13 Januari 2011
Rancangan pesawat tempur KFX (photo : molykyh)
JAKARTA (Suara Karya): Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI I Wayan Midhio menyatakan, kerja sama pembangunan pesawat tempur Korean Fighter eXperimental (KF-X) antara Indonesia dengan Korea Selatan bisa memotivasi produsen dalam negeri untuk membangun pesawat tempur secara mandiri.
"Keinginan kita (pemerintah dan TNI-Red), bagaimana Indonesia mampu membuat pesawat itu," ujar Wayan Midhio kepada Suara Karya di Jakarta, Rabu (12/1).
Indonesia dan Korsel telah sepakat membangun KF-X generasi 4,5, yakni pesawat berteknologi setingkat di atas F-16 buatan Amerika Serikat. Indonesia akan mengeluarkan dana 20 persen sampai tahun 2020. "Itu bagian proyek yang akan diproduksi mulai tahun 2020. Kalau kita ambil bagian, kita bisa buat di Indonesia," ujar Wayan. Proses kerja sama untuk pengadaan pesawat tempur KFX sudah pada tahap pembahasan MoU dan kekayaan intelektual. Selain Indonesia, beberapa negara juga berminat menanamkan investasi pembangunan KF-X.
Wayan menyatakan, kerja sama pembangunan KF-X memakan waktu 10 tahun, mulai 2010 - 2020. Hingga saat ini, Kemhan belum membicarakan dana yang akan dikeluarkan. "Jadi belum ada deal apapun, cuma dalam bentuk MoU bagaimana kerja sama dilakukan. Keinginan kita, bagaimana Indonesia mampu membuat pesawat itu. Saya kira detilnya masih dalam proses kerja sama pengadaan," ujarnya.
Karena itu, menurut dia, rencana kerja sama pembangunan KF-X masih pada level teknis sehingga belum perlu dibahas di parlemen. "Proses kerja sama belum pada tahap alokasi anggaran," kata Wayan.
Konflik Korea
Sebelumnya, Komisi I DPR meminta Kemhan menimbang kembali rencana kerja sama pembuatan KF-X. Pasalnya, kerja sama itu bisa mempengaruhi hubungan politik bebas aktif Indonesia dengan Korea Utara.
"Secara politik, kerja sama pembuatan pesawat tempur Indonesia dengan Korea Selatan bisa mengganggu hubungan Indonesia dengan Korut. Jadi kerja sama itu sebaiknya ditimbang ulang untuk saat ini," ujar wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin.
Ia mengakui kerja sama pembuatan KF-X Indonesia dan Korea Selatan pada awalnya bersifat teknis sebagai bagian pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI. Namun, munculnya ketegangan antara Korsel dan Korut, mau tak mau memengaruhi Indonesia, khususnya menyangkut pembuatan pesawat tersebut.
"Dalam rencana kerja sama itu DPR sama sekali tidak diberitahu karena itu menyangkut teknis. Tapi, kondisinya sekarang berbeda karena menyangkut hubungan politik internasional. Indonesia harus berada di posisi netral tanpa embel-embel kerjasama pembangunan pesawat tempur Korsel-Indonesia," ujar dia.
Hasanuddin menambahkan, proyek pembangunan pesawat tempur KF-X generasi 4,5 mulai tahun 2012 dipimpin Korsel, meskipun melalui urunan dana kedua negara. Indonesia menanamkan saham 20 persen.
Anggota Komisi I DPR Nurhayati Ali Assegaf, menyatakan dukungan terhadap upaya pemerintah dan TNI membangun kekuatan pertahanan melalui pembenahan kekuatan tempur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar