29 Maret 2010

PT DI Akan Membuat 50 Pesawat Tempur untuk TNI-AU

29 Maret 2010

F/A-50-pesawat tempur rancangan Korsel (hasil pengembangan dari T-50 Golden Eagle bersama Lockheed Martin) yang membutuhkan mitra pengembangan dari negara lain (photo : KDN)
Upaya PT Dirgantara Indonesia Bertahan di Industri Pesawat Terbang

Bangkit Lewat Ketiak Sayap Airbus

Dalam beberapa kesempatan, Prof Dr Ing Bacharuddin Jusuf Habibie mengaku sangat kecewa melihat nasib PT Dirgantara Indonesia. Sebab, industri pesawat terbang yang dirintisnya itu kini jalan di tempat. Bagaimana kondisinya sekarang?
---
" KITA pernah mengembangkan sendiri pesawat terbang CN-235 dan N-250 untuk membuktikan bahwa SDM Indonesia mampu menguasai dan mengembangkan teknologi secanggih apa pun. Di mana itu semua sekarang?" tegas B.J. Habibie, mantan presiden RI, di depan peserta kuliah umum bertema Filsafat dan Teknologi untuk Pembangunan di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat lalu (12/3).

Ya, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) memang tidak bisa dibandingkan dengan ketika perusahaan itu masih bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dan Habibie masih menjabat presiden direktur. Saat itu IPTN memiliki 16 ribu karyawan. Kompleks gedung IPTN di kawasan Jalan Pajajaran, Bandung, berdiri megah, menempati lahan seluas 83 hektare.

Yang paling laris adalah pesawat CN-235. Pesawat berkapasitas 35 sampai 40 orang itu paling banyak diorder dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, ada pesawat C-212 (kapasitas 19-24 orang). Produk chopper alias helikopter juga tak mau kalah. Ada NBO-105, NAS-332 Super Puma, NBell-412, dan sebagainya. Semua produk burung besi tersebut begitu membanggakan bangsa saat itu.

Namun, persoalan muncul saat krisis ekonomi menggebuk Indonesia pada 1998. Ketika itu, PT DI yang bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) mendapat order membuat pesawat N-250 dari luar negeri. Pesawat terbang ini berkapasitas 50 hingga 64 orang. Sebuah kapasitas ideal untuk penerbangan komersial domestik. Umumnya pesawat domestik di tanah air saat ini menggunakan pesawat dari kelas yang tak jauh berbeda dari N-250.

PT DI menerima pesanan 120 pesawat. Ongkos proyek yang disepakati USD 1,2 milliar. PT DI langsung tancap gas. Ribuan karyawan direkrut. Mesin-mesin pembuat komponen didatangkan. ''Kami berupaya keras menyelesaikan proyek itu sesuai target,'' tutur Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito saat ditemui Jawa Pos di Bandung pekan lalu.

Namun, PT DI harus menelan pil pahit. Pemulihan krisis ekonomi bersama International Monetary Fund alias IMF mengharuskan Indonesia menerima sejumlah kesepakatan. Salah satunya, Indonesia tak boleh lagi berdagang pesawat. ''Itu benar-benar memukul kami,'' kata Budiwuraskito, pria Semarang ini.

Padahal, kata Budi, PT DI telanjur merekrut banyak karyawan. Sejumlah teknologi dan peralatan sudah didatangkan. Semua siap produksi. Pesawat contoh bahkan sudah jadi, sudah bisa terbang, dan siap dijual. Tinggal menunggu proses sertifikasi penerbangan. ''Nggak tahu, mungkin ada negara yang takut tersaingi kalau Indonesia bikin pesawat,'' ujarnya mengingat sejarah kelam PT DI itu.

Bayangan menerima duit gede USD 1,2 milliar menguap. Malah, PT DI harus memikirkan cara menghidupi karyawan yang telanjur direkrut. Proyek memang batal, tapi orang-orang yang hidup dari PT DI juga tetap harus dikasih makan. ''Akhirnya, mau tidak mau, kami mem-PHK karyawan secara baik-baik,'' katanya.

Pada 2003, PT DI memutus kerja sembilan ribu lebih karyawan. Jumlah itu terus bertambah. Dari 16 ribu pekerja, PT DI hanya menyisakan tiga ribu pekerja. Baik di bagian produksi maupun manajemen. Kondisi itu semakin membuat PT DI terpuruk. Apalagi, tak ada lagi order pesawat yang datang. Roda perusahaan pun tak berjalan.

Namun, PT DI berupaya mempertahankan diri. Semua pasar yang bisa menghasilkan duit disasar. Mulai pembuatan komponen pesawat hingga industri rumah tangga seperti pembuatan sendok, garpu, dan sejenisnya. Salah satunya membuat alat pencetak panci.
''Pabrik-pabrik pembuat panci itu kan perlu alat pencetak. Biasanya mereka impor dari luar negeri. Mengapa harus impor kalau bisa kita bikinin. Dan, itu lumayan untuk membuat roda perusahaan berjalan,'' kata Budi. Tapi, urusan panci itu tak banyak membantu. Pada 2007, BUMN yang didirikan pada 26 April 1976 itu dinyatakan pailit alias bangkrut.
***
PT DI tak lantas almarhum. Pemerintah masih punya keinginan mengembangkannya meski modal yang diberikan tak terlalu deras. Dan, kendati sudah dinyatakan pailit, masih ada rekanan dari mancanegara yang percaya akan kualitas produk PT DI.

Salah satunya British Aerospace (BAE). PT DI mendapat order sebagai subkontrak sayap pesawat Airbus A380 dari pabrik burung besi asal Inggris itu. Juga ada order dari dua negara Timur Tengah enam pesawat jenis N-2130. Apalagi, Indonesia sudah menceraikan IMF. Artinya, PT DI sudah leluasa berdagang pesawat.

Budi menuturkan, order enam pesawat itulah yang bisa dibilang ''menyelamatkan'' PT DI saat itu. Laba dari pesanan itu digunakan sebagai modal pengembangan. Selain itu, PT DI semakin fokus menggarap pasar komponen dan bagian-bagian pesawat dengan menjadi subkontrak atau offset program. Antara lain bagian inboard outer fixed leading edge (IOFLE) dan drive rib alias ''ketiak'' sayap milik Airbus A380.

Airbus A380 adalah pesawat bikinan Airbus SAS (Prancis) yang sudah kondang di jagat dirgantara. Pesawat ini biasanya digunakan untuk penerbangan internasional lintas benua dengan muatan 500 hingga 800 penumpang. ''Kita mencoba meraih untung dengan menjadi subkontrak dari pemain besar,'' kata Budi.

Kondisi PT DI terus membaik. Dalam waktu dekat mereka akan memproduksi pesawat tempur dengan dana urunan bersama pemerintah Korea Selatan (Korsel) sebesar USD 8 milliar. Indonesia menyumbang USD 2 milliar, sedangkan pemerintah Korsel USD 6 milliar. ''Tapi, untuk Indonesia itu akan kita konversikan dalam bentuk tenaga, teknologi, dan pengembangan pesawat tersebut,'' katanya.

Kemampuannya tak jauh berbeda dengan F-16 Fightning Falcon, pesawat tempur kondang buatan Amerika Serikat yang digunakan 24 negara di dunia. Rinciannya, 200 unit untuk Korsel dan 50 untuk Indonesia. ''Proyek ini memakan waktu sampai tujuh tahun,'' kata Budi.

Selain itu, order dari Timur Tengah terus berdatangan. Sejumlah negara memesan CN-235 untuk pesawat pengawas pantai, pengangkut personel militer, dan pemantau perbatasan. Dari dalam negeri, Kementerian Pertahanan (Kemhan) juga memesan enam unit helikopter dan Badan SAR Nasional (Basarnas) empat unit.

Budi mengakui, tren industri dirgantara di Indonesia terus naik kendati perlahan. Paling tidak, tujuh tahun ke depan, PT DI bisa meraup laba yang lumayan dari membuat pesawat. Sebenarnya, kata Budi, keuntungan itu bisa didongkrak bila ada keberanian mencari pinjaman. Tapi, itu bakal sulit. ''Tidak banyak bank yang mau. Sebab, risikonya terlalu tinggi. Padahal, semakin tinggi risiko, janji revenue juga besar,'' kata Budi yang lulusan Teknik Penerbangan, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan menyelesaikan gelar MBA di Belanda itu.

Strategi pengembangan PT DI saat ini, kata Budi, tak bisa terlalu ekspansif. PT DI memilih berjalan perlahan dengan memanfaatkan margin keuntungan sebagai modal pengembangan. ''Begini saja, lebih aman,'' kata Budi lantas tersenyum. (aga/c2/iro)

(JawaPos)

13 komentar:

  1. sip... semoga pemerntah atau lembaga keuangan nasional yang mau memberikan modal sehingga PT DI segera bisa pulih terus bersaing dengan produsen penerbangan lain. Sukses untuk PT DI, Jayalah Negeri Ini.... VIVA INDONESIAKU..

    BalasHapus
  2. mantap,,,
    minimal perkuat dulu hanud kita sendiri,

    BalasHapus
  3. mendengarnya terharu, semoga bisa cepat bangkit tapi hati-hati penghianat negara yang datang dari penguasa dan pengusaha yang lebih bangga dagang dari pada produsen, orang-orang ini berharap recehan calo pesawat. . . jangan sampai kesodok pesawat china yang orderin oknum cina, sudah kaya pulang ke china.

    BalasHapus
  4. mantap...
    Berkibarlah Benderaku.
    Berterbanglah Garudaku.
    Kepakkan sayapmu selebar-lebarnya.
    Hingga mampu menjangkau semua negara.
    Di dunia.

    BalasHapus
  5. Mantap,,,
    PT. DI harus didukung oleh pemerintah
    kita bisa buat pesawat bagus mengapa harus beli kecina.......

    BalasHapus
  6. maju terus indonesiaku. pantang mundur.

    BalasHapus
  7. pemerintahkita kuang menghagai hasil dari karya anak bangsa dan riset2 yan dilakukan. edepan pemerintah harus fokus mengejar ketertinggalan dari negara cina, yang telah jauh melesat di segala bidang. jangan hannya saingannya dengan malaysia. ayo kita terus berkarya dan membuat yang terbaik buat bangsa dan negara kita tercinta ini, selamat berkarya dan terus berkarya

    BalasHapus
  8. Wahai PTDI bersabarlah dalam meraih cita-cita yang agung, tidak ada perjuangan yang akan membuahkan hasil yang gemilang. Sekarang engkau didera dengan berbagai halangan dan rintangan ...tapi percayalah itu semua tantangan dan cobaan yang akan membuat engkau lebih dewasa dan tegar dalam mengarungi badai dan hempasan dalam perjalanan eksistensimu, ketahuilah bahwasannya segenap tumpah darah Indonesia mendukungmu agar engkau berdiri kokoh, namun sayang badai hantaman dari sebagian orang Indonesia yang memandang sinis kemampuan sumber daya anak bangsa masih belum menginsyafi bahwasannya cita-cita besar anak bangsa perlu didukung oleh segenap tumpah darah Indonesia tanpa kecuali.....Tapi Percayalah wahai PTDI....cita-cita besarmu suatu saat akan terwujud...dan tentu saja kami sangat bangga dengan eksistensimu....wahai PTDI percayalah doa segenap tumpah darah Indonesia akan didengar oleh Yang Maha Kuasa dan kelak engkau akan menjadi kebanggaan seluruh tumpah darah Indonesia,....Jayalah PTDI.....Jayalah Indonesia-ku.....!!!!

    BalasHapus
  9. itulah licik nya bank IMF.padahal pesawat tinggal produksi karna uda ada pesenan.tp sayang indonesia susah lepas dari pengaruh AS dan IMF.sampai kapanpun AS mencari cara untuk menghentikan kemajuan negara lain.jadi susah kemajuan indonesia kalau gk bisa lepas dari pengaruh AS dan IMF.hampir semua saran IMF ke indonesia bertambah ambruk ekonomi negara.IMF berarti amerika.karna saham dan posisi di negara itu

    BalasHapus
  10. Mafia pesawat/mobil sama saja, satu AS yg lainnya Jepang dan lama kelamaan mrk bosen sendiri akhirnya Indonesia akan mendpk teknologi pesawat/mobil...bravo NKRI

    BalasHapus
  11. PT DI dpt meniru pesawat F 35 AS yg katanya ndak bagus, dr pesawat yg ada spt N 219/245 disesuaikan dg daya angkut(maksudnya dpt mengangkat rudal yg banya), tdk mudah ditangkap radar, terhubung satelit dan saya kira sdh sangat bagus utk operasi udara. Jadi menggunakan prinsip dr F-35 AS, dg terus inovasi maupun kreatifitas dg memanfaatkan satelit sdh konek sampai Pulau Rodo ke Merauke dg syarat rudal yg yg sdh modern spt S-400. Jayalah PT DI...salam

    BalasHapus
  12. Biar lambat tapi pasti dari pada beresiko ambruk. Maju negriku, jayalah bangsaku, bangkitlah pt di utk meraih kejayaan yang pernah tertunda. Bravo..!!

    BalasHapus
  13. [img]https://i.imgur.com/cDN8anP.jpg[/img]
    Segera mainkan permainan menarik bersama kami MBO128 dan juga Agens128
    Banyak bonus yang bisa kalian dapatkan setiap harinya dan juga ada juga bonus mingguan yang besar
    Selain itu kalian bisa melakukan deposit menggunakan ovo,dana,gopay,linkaja dan sakuku serta dilayani oleh customer service kami yang ramah :)
    tunggu apa lagi segera bergabung bersama kami sekarang juga !!

    Contact Kami :
    WhatsApp : 0852-2255-5128
    [url=https://bit.ly/3pRdbEv]Sabung Ayam Online[/url]
    [url=https://bit.ly/31KcG3g]Agen Poker Deposit Pulsa Terpercaya[/url]
    [url=https://bit.ly/3kNWO81]Grup Bola Mix Parlay[/url]
    [url=https://bit.ly/3kNWO81]Tips Mix Parlay Free[/url]
    http://178.128.90.3/

    BalasHapus