11 April 2014
Eurofighter Typhoon diusulkan oleh PT DI karena alasan kemudahan transfer teknologi (photo : Saeed Ezadi)
JAKARTA - Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara masih mengkaji calon pengganti pesawat tempur F-5 Tiger yang akan dikandangkan. Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis, mengatakan empat pesawat generasi 4,5 atau mendekati kemampuan pesawat siluman atau antiradar yang dilirik adalah Sukhoi Su-35 buatan Rusia, SAAB JAS Gripen produksi Swedia, Dassault Rafale dari Prancis, serta Boeing F/A-18E/F Super Hornet bikinan Amerika.
"Masih kami pertimbangkan dari sisi anggaran. Kami mempelajari yang paling menguntungkan pemerintah," kata Rachmad kepada Tempo di kantornya, Rabu pekan lalu. Rachmad belum bisa memastikan jumlah anggaran untuk membeli pesawat baru.
Sumber Tempo di Kementerian Pertahanan mengatakan sebenarnya ada usulan baru pengganti F-5 Tiger. Yaitu Eurofighter Typhoon yang diproduksi bersama oleh Inggris, Spanyol, Jerman, dan Italia. Usul pembelian Typhoon diajukan oleh PT Dirgantara Indonesia.
Menurut sumber ini, PT DI beralasan para produsen Typhoon lebih mau berbagi ilmu atau transfer teknologi. Bahkan, sangat mungkin PT DI diberi lisensi memproduksi beberapa suku cadang. "Kalau pesawat buatan Amerika dan Rusia tak ada transfer teknologi," kata si sumber. Berdasarkan Undang-Undang Industri Strategis, pembelian alat utama sistem persenjataan dari luar negeri harus disertai dengan alih teknologi.
Direktur Teknologi Penerbangan PT DI Andi Alisjahbana tak mau berkomentar tentang usulan perusahaannya. Dia hanya mengatakan pengadaan persenjataan sebaiknya tak hanya melihat kecanggihannya. "Tapi diperhatikan pula kesediaan negara pembuat untuk membagi teknologi dengan industri dalam negeri," katanya.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto menanggapi positif usulan Typhoon sebagai pengganti F-5 Tiger. Musababnya, Typhoon punya kemampuan relatif sama dengan calon pengganti lainnya.
Hadi juga menilai pembelian Typhoon bakal menambah varian pesawat tempur Angkatan Udara. "Tapi keputusan pembeliannya berada di Kementerian Pertahanan." Sejumlah pilot tempur yang ditemui Tempo justru menilai pemerintah seharusnya membeli Sukhoi Su-35. Pesawat ini dianggap superior di udara dan menimbulkan efek gentar bagi negara tetangga.
(Tempo)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rencana putar haluan akusisi su 35 bm sudah hampir jadi keyataan mirip ks kilo hampir di akusisi ...entah kenapa gara2 di iming imingi tot begek ks kilo pun rontok di hantam kapal selam changbogo class anjing kampung .
BalasHapuskalo pandangan saya, ini kemungkinan akan menjadi dasar ifx dikemudian hari, jadi system typhon mungkin bisa di benamkan ke ifx jadi bekal dasr program berikutnya
BalasHapusUntuk Thypoon khan memang settingannya seolah2 begitu, padahal kontraknya khan bareng sama KS Astute...Kalo untuk Support ToT IFX ya selain dgn Korsel alternatifnya ya dgn Prancis, jadi yg sudah pasti masuk 1Sq+ Thypoon, 2 Sq Rafale + ToT, 1 atau 2 Sq Su 27/30, 1 Sq Su 35...+ 1 Sq F16 Blok Terbaru
BalasHapussemoga TOT tidak berlangsung lambat sampe 500 tahun seperti pesawat IFucx kelas picanto yang di janjikan korea jadi yang lain udah generasi 6 indonesia cuma dapet 4.5
BalasHapusSetelah generasi 4,5 Indonesia menguasai, dilanjutkan ke generasi 6 kan sdh belajar tinggal loncat. He...........he.....
BalasHapussaya sih su35 aja hehehe ngak ada yang nadingin boleh adu , produk amrik dan eropa nooooo embargo ciiiing
BalasHapus