16 September 2024
Saat ini TNI AL mengoperasikan kapal selam TKMS Type 209/1300 dan DSME 209/1400 sedangkan kapal selam mendatang adalah Naval Group Scorpene Evolved (image: istimewa)
KSAL ungkap Jerman dan Turki tawarkan kapal selamnya untuk RI
Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkap beberapa negara di Eropa dan Asia menawarkan teknologi kapal selam mereka untuk memenuhi kebutuhan sementara (ad interim) kapal selam Indonesia.
Dia menyatakan ada kebutuhan untuk pengadaan kapal selam ad interim alias untuk sementara waktu sambil menunggu dua unit kapal selam baru yang dipesan Indonesia, Scorpene Evolved, dari Naval Group Prancis rampung dibuat.
"Kemarin memang disampaikan, kita perlu kapal selam interim untuk mengisi kekosongan selama 5–7 tahun, atau menambah kekuatan armada kapal selam selama 5–7 tahun. Nah ini, memang belum diputuskan dari negara mana, tetapi dari Italia sudah menawarkan, Jerman ada, kemudian dari Turki, dan ada negara di Asia juga ada," kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan wartawan selepas upacara HUT Ke-79 TNI AL di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Selasa.
Setidaknya ada 5 parameter untuk memilih kapal selam interim TNI AL selain biaya, yaitu sistem SEWACO (sensor, weapon, communication) compatible dengan standar NATO mengikuti kapal selam yang telah dimiliki dan mendatang, sistem propulsi (menyesuaikan dengan propulsi kapal selam mendatang dengan diesel full LIB) dan waktu penyerahan yang pendek (image: istimewa)
Dia menjelaskan beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan untuk pengadaan alutsista itu, di antaranya kapal selam yang dibeli kelak wajib punya kemampuan menyelam dalam waktu yang lama."Itu yang kami inginkan, yang lebih baik dari yang kita punya saat ini," kata KSAL.
Oleh karena itu, TNI AL juga masih mengkaji berbagai tawaran dan opsi yang tersedia, termasuk teknologi-teknologi kapal selam yang ditawarkan beberapa negara untuk Indonesia itu.
Debat teknologi mesin disesel Full LIB dan Li-AIP telah berakhir semenjak Naval Group memenangkan pengadaan 2 kapal selam mendatang melawan TKMS, dimana sistem AIP memerlukan penyediaan bahan bakar hidrogen torkompresi pada setiap pangkalan aju, dan ini akan merepotkan (photo: NavalNews)
"Kita akan lihat mana kira-kira yang paling memungkinkan, yang paling efektif dan efisien," ujar Laksamana Ali.TNI AL saat ini diperkuat empat kapal selam, tetapi jumlah itu, menurut Ali, masih kurang memadai untuk menjaga perairan Indonesia yang luasnya 6,4 juta kilometer persegi. Ali, dalam berbagai kesempatan, menyebut idealnya armada TNI AL diperkuat 12 kapal selam.
Empat kapal selam yang saat ini beroperasi, yaitu KRI Cakra-401, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405.
Ke depannya, Komando Operasi Kapal Selam (Koopskasel) TNI AL bakal diperkuat dua kapal selam Scorpene Evolved dari Naval Group Prancis.
Fincantieri Type 212 NFS dengan propulsi new generation Lithium Ion Phospate (LIP) battery system, mempunyai SEWACO compatible dengan sistem NATO, dapat jadi kapal selam interim bila yang diserahkan ke TNI AL adalah kapal selam ke-2 dan ke-3 (rencana delivery ke AL Italia tahun 2027 dan 2029) (image: Fincantieri)
Dua unit kapal pesanan Indonesia itu rencananya bakal dibangun dari awal di galangan kapal PT PAL Indonesia di Surabaya, Jawa Timur. Sejauh ini, dua kapal pesanan Indonesia itu belum dibangun di galangan PT PAL karena masih menunggu kontrak pembelian efektif.Umumnya, satu unit kapal selam rampung dibangun dalam waktu 5–7 tahun. (Antara)
"Refurbishment" Solusi Interim Armada Kapal Selam TNI AL
Sejauh ini, pemerintah Indonesia tampaknya telah mempertimbangkan beberapa opsi, termasuk pengadaan kapal selam bekas.
Namun, penambahan kapal selam interim mungkin tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan operasional TNI AL, terutama dalam jangka panjang.
Navantia S-80+ Isaac Peral, berteknologi AIP BEST (Bio-Ethanol Stealth Technology) disini pangkalan aju harus menyediakan bio ethanol (lebih aman dibanding hidrogen terkompresi), SEWACO compatible dengan sistem NATO, dapat memenuhi syarat delivery asalkan yang diserahkan ke TNI AL adalah kapal selam ke-2 dan ke-3 (rencana delivery ke AL Spanyol tahun 2026 dan 2028), issue lainnya adalah dimensi kapal jauh lebih besar (image: Foronaval)
Sebelumnya, Laksamana Ali mengonfirmasi kemungkinan akuisisi kapal selam interim dari berbagai produsen, termasuk galangan kapal asing di Italia, Jerman, dan/atau China yang telah ia kunjungi selama setahun terakhir.
Meskipun diversifikasi peralatan dapat mengurangi ketergantungan pada satu pemasok senjata, pengadaan platform dari berbagai negara dapat menimbulkan tantangan interoperabilitas yang signifikan.
Hal ini berpotensi meningkatkan biaya logistik dan pemeliharaan serta menyulitkan manajemen armada secara efektif.
Selain itu, membeli kapal selam bekas bisa memakan biaya lebih tinggi daripada yang diperkirakan.
TKMS Type 212 berteknologi hybrid baterai+AIP disini pangkalan aju harus menyediakan bahan bakar hidrogen terkompresi, SEWACO compatible dengan sistem NATO, untuk memenuhi syarat delivery kapal selam yang diserahkan harus dari kapal selam bekas AL Jerman dan bukan membuat baru kapal selam (photo: TKMS)
Kapal selam yang lebih tua cenderung lebih rentan terhadap kecelakaan, membutuhkan perbaikan mahal, dan mengonsumsi lebih banyak bahan bakar karena usianya.
Selain itu, platform bekas memiliki umur operasional lebih pendek, pada akhirnya dapat mengurangi nilai dan efektivitasnya dalam jangka panjang.
Penting juga untuk dicatat bahwa opsi kapal selam bekas sangat terbatas. Sejauh ini, kapal selam yang mendekati masa pensiun termasuk kelas Los Angeles milik Angkatan Laut Amerika Serikat, yang telah beroperasi selama lebih dari 33 tahun, serta dua kapal selam kelas Tupi milik Angkatan Laut Brasil, yang baru-baru ini pensiun setelah lebih dari 20 tahun bertugas.
Opsi pertama tidak sesuai untuk Angkatan Laut Indonesia, karena kapal selam kelas Los Angeles bertenaga nuklir dan pemerintah Amerika Serikat tidak berniat untuk memberikannya kepada Indonesia.
Golcuk (lisensi TKMS/HDW) Type 214 merupakan varian ekspor dari Type 212 yang berteknologi hybrid baterai+AIP, disini pangkalan aju harus menyediakan bahan bakar hidrogen terkompresi, SEWACO compatible dengan sistem NATO, untuk memenuhi syarat delivery kapal selam yang diserahkan harus dari kapal selam bekas AL Turki (Reis class ke 1 dan 2) atau pengalihan Reis class ke-3 dan ke-4 (masih dalam produksi) (photo: STM Savunma)
Sementara itu, perbaikan dan pembaruan kapal selam kelas Tupi akan membutuhkan biaya dan waktu yang signifikan.
Perlu diketahui, kapal selam kelas Tupi sempat dianggap sebagai kandidat potensial pada tahun 2021, ketika pemerintah Indonesia menunjukkan minat untuk mengakuisisi kapal selam bekas setelah memperoleh persetujuan pinjaman luar negeri sebesar 600 juta dollar AS dari Kementerian Keuangan.
Saat itu, menurut laporan media Brasil Poder Naval, TNI AL dan Angkatan Laut Brasil sedang dalam pembicaraan untuk pengadaan kapal selam yang sudah pensiun tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan alternatif lain, seperti melakukan perbaikan pada kapal selam TNI AL yang sudah ada.
CSOC Wuchang Type S26T (versi ekspor dari Yuan class Type 039A) berteknologi hybrid baterai+AIP, disini pangkalan aju harus menyediakan bahan bakar yang kemungkinan juga hidrogen terkompresi, SEWACO tidak compatible dengan sistem NATO dan delivery kapal selam dapat cepat karena akan mengalihkan pesanan AL Thailand (photo: SCMP)
Saat ini, keempat kapal selam tersebut ditempatkan di Satuan Kapal Selam Komando Armada II TNI AL (Koarmada II) di Surabaya.
Pada tahun 2021, KRI Cakra 401 menjalani perombakan besar-besaran oleh PT PAL Indonesia untuk meningkatkan kinerjanya.
Program pemeliharaan, perbaikan, dan perombakan (MRO) yang signifikan ini mencakup komponen-komponen utama seperti badan tekan/hull, sistem mekanik dan elektrik, sensor dan alat deteksi, serta sistem senjata.
Sementara itu, pemerintah Indonesia telah merencanakan refurbishment program untuk kapal selam kelas Chang Bogo sejak awal tahun ini. Namun, hingga kini, pemerintah Indonesia belum melanjutkan rencana tersebut.
TKMS/HDW Type 209/1400 Tupi class ex Brazil memenuhi unsur SEWACO compatible dengan sistem NATO namun propulsi kapal selamnya masih tipe lama tanpa teknologi perpanjangan kemampuan penyelaman namun waktu deliverynya pendek (photo: Brazilian Navy)
Indonesia telah menginvestasikan 1,1 miliar dollar AS untuk membangun tiga kapal selam Chang-Bogo.
Oleh karena itu, meninjau kembali rencana peningkatan kapal selam yang sudah ada akan lebih ekonomis dibandingkan membeli kapal selam baru.
Dengan pengalaman PT PAL Indonesia dalam merombak KRI Cakra, perusahaan BUMN ini sangat tepat untuk memimpin program peremajaan tiga kapal selam lainnya. Kesempatan ini juga dapat memperkuat kapabilitas MRO PT PAL Indonesia.
Untuk memaksimalkan manfaat dari program perbaikan ini, diperlukan kolaborasi dengan produsen asing yang memiliki pengalaman luas dalam proyek serupa. Pendekatan ini akan memastikan efektivitas dan umur panjang dari aset yang diperbarui.
Diantara sekian kajian kapal selam interim, salah satu kajian yang muncul dan membutuhkan biaya paling kecil adalah melakukan upgrade Operational Readiness Enhancement (ORE) atas 3 kapal selam DSME 209/1400 Nagapasa class TNI AL yaitu kapal selam KRI Nagapasa 403 , KRI Ardadedali 404, dan KRI Alugoro 405 (photo: TNI AL)Oleh sebab itu, memperbarui aset yang sudah ada dapat menjadi solusi yang lebih praktis dan hemat waktu dibandingkan dengan membeli kapal selam bekas.
Meskipun kapal selam interim dirancang untuk menjembatani kesenjangan operasional, mereka juga harus memberikan manfaat operasional jangka panjang yang signifikan.
Langkah ini juga lebih realistis dalam hal meningkatkan interoperabilitas dan collaborative combat, terutama mengingat Angkatan Laut Indonesia akan mengoperasikan kapal selam Scorpene Evolved buatan Perancis di masa depan.
See full article Kompas