27 Juli 2015
Pangkalan kapal selam di Palu untuk mendukung kedatangan 2 kapal selam baru dari Korea (photo : Kaskus Militer)
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam kunjungan kerjanya ke Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (23/7) silam, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Tedjo Edhy Purdijatno, sempat mengutarakan bakal mempercepat realisasi pembangunan pangkalam kapal selam di Pangkalan TNI AL (Lanal) Watusampu, Palu.
Pihak TNI AL pun menargetkan, pangkalan kapal selam itu sudah selesai pada awal 2017 mendatang.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI M Zainudin, mengungkapkan, saat ini pihaknya memang terus melakukan upaya pengembangan pembangunan pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah. Pengembangan ini pun diharapkan selesai pada saat kedatangan dua kapal selam baru yang dipesan dari Korea Selatan.
Rampungnya pembangunan pangkalan itu nantinya dapat mendukung kedatangan dua kapal selam baru yang memperkuat TNI AL tersebut. ''Dua (kapal selam baru) di awal 2017 dan di akhir 2017. Jadi (pembangunan pangkalan kapal selam) diharapkan bisa sudah siap di awal 2017,'' kata Zainudin saat dihubungi Republika, Ahad (26/7).
Kadispenal menambahkan, dalam upaya pembangunan pangkalan kapal selam itu, pihaknya melaksanakan secara bertahap. Selain itu, pembangunan itu disesuaikan dan berdasarkan anggaran yang didapat dari APBN. Saat ini, pembangunan dermaga dan dok untuk kapal selam sudah hampir rampung diselesaikan.
''Terutama fasilitas-fasilitas yang khususnya untuk kapal selam,'' ujar Zainudin.
Dalam Rencana Strategis Minimun Essential Forces (MEF), TNI AL memang sempat menargetkan menambah armada kapal selam yang mereka miliki.
Saat ini, TNI AL baru memiliki dua kapal selam, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Dua kapal selam itu pun sudah tergolong cukup tua dan beroperasi sejak 1980 silam. Alhasil, pemerintah lewat Kementerian Pertahanan telah menyepakati soal pembelian tiga kapal selam jenis Changbogo dengan sistem transfer of techology (ToT).
Rencananya, dua kapal selam itu akan dibuat di Korea Selatan oleh perusahaan galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Kemudian satu unit kapal selam akan dibuat oleh industri galangan kapal dalam negeri, yaitu PT PAL.
Sebelumnya, dalam rencana pemenuhan alutsista yang mengacu pada MEF, 2013 silam. TNI AL mengungkapkan kebutuhan sekitar 12 kapal selam untuk bisa menjamin pengamanan wilayah NKRI.
Selain kapal selam, TNI AL juga terus melakukan program peremajaan dan modernisasi Alutsista, terutama untuk kapal-kapal patroli yang kondisinya sudah tua seperti, fast patrol boat (kapal cepat patroli), Kapal Frigate dan Korvet buatan Belanda, serta kapal penyapu ranjau.
''Jadi rata-rata sudah hampir 40 tahun kapal-kapal ini. Sebelum mereka habis, kita proses remajakan, jangan sampai terjadi kekosongan alutsista karena ketidaksiapan TNI dalam peremajaan. Mudah-mudahan semuanya itu sesuai waktu,'' ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Ade Supandi, beberapa waktu lalu.
(Republika)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
sejujurnya kita dari saman orde baru sampai sekarang jadi korban orang 2barat yg hidup sangat layak di ibu kota , berkaca ke negara besar lain nya merdeka bareng keliatan sekali indonesia di kebiri bangsa sendiri contoh china dan india ...kita punya bajai di dua negara asia raksasa sudah megusai tehnologi tingkat tinggi se class lamborghini lucu nya di jakarta dan di negara sebelah sering bersautan kalau kita indonesia anggaran pertahanan di naikan 1% ajaa negara sebelah pada ribut ..australia belli ratusan jet tempur f35 dan kapal induk kita indonesia diam sajaa cilaka nya menhan dan panglima tni kadang mirip pemain sepak bola rancak ... kita tidak butuh kapal penjelajah tidak butuhh jet tempur itu selalu di ulang 2 sekan akan kita sudah mengakui sudah keok sebelum berperang .
BalasHapus