07 Oktober 2014

Panglima TNI : Su-35 Menjadi Pilihan Pertama dan Saab JAS 39 Gripen Pilihan Kedua

07 Oktober 2014


Sukhoi Su-35 (photo : wallpaperup)

Helikopter Apache dan Sukhoi Su-35 Segera Perkuat TNI

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI terus dilakukan. Untuk TNI AD, dalam beberapa tahun ke depan akan diperkuat helikopter AH-64D Apache Longbow. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, pengadaan helikopter serang buatan Amerika Serikat tersebut segera memperkuat jajaran TNI AD.

"Apache, sudah berjalan. Uang muka sudah ada, uang cicilan sudah ada. Sudah kontrak, semoga terpenuhi pada 2019, sebanyak delapan unit," ujar Moeldoko di Markas Koarmatim pada akhir pekan lalu.

Menurut dia, pengadaan helikopter AH-64D Apache Longbow sudah masuk ke dalam rencana strategis (Renstra) II pada 2015-2019. Dia berharap, pemerintahan baru nanti ikut mendukung penguatan alutsista TNI. Dengan begitu, lima tahun lagi delapan unit helikopter serang terbaik di kelasnya itu bisa semakin meningkatkan daya gentar TNI dalam menjaga kedaulatan NKRI.

"Apabila pemerintahan baru tidak mengubah kebijakan. Kalau dilanjutkan terus, ini bisa dipenuhi," kata mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu.

Moeldoko juga menyinggung bakal terjadi pergantian pesawat F-5 Tiger milik TNI AU. Menurut dia, jet tempur buatan negeri Paman Sam itu sudah tidak layak pakai lantaran teknologinya sudah ketinggalan zaman. Karena itu, sedang dikaji oleh Mabes TNI AU beberapa pesawat sejenis yang akan dibeli dalam waktu segera untuk menjaga wilayah udara Indonesia.

Moeldoko menyatakan, terdapat tiga opsi sebagai pengganti F-5 Tiger, yaitu pesawat buatan Rusia, Swedia, dan AS. "Untuk udara, ada pengajuan penggantian F-5. Sukhoi Su-35 menjadi pilihan pertama, Saab JAS 39 Gripen pilihan kedua, dan pesawat F-16 pilihan ketiga," kata mantan wakil gubernur Lemhannas itu.

Sedangkan untuk TNI AL, Moeldoko menyebut, saat ini sedang dilakukan pembuatan tiga kapal selam Changbogo buatan Daewoo Shipbuilding, Korea Selatan. Karena dilakukan transfer of technology, maka satu kalap selam dibuat di PT PAL. Dia mengharapkan, rencana itu berjalan sesuai target dan 2017, tiga kapal selam baru bisa memperkuat jajaran TNI AL.

"Saya yakin kemampuan TNI di kawasan semakin diperhitungkan, walapaun baru 30 persen dalam konteks MEF (minimum essential forces), perubahan ini sangat signifikan. Kalau kapal selam datang, pasti memiliki daya gentar," ujar Moeldoko.

(Republika)

3 komentar:

  1. Apakah Anda lupa kalau beberapa subsistem pada Gripen E dibuat oleh atau masih berbasis dari buatan AS? Bagaimana bisa Anda mengedepankan pelitnya AS soal transfer teknologi sementara Anda justru menawarkan sistem dengan subistem yang masih kuat pengaruh AS-nya? Contohnya mesin. Apakah Gripen E memakai mesin buatan Swedia sendiri? Gripen E memakai mesin General Electric F414 buatan AS. Pemakaiannya tentu tergantung dari “kebaikan” AS merestui penjualan suku cadangnya. Sehingga justru jika Indonesia memilih Gripen E, maka lagi-lagi Indonesia akan dijadikan “anak bawang” lagi seperti klaim Anda. Gripen E tidak akan meningkatkan daya gentar Indonesia di antara para tetangganya dan hanya akan jadi tertawaan. Jangan Anda bandingkan Thailand dan Indonesia, karena luas wilayah Indonesia jauh lebih luas dibanding Thailand. Thailand tak terlalu perlu penempur berjangkauan jauh. Indonesia justru SANGAT perlu. Jangan juga sebut2 soal Switzerland? Baca berita, dong! Rakyat Switzerland dalam referendum lalu menolak membeli Gripen E.

    BalasHapus
  2. bung grippen memang pilihan yang sangat bagus mengingat speknya yang pas dan harga murah tapi.... buat swedia..bukan buat indonesia!!! setelah saya lihat2 selama ini nato selalu menawarkan negara2 kelas 3(menurut politik barat yang didefinisikan sebagai negara yang masih bisa bergejolak menentang barat seperti philipine, thailand dan indonesia) mereka selalu gencar menawarkan rongsokan dengan tipe yang sama agar jika suatu saat bergejolak dapat dikalahkan dengan mudah karena persenjataanya adalah rongsokan yang spek nya saja sudah dibawah mayoritas negara barat..lihat super tucano, T 50 & F 16 dipake dan dibeli negara mana saja?? mereka tampaknya belajar banyak dari indonesia yang pada tahun 60 an sempat membuat nato& sekutunya kelabakan dan terpaksa melepas papua karena persenjataan kita yang garang (sayang kita masih lemah dalam politik dalam negeri sehingga mereka tinggal menyusupkan agen intelejen menciptakan isu sara agama dimana isu itu yang paling mudah di sulut di nkri dengan membenturkan komunis nasionalis dan agama sehingga terjadi gejolak dan akhirnya sukarno dapat digulingkan..sayang sekali) ada kalanya kita harus belajar dari sejarah pula jangan mengulangi kesalahan dari orde baru dan argentina yang ketika mereka akan merebut hak mereka yang dicaplok mereka dengan sangat mudah dihancurkan..tanya kenapa?? karena senjatanya rongsokan dari barat semua!!!!

    BalasHapus
  3. Bung gripen bilang pengalaman 1960 tidak baik untuk di tiru? Anda tidak menghargai jalan hidup sebuah bangsa ini dimana harkat martabat sebuah bangsa di junjung tinggi, anda disini hanya mempromosikan produk yg anda miliki. Konsen pada produk anda saja jangan membuat suatu opini yg menyesatkan, terlepas indonesia mau pilih yg mana itu hak indonesia yg di wakili tni dan mentri pertahanan. Jika anda tidak mengetahui seperti apa kronologi cepat hilang nya senjata soviet di indonesia pada era tersebut lebih baik anda tidak membicarakan nya karna nanti malu sendiri atas wawasan nya yg kurang itu. Sudah jelas orde baru itu bentukan Amerika Serikat secara otomatis ssemua perlengkapan akan di ganti buatan amerika itu yg ada di orde baru, anda tidak mempelajari dalam seluk beluk bangsa ini. Memang ToT yg di tawarkan anda itu menjadi pertimbangan tapi bukan berarti anda berhak memaksa untuk membeli, jadilah promotor yg punya etika. Ini indonesia bukan swedia, saya disini tidak membicarakan yg mana pilihan yg harus di ambil Tni karna mereka sendiri yg lebih tau, orang awam hanya bisa memandang spek dan tampang pesawat aja. Tapi saya lihat komentar anda satu persatu sepertinya anda ini memandang rendah bangsa ini dalam kemampuan bermandi, memandang rendah jalan hidup bangsa ini. Ini yg tidak perlu anda keluarkan, karna produk yg anda tawarkan juga blm tentu yg terbaik "menurut tni" bukan menurut "umum dan anda sendiri" yg mau perang itu tni bukan komentator alutsista jadi lebih cermatlah dalam berbicara soal bangsa ini.

    BalasHapus