05 Agustus 2010

Lanud Morotai Diaktifkan Kembali

05 Agustus 2010

Morotai-Maluku Utara (image : GoogleMaps)

Kemenhan Berdayakan Ekonomi Masyarakat Perbatasan

MOROTAI--MI: Lampu Precision Approach Path Indicator (PAPI) di landasan pacu lapangan terbang Pitu, Morotai tampak menyorot ke arah Hercules C-130 yang melayang di atasnya pada Senin (2/8) sore lalu. Penerbangan yang menyertakan Sekretaris Jendral Menteri Pertahanan Eris Herryanto itu akan menguji coba kelayakan landasan sepanjang 2,4 km itu untuk pendaratan malam hari.

Landasan tersebut sudah ada di Kabupaten Morotai, area perbatasan Indonesia-Filipina, sejak 1942. Amerika Serikat membuat tujuh landasan pacu di area tersebut untuk mempersiapkan penyerangan atas Jepang, musuhnya dalam Perang Dunia II.

Pemanfaatan kembali lapangan terbang itu, sebagaimana dikatakan Eris, adalah salah satu upaya Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk mendukung sektor perekonomian. "Jadi istilahnya, defence supporting economy. Artinya, aset-aset apa dari Kemenhan yang kira-kira bisa digunakan untuk mendukung ekonomi masyarakat, kita berdayagunakan," tutur Eris di Bandara Babullah, Ternate, Senin (2/8) lalu.

Sasaran itu juga menjadi tujuan Eris dan Kemenhan bagi masyarakat di Morotai. Menurut penuturan Sukemi Sahab, pelaksana tugas Bupati Morotai, kehidupan masyarkatnya yang berjumlah 64 ribu orang sangat bergantung pada hasil laut dan industri pariwisata.

Laut Morotai mampu menghasilkan ikan tuna, kerapu dan juga rumput laut dalam jumlah besar. Bahkan PT Morotai Maritim Culture (MMC), satu-satunya perusahaan perikanan di Morotai, bisa melakukan ekspor hingga ke Hongkong.

"Setiap kali ekspor jumlahnya mencapai 12 ton. Tahun ini MMC sudah ekspor dua kali, bulan Januari dan Maret," ungkap Ismail, kepala dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kabupaten Morotai.

Lanud Morotai (photo : Afya)

Masyarakat Morotai, termasuk Sukemi pun berharap, pemanfaatan kembali Lapangan Terbang Pitu bisa menyokong ekspor hasil laut yang juga akan berimbas pada pemasukan daerah. "Karena saat ini kalau mau ekspor ikan perlu 8 hari untuk sampai ke Cina. Kalau bisa pakai (lapangan) ini, mungkin perusahaan bisa sewa pesawat cargo untuk ekspor," kata Sukemi.

Berdasar keterangan Komandan Pangkalan Udara Pitu (Danlanud), Mayor Sadewo, dari tujuh landasan pacu yang terdapat di Lapangan Terbang Pitu, hanya empat saja yang layak untuk digunakan. "Selama ini, pangkalan yang merawat landasan, dengan anggaran dari pusat," ucap Sadewo yang juga ikut dalam uji coba terbang malam ke Morotai.

Mengenai pesawat apa saja yang nantinya akan memanfaatkan Lapangan Terbang Pitu, Eris tak banyak berkomentar. "Belum dibicarakan pesawatnya apa saja. Tapi nanti kita akan mendiskusikannya lagi dengan Dinas Perhubungan," kata Eris.

Lapangan Udara Pitu dikategorikan dalam kategori D. Hal ini dipengaruhi oleh pangkat Danlanud dan juga berbagai fasilitas yang terdapat di landasan tersebut.

"Memang masih banyak yang harus ditambah di (bandara) sini. Seperti avication aid, radar cuaca, radio komunikasi, dan lain sebagainya," imbuh Sadewo.

Saat menghadiri jamuan makan malam di kediaman Sukemi Suhab, Eris sempat meluangkan waktu untuk melakukan dialog dengan masyarakat Morotai. Banyak di antara mereka yang berharap agar pihak Kemhan memberikan dukungan berupa fasilitas seperti perahu boat dan anggaran lainnya sebagai kelanjutan dari kunjungan tersebut.

"Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa. Tapi yang barusan bapak-ibu sampaikan, akan saya teruskan kepada pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dan sebagainya," tutur Eris, diplomatis.

Eris tak menampik, wilayah perbatasan menjadi salah satu fokus utama Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro dalam masa kepemimpinannya saat ini. Selain Morotai, dalam beberapa pekan ke depan Kemhan berencana untuk menyambangi wilayah perbatasan lainnya, salah satunya, pulau Natuna. (*/OL-8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar