produksi lisensi di luar negeri. Mesin F414 untuk KF-21 akan diproduksi di Pabrik 1 Changwon milik perusahaan, menggunakan lisensi dari GE Aerospace.

Kontrak ini menjadi batu loncatan bagi rencana Hanwha Aerospace untuk mengembangkan teknologi mesin generasi berikutnya. Perusahaan ini secara aktif melakukan penelitian dan pengembangan teknologi mesin generasi ke-6, memposisikan dirinya sebagai yang terdepan dalam inovasi kedirgantaraan global.

Juru bicara Hanwha Aerospace menyatakan, "Sebagai satu-satunya perusahaan mesin pesawat khusus di Korea, kami berkomitmen untuk memasok mesin berkualitas tinggi tanpa penundaan. Kami akan mendedikasikan seluruh sumber daya kami untuk mengembangkan teknologi mesin penerbangan independen untuk pertahanan nasional dan mengamankan peluang pertumbuhan masa depan bagi Korea. (Business Korea)

KSAL Proyeksikan Tambahan Kapal Hidro-oseanografi atau Sensor

26 Juni 2024

TNI AL telah menyiapkan tambahan kapal bantu hidro-oseanografi (BHO) kategori ocean-going yang juga berfungsi sebagai sistem evakuasi kapal selam (SRVS) untuk Pushidrosal, bodi kapal dibangun oleh PT Palindo Marine, Batam, sensor dipasok Jerman dan evakuasi kapal selam dipasok oleh Inggris (photo: Sobat Militer)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali memproyeksikan ada tambahan kapal bantu hidro-oseanografi setiap tahun dengan mempertimbangkan kemampuan anggaran atau jika tidak memungkinkan TNI AL berencana menambah sensor untuk dipasang pada kapal-kapal lama.

Terlepas dari itu, TNI AL saat ini menunggu dua tambahan kapal bantu hidro-oseanografi buatan Inggris dan Jerman yang bekerja sama dengan galangan kapal dalam negeri.

“Mungkin nanti tiap tahun akan kami tingkatkan tergantung dengan anggaran, apabila berhasil maka akan kami tambah atau kami akan mengadakan sensor-sensor portable dibawa oleh kapal-kapal lama, tetapi sensornya sudah lebih maju dan modern. Harapannya begitu,” kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan ANTARA saat jumpa pers di Jakarta, Selasa.

TNI AL pada tahun ini menyusun dua dokumen strategis, yaitu rencana strategis (Renstra) TNI AL 2025–2029 dan postur pembangunan kekuatan TNI AL 2025–2044. Pengadaan kapal-kapal bantu hidro-oseanografi dan sensor itu masuk dalam bagian rencana pembangunan kekuatan TNI AL jangka menengah dan jangka panjang yang disusun dalam Renstra TNI AL 2025–2029 dan postur pembangunan kekuatan TNI AL 2025–2044.

Terkait itu, kata Ali, dalam waktu beberapa tahun ke depan, Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut  (Pushidrosal) juga dijadwalkan menerima dua kapal bantu hidro-oseanografi, yang salah satunya direncanakan dibangun di Batam, Kepulauan Riau.

KRI Dewa Kembar 932 eks HMS Hydra saat ini masih digunakan oleh TNI AL sebagai kapal hidro-oceanografi kategori ocean-going (photo: TNI AL) 

“Dalam waktu dekat ada pembangunan kapal hidrografi nanti sebagian besar dibangun di dalam negeri platformnya, tetapi peralatannya mungkin kita datangkan dari luar negeri, peralatan sensor yang cukup modern dan sophisticated itu memang kita masih impor dari luar, tetapi untuk badan kapalnya, bangunan kapalnya itu bisa kita bangun sendiri, tetapi tentu saja bekerja sama dengan galangan luar negeri. Jadi, galangan dalam negeri bekerja sama dengan luar negeri,” kata Ali.

Dalam kesempatan terpisah di lokasi yang sama, Komandan Pushidrosal Laksamana Madya TNI Budi Purwanto menyebut kapal-kapal baru untuk Pushidrosal ditargetkan rampung pada akhir 2025 atau awal 2026.

“Akhir 2025, atau awal 2026, nggak jauh. Ini karena sudah progressnya cukup berkembang pesat di Batam,” kata Budi.

Dia mengungkap kapal baru Pushidrosal yang dibangun platformnya di Batam itu menjadi salah satu kapal Pushidrosal yang dilengkapi teknologi canggih.

“Ini konsep pembangunannya nanti, platform-nya atau bangunan kapalnya dibangun di (galangan) Palindo, Batam. Itu panjangnya 105 meter. Nanti, pengisian peralatannya di Jerman. Itu jadi kapal canggih kita,” kata dia.

Jika nanti kapal itu telah diterima dan operasional, menurut dia, Pushidrosal berencana menggunakan kapal itu untuk ekspedisi eksplorasi bawah laut Jala Citra IV, yang vakum digelar pada tahun ini.

Pushidrosal pada dua tahun berturut-turut menggelar ekspedisi eksplorasi laut dalam, yaitu Jala Citra III pada 2023 di perairan Flores dan Jala Citra II pada 2022 di perairan Banda.

Kementerian Pertahanan Thailand Ajukan Anggaran 200 Miliar Baht untuk Tahun 2025

26 Juni 2024

Hasil kesepakatan dengan China, kapal selam Thailand akan berlanjut dengan menggunakan engine buatan China (photo: Sinodefence) 

Kementerian Pertahanan menargetkan anggaran sebesar 200,92 miliar baht pada tahun fiskal 2025 dan akan mencari tambahan anggaran sebesar 4,89 miliar baht.

Tiga cabang militer juga mencari dana untuk “secret operations/operasi rahasia”, yaitu 290,05 juta baht untuk Royal Thai Army, 30 juta baht untuk Royal Thai Air Force, dan 62,6 juta baht untuk Royal Thai Navy.

Sementara itu, Sekretariat Tetap Angkatan Bersenjata dan Pertahanan Kerajaan Thailand masing-masing meminta dana sebesar 54 juta baht dan 32,3 juta baht untuk confidential operations/operasi rahasia.

Sementara itu, dari 200,92 miliar baht yang diminta, 96,60 miliar baht akan dialokasikan untuk Angkatan Darat. Alokasi ini akan mencakup 2,7 miliar baht untuk pengadaan senjata dan 2,9 miliar baht untuk perbaikan.

Angkatan Laut, sementara itu, akan menerima 41,59 miliar baht, yang akan mencakup 88 juta baht untuk tahap berikutnya dalam proyek pengadaan kapal selam. Angkatan Laut sedang mencari tambahan 98 juta baht untuk operasi angkatan lautnya dan 760 juta baht untuk membeli armada pesawat. Dibutuhkan juga 150 juta baht untuk sistem radar dan 600 juta baht untuk helikopter berukuran sedang sebagai pengangkut personel.

Angkatan Laut sedang mencari tambahan 69 juta baht untuk memasang sistem kontrol mekanis di kapal induk, HTMS Chakri Naruebet.

Angkatan Udara meminta dana sebesar 36,94 miliar baht, dimana 3,9 miliar baht akan digunakan untuk membeli armada jet tempur baru.

Mereka juga mencari dana sebesar 1,2 miliar baht untuk pembelian pesawat pelatihan pilot dan 846 juta baht untuk meningkatkan armada pesawat C-130H.

(The Nation)

25 Juni 2024

Australian Government Orders an Additional Two Guardian-cass Patrol Boats for Pacific Maritime Security Program

25 Juni 2024

Two additional boats therefore are likely for Tuvalu and Kiribati which were damaged (photo: AHC-V)

Austal Limited (ASX:ASB) is pleased to announce that the Australian Government has ordered two additional Guardian-class Patrol Boats from Austal Australia, valued at approximately A$39 million.

The 39.5-metre, steel-hull patrol boats, to be constructed at Henderson in Western Australia and scheduled for delivery in 2026, are in addition to the 22 Guardian-class Patrol Boats previously ordered by the Australian Government under the Pacific Patrol Boat Replacement Project (SEA3036-1) since 2016.

Nineteen of the 22 vessels have been delivered to 12 Pacific Island nations under the Australian Government’s Pacific Maritime Security Program since 2018.

Austal Chief Executive Officer Paddy Gregg said the additional Guardian-class Patrol Boats will extend the production of the proven vessel platform, designed and constructed by Austal in Henderson and serviced by Austal in Cairns, Queensland.

“Of the 30 vessels Austal Australia has delivered since 2018, 19 have been Guardian-class Patrol Boats for the Australian Department of Defence. These vessels were designed and constructed by our team here in Western Australia, with the support of our highly capable supply chain partners,” Mr Gregg said.

“We also provide in-service support to the 12 Pacific Island nations operating the Guardians, through our growing service centre in Cairns, Queensland.

“We thank the Australian Government for their continued support and look forward to delivering these two additional Guardians to our Pacific Island neighbours over the coming years.”

Faster than the previous Pacific-class patrol boats, with improved seakeeping, better amenities, and an enhanced mission capability – including an integrated RHIB stern launch and recovery system – the Guardian-class Patrol Boat provide Pacific Island nations with an effective naval asset with the capability to carry out border patrols, regional policing, search and rescue, and many other operations domestically and internationally.

The Pacific Patrol Boat Replacement Project (SEA3036-1) was awarded to Austal Australia in May 2016, with additional contract options awarded in April 2018 and October 2022. With the addition of a further two vessels, the project now comprises 24 Guardian-class Patrol Boats and a total contract value of approximately A$400 million.

Austal Australia’s service centre in Cairns, which features a 1,200 tonne (80 metre LOA) slipway and a 1,120-tonne mobile boat hoist, continues to provide in-service support to the growing Guardian-class Patrol Boat fleet; with more than 100 people employed in a variety of engineering and sustainment roles in the Far North Queensland city.

The 39.5 metre Guardian-class steel monohull patrol boat is based on a proven design platform that has included the 38 metre Bay-class, 56 metre Armidale-class and 58 metre Evolved Capeclass patrol boats that are in service with the Australian Border Force and Royal Australian Navy.

(Austal)

Kapal LCS Kedua Capai Status Kemajuan 64.66 Peratus - Khaled

25 Juni 2024

Progres saat ini untuk kapal LCS pertama (photo: Lunas shipyard)

KUALA LUMPUR - Status pembinaan kapal tempur pesisir (LCS) kedua ketika ini mencapai kemajuan 64.66 peratus, kata Menteri Pertahanan, Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin.

Beliau berkata, jumlah bayaran yang dibuat bagi pembinaan kapal LCS kedua itu adalah berdasarkan kontrak yang telah ditandatangani, dan bukannya mengikut kemajuan setiap kapal secara individu.

"Bayaran dilaksanakan mengikut kemajuan keseluruhan projek LCS sebagaimana pandangan pihak Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia (SPRM) dan Jawatankuasa Siasatan Tadbir Urus, Perolehan dan Kewangan Kerajaan (JKSTUPKK).

"Selaras dengan perkara itu kerajaan telah membayar RM7.15 bilion iaitu bersamaan 63.69 peratus, berbanding perancangan asal pembayaran iaitu 68.43 peratus berdasarkan kontrak mengikut kemajuan semasa perolehan LCS kelima-lima kapal secara keseluruhannya,” katanya.

Beliau berkata demikian bagi menjawab soalan Datuk Seri Ikmal Hisham Abdul Aziz (PN-Tanah Merah) yang bertanyakan peratus terkini pembinaan kapal LCS kedua serta jumlah bayaran yang telah diselesaikan Kementerian Pertahanan kepada Lumut Naval Shipyard (LUNAS).

Mohamed Khaled berkata, status terkini bagi kapal LCS ketiga pula berada pada tahap 56.48 peratus, manakala LCS keempat 51.10 peratus, dan kapal LCS kelima 42.33 peratus.

Beliau berkata, kementerian menaruh keyakinan bahawa projek pembinaan lima kapal LCS itu dapat diserahkan kepada Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) mengikut tempoh masa yang telah dirancangkan secara berperingkat mulai Ogos 2026.

HMAS Anzac FFH 150 (photo: Aus DoD)

Fregat Australia HMAS Ancac 
Menjawab soalan tambahan Ikmal Hisham yang ingin tahu sama ada kerajaan berminat untuk mendapatkan kapal HMAS Anzac dari Australia yang baru dilucutkan tauliah pada Mei lepas bagi penggunaan sementara TLDM, beliau berkata, kapal itu tidak bersesuaian untuk kegunaan sementara.

"Setelah diteliti TLDM merumuskan kapal yang dimaksudkan itu... ia tidak bersesuaian. Ia adalah berdasarkan perkara seperti isu commonality peralatan selain kos perolehan yang tidak menguntungkan kepada kerajaan, lebih-lebih lagi jika kita lakukan perolehan terhadap kapal HMAS Anzac.

"Proses perolehan itu dijangka mengambil masa yang lama, sehingga 2027 dan pada tahun itu kita sudah dibekalkan dengan dua kapal LCS. Kapal itu akan diserah kepada TLDM dan mula beroperasi dalam tahun 2027,” katanya.

Selain itu, Mohamed Khaled berkata, kerajaan baru-baru ini juga telah membuat perolehan bagi mendapatkan tiga kapal misi pesisir (LMS) dari Turkiye yang dijangka siap menjelang akhir 2027.

"Jadi lima kapal akan mula berkhidmat dengan TLDM dan oleh kerana hampir keseluruhan kapal HMAS Anzac ini menggunakan peralatan yang berbeza, maka kita membuat keputusan ia tidak sesuai dan bukan untuk kepentingan kerajaan serta rakyat Malaysia,” katanya. 

Helikopter AH-6i Pertama untuk Thailand Memasuki Uji Terbang Sebelum Pengiriman

25 Juni 2024

Helikopter serang ringan AH-6i seperti yang digunakan oleh Saudi Arabia (photo: Wiki)

Boeing telah memulai uji terbang pertama dari delapan helikopter serang ringan dan pengintaian AH-6i yang baru-baru ini dikontrak untuk Thailand.

Berbicara kepada Janes pada tanggal 20 Juni, Terry Jamison, direktur penjualan internasional Vertical Lift, mengatakan bahwa kedelapan pesawat tersebut telah dibangun atau sedang dalam berbagai tahap produksi di fasilitas Mesa perusahaan di Arizona, dengan uji terbang dari badan pesawat yang telah selesai sekarang sedang berlangsung.

“Saat ini pesanan Thailand sedang memasuki jalur produksi. Kami sudah menerbangkan beberapa yang saat ini sedang dalam proses uji terbang,” kata Jamison.

Tentara Kerajaan Thailand (RTA) mengakuisisi AH-6i untuk menggantikan tujuh helikopter serang Bell AH-1F Cobra yang sudah tua. Pengiriman akan dimulai pada akhir tahun 2024.

“Ini adalah pesawat yang sangat mumpuni untuk Thailand – ini benar-benar merupakan pesawat pengintai serang ringan militer yang dibuat khusus, tidak seperti beberapa pesaing kami, yang telah menggunakan varian komersial dan memperkuatnya, memperkuatnya, dan memodifikasinya untuk memenuhi kebutuhan tertentu sesuai persyaratan militer.”

Jamison berkata, seraya menambahkan, “AH-6 dibuat khusus, dan merupakan satu-satunya yang memiliki kemampuan Hellfire terintegrasi. Jadi bukan hanya [pesawat] pengintaian serangan ringan, tapi juga merupakan pesawat berkemampuan anti-armor. Dan kami telah mengambil banyak teknologi dari Apache, khususnya dalam perangkat lunak dan cockpit interface/antarmuka kokpit serta [drive]train dan memigrasikannya ke AH-6.”

24 Juni 2024

Fighter Lanud Iswahjudi Latihan Terbang Malam

24 Juni 2024

Latihan terbang malam fighter Lanud Iswahjudi (photos: Lanud Iswahjudi)

Tingkatkan profesionalisme dan profisiensi para penerbang tempur, Lanud Iswahjudi laksanakan Latihan terbang malam. Kamis (20/7/24).

Selama sepekan ke depan para Fighter dari Skadron Udara 3, Skadron Udara 14 dan Skadron Udara 15 akan melaksanakan latihan terbang malam di aerodrome Lanud Iswahjudi.


Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Firman Dwi Cahyono, M.A menekankan kepada para penerbang dan pendukung penerbangan, untuk mempersiapkan latihan ini dengan seoptimal mungkin.
“Laksanakan latihan sesuai dengan prosedur dan selalu utamakan safety” tegas Danlanud Iswahjud pada saat briefing penerbangan.


Lebih lanjut dijelaskan latihan terbang malam ini dilaksanakan secara periodik adalah untuk terus melatih, mengasah, serta meningkatkan kemampuan serta kesiapsiagaan para penerbang tempur Lanud Iswahjudi termasuk kesiapan para ground crew pesawat sehingga secara berjenjang dapat meningkatkan pengalaman dan profesionalitasnya.

Debut Luar Negeri Borsuk, IFV Amfibi dari Polandia di Eurosatory 2024

24 Juni 2024

Borsuk IFV dengan RCWS 30mm (photo: Poland MoD)

Huta Stalowa Wola menghadirkan Borsuk IFV yang dilengkapi turret ZSSW-30 pada pameran Eurosatory 2024 di Paris. Ini merupakan keikutsertaan pertama kendaraan ini di luar Polandia. Kendaraan ini dipajang di Grup Persenjataan Polandia, bersama dengan produksi Grup lainnya.

Borsuk dengan bobot 28 ton ketika berenang (photo: Reddit)

Ini adalah salah satu dari empat prototipe Borsuk yang dibuat berdasarkan pesanan dari Angkatan Darat Polandia. Menurut perwakilan HSW, keempat kendaraan tersebut baru-baru ini menjalani uji lapangan di lingkungan sistem oleh tentara Angkatan Darat Polandia. 

Pengujian setelah melakukan perubahan pada struktur mobil (awal tahun 2024, media memberitakan adanya masalah pada gigi samping) berhasil. HSW sedang menunggu keputusan lebih lanjut dari Kementerian Pertahanan Nasional, termasuk kontrak eksekutif pertama untuk penyediaan peralatan.

Borzuk yang dilengkapi pemecah ombak (photo: PGZ)

Beberapa negara, yang menganggap penting kemampuan mengambang IFV, telah menyatakan minatnya pada Borsuk.

SSE at Eurosatory 2024: Showcasing Cutting-Edge Solutions

24 Juni 2024

SSE P-6 armoured equipped with Thales FZ275 Laser Guided Rocket at Eurosatory 2024 (photos: Keris)

SSE, a leading provider of innovative defense solutions, will be prominently featured at Eurosatory 2024. Visitors can find SSE’s booth at Hall 5B, Booth A282. Here, they’ll have the opportunity to explore cutting-edge technologies, engage with experts, and learn about SSE’s latest advancements in defense and security.

Eurosatory provides a unique platform for networking. Visitors can connect with SSE representatives, industry peers, and potential partners. Whether you’re a defense professional, researcher, or policymaker, the booth offers valuable interactions.


SSE actively seeks collaboration opportunities. If you’re interested in joint ventures, research partnerships, or technology transfer, don’t miss the chance to engage with SSE’s team.


Eurosatory, the global event for Defense and Security (D&S), is set to take place from June 17th to June 21st, 2024, at the Paris Nord Villepinte exhibition center in France1. This biennial exhibition serves as a key interface for professionals working in the D&S sector, including businesses, governments, military staff, institutions, and private bodies.

(SSE)

23 Juni 2024

BAE Systems Bofors Perkenalkan Tridon Mk2, Artileri Pertahanan Udara Berbasil Naval Gun dengan Jangkauan 12km

23 Juni 2024

BAE Systems Tridon Mk2 air-defence system menggunakan basis naval gun 40mm (photo: BAE Systems)

BAE Systems Bofors memperkenalkan sistem pertahanan udara Tridon Mk2 pada pameran pertahanan Eurosatory 2024 yang diadakan di Paris dari 17 hingga 21 Juni.

BAE Systems Tridon Mk2 air-defence system memiliki sensor akuisisi siang-malam segala cuaca dari Chess Dynamics Hawkeye EO berikut sistem pengendalian tembakannya (photo: BAE Systems)

Memberi pengarahan kepada jurnalis secara online  pada 11 Juni, direktur pemasaran dan penjualan BAE Systems Bofors Stefan Löfström mengatakan sistem ini didasarkan pada meriam angkatan laut Bofors 40 mm Mk 4, dengan modularitas yang memungkinkannya dipasang dan diintegrasikan ke dalam berbagai platform bergerak atau stasioner.

BAE Systems Tridon Mk2 air-defence system di Eurosatoty 2024 (photo: Savunma SanayiST)

Dia mengutip jangkauan efektif hingga 12 km untuk Tridon Mk2, dengan laju tembakan 300 rds/mnt dari peluru pintar 3P (Pre-fragmented, Programmable, Proximity-fuzed), yang memungkinkan sistem untuk menyerang target tanpa mengganti amunisi. Kisaran ini tergantung pada target, amunisi yang dipilih, rangkaian sensor, dan medan sekitarnya, menurut siaran pers BAE Systems tanggal 13 Juni. Löfström mengatakan senjata ini dapat digunakan untuk melawan berbagai sasaran, termasuk rudal, pesawat jet, dan kendaraan udara tak berawak (UAV).

BAE Systems Tridon Mk2 untuk mengatasi berbagai macam ancaman udara (image: BAE Systems)

Platform bergerak yang mungkin digunakan untuk memasang Tridon Mk2 mencakup truk 6×6 dan 8×8 serta kendaraan segala medan BvS10, meskipun kendaraan segala medan BvS10 memerlukan outriggers/cadik dan kemungkinan penguatan strukturnya untuk mengatasi getaran. Di Eurosatory 2024, ditampilkan dipasang di truk Scania G460 8x8 dengan spesifikasi militer. Sistem ini dapat dioperasikan dari kabin kendaraan yang dipasanginya, sehingga memungkinkannya untuk menembak dan berlari sambil menemani unit infanteri mekanis yang terpasang di dalamnya, menurut Löfström. Dalam mode stasioner, dapat dioperasikan dari jarak jauh.

Singapura Siap Produksi Terrex s5 Hybrid

23 Juni 2024

Versi terbaru Terrex s5 (8x8) dilengkapi dengan turret RCWS yang dipersenjatai dengan meriam umpan ganda MK44S 30mm dan MG koaksial 7,62mm (photo: ST Engineering)

ST Engineering yang berbasis di Singapura telah meluncurkan anggota terbaru dari keluarga kendaraan tempur lapis baja (AFV) Terrex (8x8) dalam bentuk model di Eurosatory dengan Terrex asli yang digunakan oleh angkatan bersenjata Singapura dalam berbagai konfigurasi selama bertahun-tahun.

Pengembangan produk Terrex s5 dimulai pada tahun 2022, meskipun penelitian tentang teknologi penggerak listrik hibrida/hybrid electric drive (HED) dimulai pada awal tahun 2020 dengan tujuan menawarkan opsi HED yang sepenuhnya digital untuk memungkinkan pertumbuhan di masa depan.

Huruf 's' dalam sebutan Terrex berarti smartness, superiority, sustainability, survivability and serviceability/kecerdasan, keunggulan, keberlanjutan, kemampuan bertahan hidup, dan kemudahan servis.

ST Engineering mengatakan: “Pengembangan Terrex s5 telah selesai dan dapat memasuki tahap produksi ketika pesanan telah dilakukan. Ia mampu menerima HED bila diperlukan.”

Berat kendaraan kotor (GVW) Terrex s5 dilaporkan sebesar 35 ton dimana 13 ton diantaranya adalah muatan termasuk senjata, amunisi, bahan bakar dan awak. Yang terakhir akan terdiri dari komandan/penembak dan 10 awak yang duduk lima di setiap sisi menghadap ke dalam.

Kendraaan ini didukung oleh mesin diesel turbocharged Caterpillar yang menghasilkan tenaga 711hp yang dipadukan dengan transmisi otomatis Allison dengan tujuh gigi maju dan dua gigi mundur yang menawarkan kecepatan jalan maksimum 120km/jam.

Untuk mobilitas lintas alam tingkat tinggi, dilengkapi dengan suspensi independen di delapan roda, dan power steering di empat roda depan.

Perlindungan terhadap balistik STANAG 4569 Level 4 dan Level 4a/b terhadap ledakan ranjau.

Fitur lainnya termasuk sistem multi-misi canggih (MMS) untuk komandan dan pengemudi, kamera untuk kesadaran situasional melalui 360 derajat, diagnostik on-board, dan sistem pemantauan kesehatan dan penggunaan (HUMS).

Model Terrex s5 yang ditampilkan di Paris dapat dilengkapi dengan menara kendali jarak jauh ST Engineering Adder yang dipersenjatai dengan meriam umpan ganda Northrop Grumman MK44S 30 mm dan MG koaksial 7,62 mm yang distabilkan dan dengan peluncur granat terintegrasi.

Sistem pengendalian kebakaran mencakup deteksi target otomatis (ATD) dan Pelacakan Target Otomatis (ATT) melalui MMS.

Salah satu opsi pada Terrex s5 adalah pemasangan sistem HED yang terdiri dari range extender dengan baterai lithium yang memiliki keluaran tenaga sebesar 1.200hp. Sistem ini akan memberikan jangkauan lari senyap hingga 50 km, menurut ST Engineering. Daya terpasang dinyatakan 50kW pada 28 V DC atau 450kW pada 700 V DC.

ST Engineering menawarkan berbagai varian Terrex s5 Generasi Baru termasuk kendaraan tempur infanteri (IFV), rudal anti-tank, Super Rapid Advanced Mortar System (SRAMS) 120mm, komando, dukungan tembakan, dan versi amfibi yang lebih ringan.

Dua Produsen Tank Jerman Perkenalkan Turret Tak Berawak

23 Juni 2024

KNDS Leopard 2 A-RC 3.0 main battle tank dengan turret tak berawak (photo: KNDS)

KNDS dan Rheinmetall menampilkan konsep turret tak berawak untuk tank tempur utama/main battle tank (MBT) pada pameran pertahanan Eurosatory 2024 yang diadakan di Paris pada 17 hingga 21 Juni. Pada tanggal 17 Juni KNDS meluncurkan konsep Leopard 2 A-RC 3.0 MBT, diikuti pada hari yang sama oleh Rheinmetall dengan Crew Unmanned Turret (CUT) untuk KF51 Panther MBT.

Rheinmetall KF-51 Panther dengan turret tak barawak (photo: EDR Magz)

Direktur Pelaksana KNDS Axel Scheibel mengatakan turret tak berawak Leopard 2 A-RC 3.0 tidak mengganggu sasis tank dan tiga orang awak ditempatkan di kompartemen awak kompak yang mengurangi area yang digunakan pada kendaraan sebesar 30%.

Rheinmetall KF-41 Lynx dengan turret 105mm atau 120mm (photo: Army Recognition)

Turret ini dipersenjatai dengan smoothbore L55 atau L44 120 mm, meriam utama 130 mm atau 140 mm dengan autoloader, dan sistem kendali penembakan 4D. Di Eurosatory 2024, ia dihadirkan dengan meriam L55 120 mm. Axel Scheibel mengatakan ada 20 peluru siap tembak, tiga peluru pertama dapat ditembakkan dalam 10 detik. 

Turret berawak mulai ditinggalkan kerena timbul risiko bagi awak akibat serangan dari atas (drone kamikaze) (image: Washington Post) 
 
Lebih banyak peluru disimpan di dalam tank, dengan jumlah totalnya tergantung pada kaliber senjatanya. Leopard 2 saat ini memiliki total 42 peluru. Leopard 2 A-RC 3.0 MBT dapat diisi ulang dari kotak amunisi yang Scheibel bandingkan dengan kotak botol yang kapasitasnya bergantung pada kaliber peluru.

Panglima TNI Agus Subiyanto di Eurosatotory 2024 berkunjung ke Rheinmetall dengan meninjau Rheinmetall ranpur Lynx yang mempunyai varian KF-31, KF-41, dan KF 51 (photo: Keris)

Turret ini memiliki stasiun senjata yang dikendalikan dari jarak jauh/ remote-controlled weapon station (RCWS) dengan persenjataan sekunder 30 mm yang dapat digunakan melawan target yang lebih ringan, termasuk kendaraan udara tak berawak (UAV). Ia juga memiliki peluncur rudal tunggal untuk rudal berpemandu line-of-sight/non-line-of-sight (LOS/NLOS) dengan jangkauan minimal 6 km yang dapat ditembakkan saat tank bergerak.

First Cuts Steel for Australian Hunter-class Frigate

23 Juni 2024

Hunter class frigate first cut steel (photo: Richard Marles)

First step in boosting Navy's undersea warfare and strike capability

On Friday, the Albanese Government has taken another significant step in delivering Navy’s enhanced lethality surface combatant fleet with construction commencing on the first Hunter Class Frigate.  

This major milestone was marked by the Deputy Prime Minister and the Premier of South Australia cutting the first piece of steel to be used on the first ship of the class.

Earlier this year, the Albanese Government announced the most significant investment in Navy’s surface fleet in decades. This included a commitment to build six Hunter class frigates in South Australia to significantly improve Navy’s undersea warfare and strike capability. 

The contract for the construction phase for the first three Hunter Class Frigates has now been signed by Defence and BAE Systems Australia, with the first Hunter Class Frigate expected to be operational in 2034. 

Hunter class frigate specification (infographic: Aus DoD)

Construction of the Hunter Class Frigates will take place at the Osborne Naval Shipyard as part of the Albanese Government’s commitment to continuous naval shipbuilding in South Australia.  

The construction phase of the Hunter Class Frigate Program will run for 20 years. 

At its peak this program will support around 3,000 direct jobs and will support a further 5,000 indirect jobs across the Australian supply chain.

These jobs are in addition to the thousands of highly skilled workers that will be required to build our AUKUS submarines and extend the life of the Collins class submarines, both of which will also take place at Osborne in South Australia.

The Hunter Class Frigates are a key component of the Albanese Government’s commitment to ensure the Royal Australian Navy has a surface fleet with high levels of lethality and deterrence in a time of increased global uncertainty. 

22 Juni 2024

LMS Batch-II Ship Specifications

22 Juni 2024

ADA class corvette as platform for LMS Batch II for Malaysian Navy (photo: TLDM)

STM Savunma Teknolojileri Mühendislik ve Ticaret A.Åž., Türkiye’s, the leading company in the Turkish defence sector, will build three corvettes for the Royal Malaysian Navy under the “Littoral Mission Ship Batch-2 (LMSB2)” project.

STM, as main contractor, will be responsible for all phases of the project, starting from design to the performance, and from construction to delivery. STM will undertake the ship design, project management (including construction management), material/system procurements, integration design and assembly, testing and Integrated Logistic Support (ILS) activities, as well as the preparation of the design and ILS documents related to the Project.

LMS Batch II Project (image: STM)

The three corvettes, the design of which has been tailored by STM to meet the requirements of the Royal Malaysian Navy, will be constructed in Türkiye within the scope of the Littoral Mission Ship Batch-2 (LMSB2) Project.

STM Littoral Mission Ship (LMSB2) is a highly flexible and proven platform that complies with modern naval norms, standards and classification society rules. The capabilities of similar combat platforms produced by STM in terms of safety, performance, reliability and ease of maintenance have been tested, and have proven themselves during operations in the open and coastal seas, and under heavy sea conditions.


LMSs can be tasked with a wide range of duties including ASUW, AAW, Asymmetric Warfare (ASYW) and EW, drawing upon the capabilities of the most advanced Sensors & Weapons Suite and Command & Control System.

VL SAM for ADA class corvette if refers to Pakistan Navy has located on the front deck (image: TurkDefence)

The construction and outfitting of the ships will be carried out in Türkiye with the intensive involvement of Turkish defence industry companies. STM, in its role as main contractor, will turn to the Turkish defence sector for such equipment as the Combat Management System; the Gun Fire Control System, to be supplied by HAVELSAN; and the 3D Search Radar, Fire Control Radar, IFF, 30mm Gun, ESM and Chaff Decoy System, as well as other electronic sensors, to be supplied by ASELSAN.  ROKETSAN will be supplying its ATMACA Surface-to-Surface G/M System.

(STM)

PH Navy to Operationalize Anti-submarine Capabilities This Year

22 Juni 20241

Two frigates of PN will operationalizing its ASW capabilities this year (all photos: PN)

MANILA – The Philippine Navy (PN) is bent on operationalizing its anti-submarine warfare (ASW) capabilities as it is now integrating its most modern naval and air assets to ensure development by this year.

"The focus of the commander, Philippine Fleet (Rear Admiral Renato David) this year, is to fully develop the Navy's ASW capabilities, so specifically on the integration of the JRCFs (Jose Rizal Class Frigates) and the AW-159s (Wildcat ASW helicopters)," PN spokesperson Commander John Percie Alcos said in an exclusive interview with the Philippine News Agency (PNA) on Friday.

Without divulging operational details, Alcos said they are now holding ASW exercises between these assets.

"Now it's well underway, but like any warfighting capability it takes a lot of time before we fully develop these capabilities, what is important is, the interoperability between the newly-acquired platforms is well underway and proceeding as scheduled," he added.


These frigates and helicopters are the PN's first platforms to have a dedicated ASW capability.

Currently, the PN has two JRCFs -- the BRP Jose Rizal (FF-150) and BRP Antonio Luna (FF-151), which were both delivered and commissioned in 2020 and 2021, respectively.

It also has two AW-159s in service and these aircraft were acquired in 2019 to beef up the submarine detection and neutralization capabilities of the JRCFs.

While the JRCFs and AW-159s are capable of doing ASW missions autonomously, Alcos said ensuring that these platforms are able to operate with each other will further enhance their capabilities aside from increasing their range. 

(PNA)

KF-21 Borama Dikembangkan dalam Versi Electronic Attack

22 Juni 2024

KF-21 versi Electronic Attack (image: Kim Min-seok)

KF-21 Boramae akan dikembangkan dalam tiga versi

Dilaporkan bahwa pesawat tempur Korea 'KF-21 Boramae' next-generation fighter, yang sedang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI), sedang mempersiapkan pengembangan dalam tiga versi. Ketika semua versi yang direncanakan selesai, pengembangan berbagai turunannya diharapkan akan membuka kemungkinan ekspor pesawat tempur Boramae dan memperkuat kekuatan Angkatan Udara melalui produksi massal tambahan. Namun, karena pembangunan masih dalam tahap awal, diperkirakan akan memakan waktu lama untuk mengalokasikan anggaran dan benar-benar melaksanakannya.

Versi pertama adalah KF-21 EA (Electronic Attack). Ini adalah pesawat tempur peperangan elektronik dengan peran yang mirip dengan Boeing EA-18G Growler milik Angkatan Laut AS. Misi inti KF-21 EA adalah Escort Jammer. Pesawat ini menemani skuadron penyerang sahabat yang melakukan serangan udara terhadap lawan atau negara-negara musuh dan kemudian mencegat radar permukaan-ke-udara, rudal, dan pesawat musuh dengan mengganggu gelombang radio sehingga pesawat sekutu dapat menjalankan misi mereka dengan aman. Ini mengganggu pendeteksian. Selain itu, dilengkapi dengan rudal anti-radiasi seperti AARGM-ER (AARGM Extended Range) dan digunakan untuk misi Suppression of Enemy Air Defenses (SEAD) untuk menekan rudal permukaan-ke-udara musuh.

KF-21 EA saat ini sedang melakukan penelitian dasar di Agency for Defense Development. ADD sedang meneliti modifikasi berikut untuk mengembangkan KF-21EA. Pertama, KF-21B dua kursi dimodifikasi untuk mengubah kursi belakang menjadi kursi operator peperangan elektronik, dan total tiga peralatan serangan elektronik (EA) dan dua peralatan pengumpulan intelijen elektronik (ESM) dipasang di KF-21. Diantaranya, tiga peralatan EA terdiri dari dua peralatan peperangan elektronik frekuensi tinggi dan satu peralatan peperangan elektronik frekuensi rendah, dan dapat melakukan serangan elektronik di hampir semua frekuensi yang dimiliki musuh.

Dua perangkat ESM dipasang di ujung sayap KF-21 EA. Mereka menganalisis gelombang radio di sekitarnya untuk mengumpulkan informasi tentang jenis dan jarak ancaman radar musuh dan kemudian melakukan serangan langsung atau elektronik untuk melindungi pesawat sahabat.

Terakhir, untuk memasang rudal ARM dan pod peperangan elektronik EA, konfigurasi dudukan senjata KF-21 saat ini akan dimodifikasi untuk mengubah susunan dan struktur sehingga pod peperangan elektronik, rudal ARM, dan rudal udara-ke-udara dapat dipasang,  pertahanan diri dapat dipasang secara bersamaan.

Versi kedua, 'KF-21 EX', adalah versi peningkatan kinerja dari KF-21, yang dulu disebut 'KF-21 Block 3'. Versi ketiga, 'KF-21 SA', merupakan versi ekspor. Ini adalah versi ekspor KF-21 yang memenuhi persyaratan negara mana pun yang sedang melakukan negosiasi ekspor.

See full article BizHankook