Menurut siaran pers resmi, kerja sama industri pertahanan tersebut terkait dengan produksi peluru kendali darat ke darat (ground to ground), darat ke udara (ground to air), serta udara ke darat (air to ground) untuk melengkapi arsenal persenjataan Indonesia (photo : Kaskus Militer)
RI China Produksi Bersama Peluru Kendali
JAKARTA - Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan China sepakat memantapkan proses alih teknologi serangkaian produksi bersama peluru kendali C-705. Proses alih teknologi menjadi syarat utama dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) dari mancanegara, termasuk peluru kendali dari China.
"Selain itu, kita juga telah menjajaki kerja sama produksi bersama rudal tersebut sebagai produk nasional," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Hartind Asrin, di Jakarta, Senin (20/2).
Rangkaian proses alih teknologi itu, antara lain ditandai dengan kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro ke China Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal C-705 yang akan dibeli TNI AL disertai proses alih teknologi.
Sebelumnya, kedua pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama teknis pertahanan kedua negara. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin dan Kepala Badan Pengembangan Teknologi dan Industri Nasional Pertahanan China, Chen Qiufa.
Lima Poin
Nota kesepahaman itu mencakup lima poin. Pertama, pengadaan alutsista tertentu yang disepakati kedua pihak dalam kerangka G to G. Kedua, alih teknologi peralatan militer tertentu yang antara lain mencakup perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifi kasi, up grade, dan pelatihan. Tiga poin lainnya adalah kerja sama produk peralatan militer tertentu, pengembangan bersama peralatan militer tertentu, serta pemasaran bersama di dalam dan di luar negara masing-masing. Selama di China, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Perdana Menteri China Li Keqiang.
Menhan bersama pejabat lainnya berkunjung ke China pada 19-21 Februari dalam rangka memenuhi undangan Menteri Pertahanan China Jenderal Liang Guanglie. "Segera setelah mendarat di Beijing, pada hari pertama, Menhan melakukan kunjungan, menggelar diskusi, serta meninjau dua kompleks industri pertahanan China yang terkait dengan produksi peluru kendali yaitu China Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMIEC) dan Aerospace Long March International Trade & co., Ltd. (ALIT)," tulis siaran pers Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing.
Di akhir pertemuan tersebut dicapai kesepakatan untuk kerja sama industri pertahanan yang meliputi alih teknologi yang diharapkan menguntungkan kedua negara.
Delegasi Kemhan hari ini dijadwalkan melakukan pertemuan dan perundingan dengan Menhan China Jenderal Liang Guanglie, kemudian bertukar pikiran dengan salah satu lembaga riset/produksi industri pertahanan terkemuka lainnya di China yaitu State Administration for Science, technology and Industry for National Defence (SASTIND). Pertemuan lain yang merupakan bagian dari kunjungan itu adalah pertemuan dengan Wakil Kepala Komite Sentral Militer China Jenderal Guo Boxiong yang merupakan orang pertama di Angkatan Perang China (PLA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar