14 Agustus 2010
Latihan terjun payung taktis Yonif Linud 328/DGH Kostrad di Cibenda, Sukabumi, Jawa Barat, (photo : Kompas)
Pasukan Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat atau Kostrad dituntut memiliki kemampuan berstandar internasional. Tuntutan itu harus tetap menjadi patokan di tengah keterbatasan alat utama sistem persenjataan. Kemampuan berstandar internasional itu, menurut Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal George Toisutta, tidak bisa ditawar lagi.
Secara umum, prioritas Angkatan Darat tahun ini adalah peningkatan profesionalisme,” kata George Toisutta di sela-sela latihan terjun Batalyon Lintas Udara (Linud) 328/DGH, Selasa (10/8). Menurut George, walaupun fasilitas yang dimiliki Linud kurang, kemampuan prajuritnya harus sesuai dengan standar operasi internasional. Hal ini termasuk kualitas kemampuannya dan pendekatan yang tidak melanggar hak asasi manusia.
Di sela-sela latihan terjun Yonif Linud 328/DGH di Cibenda, Sukabumi, Panglima Kostrad Letjen Burhanudin Amin menyatakan, Linud seharusnya didukung ketersediaan pesawat yang memadai. Namun, jumlah pesawat belum cukup. ”Sekarang baru ada dua pesawat, seharusnya minimal empat pesawat,” kata George Toissuta yang juga mantan Pangkostrad.
Kostrad merupakan pasukan tempur pemukul terbesar yang dimiliki TNI saat ini dengan sekitar 36.000 personel. Posisinya sangat strategis karena harus siap untuk tiba-tiba dikirim ke mana saja. Kostrad memang diciptakan untuk menjadi pasukan pemukul yang harus bekerja dalam waktu singkat.
Tetap Siaga
Tidak heran, pasukan pemukul reaksi cepat (PPRC) yang terdiri dari tiga angkatan, yaitu AD, AL, dan AU, yang berada langsung di bawah Panglima TNI, unsur utamanya diambil dari Brigade Infanteri Lintas Udara. Merekalah yang harus tiba secepatnya di wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai lokasi bermasalah. Dalam kondisi negara aman dan damai, PPRC tetap siaga penuh di markas setiap angkatan.
Berkaitan dengan pengembangan Kostrad, George mengatakan, pembentukan Divisi 3 Kostrad yang diperuntukkan bagi kawasan timur Indonesia masih dalam kajian. Menurut dia, masih dalam kajian juga apakah di Papua akan diadakan kodam baru atau dibentuk divisi 3 saja.
”Kalau kodam baru yang di Kalimantan Barat itu memang kajiannya telah selesai dan DPRD Kalbar yang memintanya,” kata George.
Latihan yang diadakan Selasa lalu di Cibenda ini meliputi terjun statik dan terjun bebas (freefall). Terjun statik merupakan kualifikasi terjun yang dibutuhkan pasukan Linud untuk sebuah serbuan militer. Ceritanya, para prajurit Linud diterjunkan ke wilayah sasaran untuk melaksanakan perebutan cepat sebuah target atau wilayah. Sementara terjun bebas adalah penerjunan di mana penerjun terjun bebas dari pesawat dan payung baru dibuka di ketinggian tertentu untuk mencapai sasaran dengan tepat.
”Ini cuma latihan penyegaran saja. Medannya perlu berubah-ubah supaya keterampilan meningkat,” kata Letjen Burhanudin. Payung yang digunakan adalah payung bulat MC 11 buatan AS dan MC 11C buatan Korea. Penerjunan dilakukan dari Hercules long body yang terbang dengan ketinggian sekitar 370 meter dan kecepatan pesawat 64 meter/detik dalam empat gelombang dengan jumlah penerjun masing-masing 92 orang. Gelombang pertama dipimpin Komandan Batalyon Linud 328 Letkol Inf Budiman.
Penghijauan
Selain berlatih terjun, Kostrad juga membagi-bagikan bahan kebutuhan pokok dan melakukan penghijauan. Hal ini dilakukan dengan dasar berpikir untuk mengurangi pemanasan global. Berdasarkan catatan, jumlah pohon mencapai 6.000 batang, yang terdiri dari pohon trembesi, mahoni, nangka, durian, jambu air, mangga, pete cina, akasia, dan waru gunung. Sekitar 700 warga dan anak sekolah bersama-sama prajurit AD menanam pohon yang didahului secara simbolis oleh KSAD dan Pangkostrad.
Setiawan, perwakilan warga dari Kecamatan Ciemas, mengatakan, pada masa awal-awal reformasi, pembalakan liar marak di kawasan Cibenda, Kecamatan Ciemas. Saat ini Sungai Ciletuh dan Cimarinjung juga mengalami kekurangan debit air walau tidak sampai kering.
Anwar Haeruman, Kepala Bidang Rehabilitasi Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi, menyambut upaya TNI tersebut. Namun, menurut dia, waktu penanaman akan lebih efektif kalau dilakukan pada musim hujan.
Dia berharap agar selain upaya penanaman, yang juga harus diperhatikan adalah pemeliharaan. Pasalnya, masyarakat tak bisa masuk ke lokasi penanaman pohon yang merupakan instalasi militer tersebut. ”Nanam-nya sih gampang, yang susah itu peliharanya,” ucap Anwar.
(Kompas)
Translation di atas
BalasHapusIdentifikasi masalah adalah setara dengan setengah dari masalah telah dipecahkan
Menurutku Indonesia tidak ada gunanya beli senjata. Buang2 Uang untuk tentara yang pengecut.