18 Februari 2022

RI Akuisisi Jet Tempur F15ID, Motif Ekonomi atau Pertahanan?

18 Februari 2022


Boeing F-15EX (images : Boeing)

Diskusi di ruang publik kembali ramai beberapa waktu terakhir dengan topik mengenai pembelian alat utama sistem pertahanan (alutsista) berupa pesawat tempur. Terdapat dua rencana pengadaan, yaitu pengadaan pesawat tempur dari Prancis dan Amerika Serikat (AS). Dari kedua negara tersebut, rencana pengadaan dari Negeri Paman Sam memiliki nilai kontrak yang lebih fantastis. Total nilai kontrak atas akuisisi pesawat tempur F15ID bernilai US$13,9 miliar atau sekitar atau sekitar Rp199 triliun.

Polemik di tengah masyarakat pun segera bermunculan pascapersetujuan dari Kementerian Luar Negeri AS atas rencana pengadaan pesawat tempur tersebut. Pihak yang kontra menganggap pengadaan tersebut tidak pas di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi. Sedangkan bagi pihak yang setuju menganggap rencana pengadaan tersebut merupakan langkah untuk memodernisasi kekuatan TNI AU agar setara dengan kemampuan negara-negara di kawasan regional.

Surplus neraca perdagangan sejak 2016

Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, rencana akuisisi tersebut merupakan hilir dari sebuah proses. Hulu dari proses tersebut berawal dari timpangnya neraca perdagangan antara Indonesia dengan AS. Data pada Kementerian Perdagangan, dalam kurun waktu antara 2016 sampai dengan 2021 tercatat Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar US$59,9 miliar atau rata-rata sebesar US$9,9 miliar per tahun. Surplus neraca perdagangan yang dinikmati Indonesia mengalami perkembangan dengan puncaknya pada tahun 2021 di mana Indonesia menikmati surplus terbesar, yaitu US$14,5 miliar.

Melebarnya selisih ekspor dan impor tersebut yang kemudian menjadi dasar bagi Pemerintah AS untuk berusaha mengurangi besaran defisit yang terjadi. Upaya tersebut dimulai dari pemerintahan Presiden Donald Trump dan kemudian dilanjutkan pada pemerintahan Presiden Joe Biden. Targetnya jelas, yaitu mitra dagang AS agar menambah pembelian produk-produk buatan Negeri Paman Sam.

Produk penyeimbang neraca perdagangan

Sebenarnya banyak ragam pilihan produk buatan AS yang bisa menjadi penyeimbang neraca perdagangan di antara kedua negara. Namun, karena jurang perbedaan yang begitu besar, maka pilihan produk yang bisa dipilih menjadi lebih sedikit. Produk makanan semisal gandum atau kedelai merupakan produk yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Sayangnya total kebutuhan gandum/kedelai per tahun masih jauh lebih kecil dibandingkan surplus perdagangan yang dinikmati Indonesia. Menambah impor gandum/kedelai mungkin akan mengurangi defisit yang dialami oleh AS, namun menjadi mubazir bagi Indonesia. Gandum/kedelai yang melebihi kebutuhan hanya akan terbuang sia-sia karena rusak/kedaluwarsa.

Produk permesinan maupun otomotif buatan AS layak dipertimbangkan sebagai penyeimbang. Namun, perlu diingat juga bahwa produk permesinan maupun otomotif memiliki substisusi produk dari negara lain seperti Jepang. Sifat sebagian masyarakat Indonesia yang fanatik dengan merek Jepang menjadikan kendaraan bermotor dari AS kurang populer di tanah air.

Pilihan lainnya adalah produk yang berkaitan dengan alat-alat pertahanan. Akuisisi alutsista buatan AS adalah pilihan paling realistis. Harga produk alutsista yang mahal merupakan cara mengurangi kesenjangan antara ekspor dan impor kedua negara dalam waktu yang singkat. Selain dari pertimbangan ekonomi berkaitan dengan perdagangan internasional, ada faktor teknis yang akhirnya memutuskan langkah Indonesia tersebut. Keinginan Indonesia untuk meremajakan kekuatan militer yang dimiliki serta kemampuan lebih yang dimiliki pesawat tempur tersebut. Tidak bisa dimungkiri Indonesia lebih akrab menggunakan produk persenjataan buatan negara-negara barat terutama AS dibandingkan produsen lain seperti Rusia atau China.

Fasilitas GSP bagi Indonesia

Sejak tahun 1974, pemerintah AS menerapkan kebijakan pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP). Fasilitas GSP merupakan pembebasan tarif bea masuk bagi produk negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dengan adanya pembebasan tarif tersebut, produk Indonesia yang diekspor ke AS dapat bersaing dengan produk serupa dari negara-negara lain. Dapat dikatakan bahwa surplus yang dinikmati oleh Indonesia selama ini sedikit banyak sebagai dampak dari pemberian fasilitas GSP oleh Pemerintah AS.

Keinginan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan merupakan kepentingan yang bersifat mutualisme antara Indonesia dan AS. Baik Indonesia maupun AS menikmati keuntungan apabila keduanya sepakat untuk mengurangi ketimpangan pada neraca perdagangan. Bagi AS, pengurangan defisit berarti berkurangnya pengangguran di Negeri Paman Sam. Lapangan pekerjaan baru akan tumbuh seiring pertumbuhan permintaan produk-produk AS oleh negara mitra dagangnya.

Sedangkan bagi Indonesia, kesediaan untuk membeli lebih banyak produk AS merupakan sinyal positif bagi kerja sama masa depan perdagangan kedua negara. Indonesia akan tetap menjadi mitra dagang utama dengan AS. Dan tentu saja harapan perpanjangan pemberian fasilitas GSP pada tahun-tahun mendatang tetap diberikan kepada Indonesia.

Surplus perdagangan sebesar US$59,9 miliar (Rp868 triliun) selama kurun 2016-2021 merupakan jumlah yang sangat besar. Dengan suplus yang diterima Indonesia selama periode waktu tersebut seharusnya dampak pada perekonomian nasional akan luar biasa. Baik sisi fiskal dan moneter dipastikan mendapatkan manfaat dari suplus tersebut. Tentu saja, dampak bagi perekonomian dalam negeri hanya akan terjadi apabila seluruh devisa tersebut berhasil direpatriasi serta tidak ada defisit neraca perdagangan dengan negara lain yang menggerus surplus perdagangan antara Indonesia dan AS.

111 komentar:

  1. Balasan
    1. Selamat anda berhak pentung malon 3x..

      Hapus
    2. Apakah singapura sdh punya P8 Poseidon?
      Jika belum, rasanya sulit kita diijinkan beli P8

      Hapus
    3. Mesti nunggu Singpur ato OZ yah so Indo it bukan Numero uno.

      Hapus
  2. Kesian Malon...

    Sewa...
    Halu ....
    Diusir SG...

    Gelak donia pon...
    Hahahahha....

    BalasHapus
  3. Negara atau KEMHAN punya pertimbangan sendiri kenapa beli pesawat ini, saya percaya Bpk Prabowo penuh perhitungan setelah konsultasi dengan bu Sri Mulyani 🙂

    BalasHapus
  4. Jadi antara INDONESIA dan USA sama sama senanglah 🙂

    BalasHapus
  5. "rata-rata sebesar US$9,9 miliar per tahun" surplus dgn us saja

    Kasarnya US$ 14m cuma 1,5 tahun f15id dah lunas

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1,5 tahun lunas itu kalo ga bayar "cicilan" lain bro...😁

      Tapi emang surplus kita ga kaleng-kaleng..top 😁

      Eeehh..KL surplus juga kee..?

      LoL

      Hapus
    2. eittt gak gt kale itungannya om newarm haha!🤭🤭🤭

      surplus neraca perdagangan ituw nilai ekspor RI ke Amrik lebih gede dibanding kita impor dari Amrik.
      bukan profit $$$ bersih

      surplus ituw pun bukan milik perusahaan milik pemerintah(BUMN) ri aja om, tapi swasta nasional.
      B to B

      sperti kata om pedang, nilai $9,9 ituw blom dikurangi biaya produksi, bayar gaji, tagihan listrik dan biaya kirim perusahaan swasta ama BUMN yg ekspor haha!🤭🤭🤭

      Hapus
    3. Akur, om PS n om PG benar, sy cuma sedikit hiperbola jadi pakai kata "kasarnya' heheheh walau sy masih penasaran knp us memberi harga tinggi buat f15id sesaat tak lama rafale sign

      Hapus
    4. gpp..santay om
      pokonya bikin fanasss KL hore haha!🔥🔥🔥

      Hapus
  6. Dari spesifikasi nya F15EX ini emg gacor sih tapi kita juga butuh Ilmu,199T tanpa TOT rasanya kurang gitu kalo ini masih punya hubungan dengan KFX supaya bisa menembus Teknologi Inti gpp sih, apalagi periode ini aja PDB kita masuk peringkat 15,kalo pada 2030 kita masih bisa naik why not untuk beli

    BalasHapus
    Balasan
    1. India ditawari ToT tuu kalo jadi ambil barang US...

      Tapi ya gitu, belinya segambreng...😁

      Hapus
    2. Khan udah dapat TOT dari RAFALE 🙂

      Hapus
    3. Malon juga segambreng.....wong pekoke

      Hapus
    4. Realitynya yg otaknya 1cc padahal malaysial dungu kapal sampai salah potong.. Indonesia mana pernah 😁

      Hapus
    5. Unknown ngabisin Rm 9bilion tapi Xde satupun kapal yang diterima, pemerintah sama rakyatnya sama ae otaknya 0.2cc

      Hapus
  7. Ekonomi. Karena perdagangan kita yg selalu surpkus dg as

    BalasHapus
  8. Iya karena SURPLUS PERDAGANGAN itulah INDONESIA beli pesawat ini bukan SU 35 FLANKER selain sangsi dari AS tentunya 🙂

    BalasHapus
  9. Balasan
    1. Betul mas... paling banter 18 unit... atau 24 unit campuran baru dan refurbish yg second...

      Hapus
  10. Kalau tidak ada TOT lebih baik beli 11 ekor saja sisanya taruh ke Rafale semua biar dapat TOT inti terpenting yang tidak dapat dari US buat di modif ke IFX

    BalasHapus
  11. USD 9,9 BILLION WAW.... SURPLUS tapi ada NEGERI TAMADUN sedang BANGKRAPS

    BalasHapus
    Balasan
    1. Surplus bukan masuk kantong pemerintah atau APBN tetapi masuk kantong pribadi dan disimpan di luar negeri (singapore)

      Hapus
    2. Asli org goblok klo komentar kayak gini. Oi monyet itu surplus berarti hitungan resmi alias ekspor negara Indonesia ke us dari semua sektor. Klo tolol jangan dipelihara yg masuk kantong itu tender maharaja lele mu itu ngga jadi kapal siluman pake roda di darat. Sama kapal selam mu itu yg ngelibatin cewe BO altantuya

      Hapus
  12. US butuh cepet seimbangkan neraca, jadi pasang harga tinggi buat FMS Eagle EX 😁

    Harus di nego afgan...😁😁

    BalasHapus
  13. Ekinomi MALoN juga surplus ,surplus utangnya,jom kita sokong najib botak jadi PM samapai mampus🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  14. Tak ada alasan untuk beli F15ID,Hercules Super 130J,Bell 412 EPI bis dikembangjan untuk pseidon, Chinook, dll...

    BalasHapus
  15. Jadi tinggal beli aja leander dari Amerika lewat FMS pasti mau...yg penting RMP ada..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wang untuk DP (20%) + cicilan ada X di pocket...atau mungkin mau kasih jaminan Papua jika gak mampu bayar di kemudian hari.

      Hapus
    2. Malaysial miskin Hutang china tak mampu bayar negara di jual.. Hutang lender kuwait dah tak mampu bayar last last kapal jadi besi buruk 😁

      Hapus
  16. Kalo Malon neraca perdagangannya selalu defisit, makanya hanya mampu sewa 😂😂

    BalasHapus
  17. Mumpung AS lg pingin agar RI menyeimbangkan neraca perdagangan dng dia, dan hanya produk pertahanan yg sekiranya relatif memungkinkan bagi AS, sementara RI jg sangat membutuhkan peralatan pertahanan kualitas premium dr AS. Maka ada baiknya selain F-15EX dan perabotannya, alangkah lebih baiknya jika RI jg mengajukan pembelian rudal AIm-120ER serta rudal JASSM dan rudal SM-2 dan jg PAC-3. Mumpung diminta menyeimbangkan neraca. Itu alasan yg tepat dan pasti mudah disetujui kongres dng alasan tambahan hanya produk itu yg bisa menyeimbangkan. Namun dng syarat bayarnya nyicil US$ 1,5 M pertahun. Sebab selama ini beli senjata dr AS cuma dikasi Sidewinder sama Maverick doank utk persenjataan F-16 kita. Baru beberapa tahun belakang ini aja diberi AIM-120C...😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. selama SG ngga punya...bakalan ditolak bang.....

      =======.....

      Hapus
    2. Penyeimbang neraca vs penyeimbang kawasan

      Hapus
  18. IDefenseMagz
    @IDefenseMagz
    ·
    1h
    Raker membahas permohonan persetujuan revisi RKA-K/L UO Kementerian Pertahanan (Kemhan) tentang Pergeseran Program dan Realokasi RMP TA. 2022.

    https://indonesiadefense.com/dampingi-panglima-tni-ksau-raker-dengan-komisi-i-bahas-revisi-rka-k-l/

    BalasHapus
  19. Info Awalnya menhan tertarik air superiority F15 EX ini, bahkan F15 versi silent eagle (semi stealth), akhirnya membuat LOI untuk full paket termasuk EPAWSS, namun agak shock juga ketika disetujui dengan harga fantastis, dlm bayangan beliau, harga F15 EX atau SE sekalipun tidak jauh dr harga rafale, ada 2 kemungkinan
    1. Beli 1 ska saja (12 unit)
    2. Batal, dialihkan ke rafale semua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Batal dialihkan ke P8 poseidon,peswat AEW/C E7,Chinuk,

      Hapus
    2. Nge-link-kan E-7 ke Rafale susah/gak ya? 😁

      Hapus
    3. Mending diambil dengan jangka waktu lama atau sesuai umur ni pesawat, jadi cicilannya juga kecil bisa nanti buat cicil yg lain. Klo ngga dikasih ya sudah
      wkwkwkwkw

      Hapus
    4. Ambil sedikit aja, sekedar biar tidak tersinggung

      Hapus
    5. Menurut saya F-15 gak bakal batal, bahkan denger denger kita perlu selesaiin dulu kontrak F-15 baru bisa teken sisa rafale

      Hapus
    6. Beli 1 skadron ja F 15

      Biaya operasionalnya juga mahal 11 12 dengan sukhoi.

      Punya 1 skadron F 15.
      Untuk pemeliharaan hampir seperti punya 2 skadron F 16.

      Hapus
    7. Poseidon atau sejenisnya, termasuk pesawat AWACS sdh masuk renstra, mungkin tahun depan,roadmap dan presentasi awacs dan tanker ini sejak 2018 sdh dibahas dan diajukan, namun sptnya dr kementrian lebih mengutamakan melengkapi armada pemukul kelas berat dulu. Kemungkinan paling cepat baru kontrak untuk awacs akhir tahun ini, itupun bila disetujui menkeu, krn barengan dengan rencana first keel layingnya fremm, sekaligus bayar nya juga, semoga mendapat kemudahan,krn alurnya lumayan pelik, butuh kerja keras,dari awal buat dokumen nya saja semua tim sampai lembur tak kenal waktu

      Hapus
    8. kalau saran saya sih...f15 nya beli 1 ska.selebihnya beli rudal pencegat dngn tot dan pengembangan rudal Rhan untuk sekelas rudal balistik yg memiliki jangkauan di atas 300km.Rafale kn udh untk pemukul,pencegat serangn kita dari serangan rudal musuh..senjata apakah,apakah bambu runcing d pakai d tabung rudal...coba liat Iran,pesawat yg jadul mereka pakai,malah pesawat dari zaman fir,aun lagi..wkwkwk
      mereka mengandalkan rudal untuk menghalau penyusup jenis apapun selain jenis manusia.belum ada senjata AS yg bisa menembus pertahanan iran.
      seiring kontrak Rafale,payungi dulu wilayah NKRI dengan perisai rudal pencegat yg mumpuni...

      Hapus
  20. F5ID bisa gak ya ditukar sama
    2 P8 poseidon
    3 Peswat AEW/C Boeing E7
    26 Chinuk


    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya ga bisa spt itu, porsi anggaran harus sesuai juklak, bila tidak diambil sesuai amanat spek, maka akan kembali ke kas negara, walaupun misalkan anggaran F15 tidak terpakai, dia juga g bs serta merta digunakan untuk tambahan rafale juga, tetap ujung2 nya kembali ke kas negara

      Hapus
    2. Klo cuma krn F15 dpt gotong lebih byk rudal, saya lebih setuju ambil F16 viper aja... lebih murah, canggih, cost perawatan lebih murah, bensin avtur jauh lebih irit... sesuai Kantong indonesia...

      Hapus
  21. YANG CUMA BISA SEWA HELI DILARANG MBACOT YA...hahahahaha

    BalasHapus
  22. https://m.antaranews.com/berita/2711661/bi-neraca-pembayaran-ri-2021-tetap-baik-surplus-13-miliar-dolar?utm_source=antaranews&utm_medium=mobile&utm_campaign=top_news

    BalasHapus
  23. motif gaya donk, KAN HORANG KAYA haha!😉😉😉

    JOM SHOPPING SOPING haha!🤑🤑🤑

    BalasHapus
  24. ...beli D Rafale 42 unit baru dapat TOT, sementara mau beli Su-35 Flanker E 11 unit saja muluk2 permintaannya dan ribet banget sistem pembayarannya ?






















    ... Xixixixixixixi 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. ...lalu ditambah lagi, harga 1 unit D Rafale hampir 2 x lipatnya harga Su-35 Flanker E





















      ... Xixixixixixixi 😁

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. ...djancuuuuuuuuuuuuk

      42 unit D Rafale = 82 / 84 unit Su-35 Flanker E


















      ... Xixixixixixixi 😁

      Hapus
    5. rusia pelit tak beri indo offset jika beli Su 35e
      su 35 yg dijual ke indo versi monkey model/Downgrade
      sedangkan Prancis beri indo offset melalui pt di utk pemeliharaan Avionik & sensor serta integrasi airframe ( struktur dan wiring ) integrasi senjata dan Firing control system

      Hapus
    6. ...Rusia pelit, wajar saja...karena belinya cuma 11 unit

      coba kalau belinya 80 unit ke atas ?



















      ... Xixixixixixixi 😁

      Hapus
    7. rafale kan kita cma beli 6 tapi dpt offset sedangkan beli 11 su 35s tp tak dpt apa-apa

      Hapus
    8. Beli 6 Rafale belum dapat offset... Kalau sudah tambah 36 bijik lagi baru dapat offset.

      Kalau beli Su 35 sebanyak 80 unit ke atas bukan dapat offset lagi ya jalur perkitannya bisa pindah ke PT. DI.

      Hapus
    9. Sudah dapat bro offsetnya lihat di FB Lembaga keris barusan saya lihat,dan indonesia ( PT Dirgantara ) juga dapat offset dari pembelian CH4 UCAV dan C130J Super Hercules

      Hapus
    10. Offset yg di dapat dri dassault rafale:

      -pemeliharaan avionic sama sensor
      -integrasi airframe
      Struktur dan wiring
      -integrasi senjata & firing control system.

      Hapus
    11. Beli su35 80 biji emang kuat biaya perawatannya..
      Pesawat murah tapi umur mesin pendek..

      Hapus
    12. Umur mesin SHORT, biaya operasional MAHAL..! Malah HALU pasang nick name SU-57 FELON ( Barang GA JELAS )

      ELU Si GEMPORKWARIA bukan...?

      Kek nya Jeng Ruskye dr blog sebelah yaaa
      Yaa salaaaaammm

      Xixixixiixiii

      Hapus
  25. Sepertinya x ada transaksi tahun ini... Menkeu hanya menyetujui alokasi fiskal yang jauh dari yang diperlukan... Berarti mimpi akan tetap menjadi mimpi ... Hehehe

    Itulah yang terjadi...Indon sembabg mendonia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu gw mimpi kalo Apache bisa dibeli Indonesia, eh kenyataan.
      Gw juga pernah mimpi Leopard bisa ada di TNI AD, eh kenyataan.
      Trus gw cuma mimpi kalo fregat sekelas formidable class bisa dibeli, eh ternyata kenyataannya Fremm class yg 2x lebih gahar.

      jangan berhenti bermimpi, supaya bisa diwujudkan.
      Dan yg paling penting, jangan jadi pengkhianat, pake ngatain negara sendiri segala.

      Hapus
    2. Krn si unknown ni tak reti apa tu bermimpi, taunya cuma halu
      Toh dia mgga bisa bedakan mana yg impian mana yg halu wkwkwkwkwkwk

      Hapus
    3. Tak ada transaksi? Rafale emang tahun berapa malaysial dungu 😁

      Hapus
    4. Mimpi indonesia itu bisa jadi kenyataan. Kalu mimpi malon...pasti hanya mimpi. Kah negaranya miskin. Tidak masuk negara2 ekonomi besar dunia G20

      Hapus
    5. Woi anda itu orang Indonesia jangan pura-pura jd orang Malon

      Bahasa nya aja bahasa Indonesia bukan bahasa Malon

      Anda mau jadi pengkhianat bangsa ya

      Saya laporkan anda ke cybercrime polri atau TNI mau???

      Hapus
    6. PENGHIANAT seperti ini pasti biasanya lebih BUSUK dari lawan NKRI 🙂

      Hapus
    7. Orang2 disini aja pd bego mau dikibulin malon palsu..😂

      Hapus
    8. Termasuk ente provokentir kelas teri axaxaxaxaxaxxaxaxaxaxaxa nih cong🍌🍌🍌🍌🍌🍌😂😂🤣🤣😛😛😛

      Hapus
    9. Kalian tidak tahu arti mimpi dan kerja keras, bagaimana lembur orang orang kami di kemenhan yang sibuk presentasi, bikin penawaran, bikin surat, bikin klausa pengalihan alokasi anggaran dr SU 35 ke rafale, bagaimana agar bisa tetap terpakai, tidak kembali ke kas negara, sampai bagaimana mereka komitmen harga mati, tidak akan menyelewengkan anggaran besar yg sdh dialokasikan, kegagalan bangsa malaysia dalam proyek gowind, lcs, dll ,benar benar kami ambil pelajaran, andai saja kalian tahu

      Hapus
  26. MALON LEMAH..

    Apa nich woi...

    (Video) Kapal Pengawal Pantai China Di Dalam Perairan Sarawak

    https://defencesecurityasia.com/kapal-pengawal-china-perairan-sarawak/

    BalasHapus
  27. Tak payah MEMBUAL la... 8 osprey pun tak mampu beli... Lagi Mau MEMBUAL Konon F15... Wkwkkwkwkwkw

    Jenis KUAT MEMBUAL... WKWKKWKWKWKW

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ooiii..... Emir kuwait tagih hutang maharajalelahh..
      Kapan bayar ooiii...

      Hapus
    2. Beda Osprey itu ditawarkan US
      Jadi belum tentu sesuai dengan kebutuhan untuk TNI

      Kalau F 15 indo yg request.. Karena awalnya request F 35...tapi yg di kasih F 15

      Hapus
    3. Kenapa bisa US tawarkan Osprey ke indo.
      Biar jalur produksi nya tetap aman
      Karena cuma 2 negara yg baru pakai US & Jepang.. Belum ada pesanan dari negara lain.

      Hapus
    4. Osprey itu ngak perlu....ngak rugi karena ditawarkan USA sedangkan kita perlu lebih dari itu berupa F15ID....jadi yang IRI dan DENGKI hanya bisa SEWA...SEWA...SEWA...SEWA 🙂

      Hapus
    5. Osprey sama F-15ID sama saja prioritasnya. Lebih baik nambah Rafale, kalau mau dari US masih bisa P-8 atau E-7.

      Hapus
  28. Malah beli rafale yang hanya 6 buah tu pun NGUTANG LENDER... parah... Wkwkkwkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah sewa heli...itupun heli sipil..ha .ha..ha

      Hapus
    2. Klo cuma 6 buah je untuk apa Menhan Prancis datang utk sign?
      Kesian pola pikirnya wkwkwkwkwk

      Hapus
    3. Bisa beli nggak malon walaupun cuma 6 bijik...

      Gak usah rafale karena mahal...beli tejas atau jg sulfur aja dulu beli 6 bijik bisa nggak... Wkwkkwkk

      Hapus
  29. Rp.199T mending kita buat sendiri gak sih,Korsel aja ngabisin 122T itu aja kandungan lokalnya 60-80%,20% lagi punya LM(USA),gw tahu SDM kita belum memadai,salah satu opsinya yaitu Projects joint section contoh ae Turki ngembangin TFX joint Ama Bae system,Kita tinggal pilih yang vendor yang udah terbukti berpengalaman kayak Dassault, locked Martin, Airbus,eurofighter gmbh atau yang lain",dalam 10-15 tahun gw yakin udah jadi

    BalasHapus
  30. Yg sukhoi cuma terbang 4 tapi di akui malon 10 masih bisa terbang. Itu yg 6 layangan ?????

    BalasHapus
  31. Guests...AFF U23

    LAOS 2 MALINGSIAL 1....

    wkwkwkwkwkwkwk...maluuuu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hebat Laos berjaya permalukan kucing Malaya Wkwkwkwkwkwkwkwkwk

      Hapus
    2. ...Malon KEOK ? gkgkgkgkgkgkkgkgkgk

      tapi masih ada leg 2 sich, karena cuma 2 peserta saja di group B yaitu Laos dan Malon



















      ... Xixixixixixixi 😁

      Hapus
    3. ...pemain Malon yang nimba Ilmu di US ASUrika pun, nggak GUNA















      ... Xixixixixixixi 😁

      Hapus
    4. ...coba kalau Timnas U 23 Indonesia bisa MAIN, dengan pemain lokal rasa Eropa dari LIGA 1 BRI saja...tanpa pemain yang berkarir di luar negeri

      mungkin Malon bisa dibantai 6 - 0 oleh Timans U 23 Indonesia

















      ... Xixixixixixixi 😁

      Hapus
  32. Jika kongres AS menyetujui
    F15ID + eppaws itu hal yg luar biasa bagi RI
    cukup 1 skuadron F15ID 12 unit sesuaikan kemampuan fiskal.
    Rafale 42 unit F3R dan F4.



    Not Bad


    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju.. 12 unit f15 udah cukup... bykin harpoon nya aja biar bisa nembak fregat negara naga

      Hapus
  33. Hubungan bilateral itu demikian adanya, saling menguntungkan. Poin inilah salah satu pertimbangan selain caatsa sehingga Indonesia secara sepihak membatalkan Su35, neraca kita sama Rusia itu minus. Rusia nihil impor produk dr Indonesia sebaliknya kita impor terus dr Rusia termasuk alutsista.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ...emang sich, secara hubungan Ekonomi Rusia - Indonesia itu minus...karena Rusia juga berada dalam Ekonomi yang kurang bagus

      tapi soal LOYALITAS nya Rusia pada Indonesia jangan diragukan...dan itulah arti PERSAHABATAN sesungguhnya





















      ... Xixixixixixixi 😁

      Hapus
  34. •C-130 dapat TOT... Ya liat BERAPA BIJI HERKY kita... 23 unit plus 6 C-130J SUPER HERKY...


    •TOT CH-4 cuma sebatas PERAWATAN BODY,SENJATA and SENSOR.


    •KLW MAU TOT SUKHOI liat VIETNAM +30 UNIT baru dapat TOT.... INDIA ±300 UNIT baru dapat lesen buat di dalam negri... negri SEWA yang beli 18 biji saja kagak dikasih... Apalagi kita yg beli 16 unit itupun campuran SU-27/30....klw kagak KRISMON dan rencana AKUISIS 128 UNIT SU-27/30 TERLAKSANA mungkin dah dapat TOT.

    BalasHapus
  35. bayangin gaesz, prestasi KL,

    tak hanya 1 KAPAL "MUSIUM" DARAT,
    eh 3 KAPAL DARAT DAMEN nyusul

    KELEWATAN LAGGGiiiii..haha!🤣🤣🤣

    BalasHapus
  36. kesian amat, smua pada nolak KL haha!⛔⛔⛔

    KUWAIT:📛HORNET "NOT FORSALE"📛
    SINGA :📛SAS "NO SLOT" for EMKAEM📛
    JEPANG:📛NO OFFERED for P-3 ORION📛
    PAKISTAN:📛NOT TAKE PART IN THE LCA TENDER📛

    BalasHapus
  37. Projong Omong KOSONG Poor Indon lagiiiii..... Ooiiiii Opsrey pun tak ada nak beli, ini kan pula F15! Wakakakakakakakaka 🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. JOM manaa rafalenya om saiful"azmi" husin haha!📛📛📛

      dr 2017 neghh...manaaaaa

      Rafale Appears in the Lead as Malaysia Seeks New Fighter Jets - Defence Source
      http://defense-studies.blogspot.com/2017/03/rafale-appears-in-lead-as-malaysia.html

      Hapus
    2. KL, KELEWAATAANNN LAGGGIIiiii....haha!📛📛📛

      KL, KELEWAATAANNN LAGGGIIiiii....haha!📛📛📛

      KL, KELEWAATAANNN LAGGGIIiiii....haha!📛📛📛

      KL, KELEWAATAANNN LAGGGIIiiii....haha!📛📛📛

      KL, KELEWAATAANNN LAGGGIIiiii....haha!📛📛📛

      Hapus