02 Februari 2017

Myanmar in Advanced Negotiations to Licence-Build JF-17 Fighter

02 Februari 2017


JF-17 Thunder (photo : The life pile)

After deciding to purchase 16 JF-17 Thunder multi-role combat aircraft in 2015, Myanmar is now in advanced negotiations with Pakistan to also licence-build the third-generation fighter, defence industry sources in Yangon and sources close to the Myanmar Air Force (MAF) told Jane's in mid-January.

If an agreement is reached, Myanmar's bid to manufacture the single-engine combat aircraft - co-developed by the Pakistan Aeronautical Complex (PAC) and China's Chengdu Aerospace Corporation (CAC) - could mark a significant step forward in the country's efforts to expand its local defence industry.

As the MAF phases out its obsolete fleet of F-7M Airguard and A-5C 'Fantan' combat aircraft purchased from China in the 1990s, licensed production of the JF-17 Thunder would also mean that the aircraft will likely become the MAF's workhorse over the coming decades in much the same way as it has moved to prominence within the Pakistan Air Force (PAF).

At least 70 of the fighters are in service with the PAF, with the first ones having entered service in 2009. Expectations are that the PAF will induct up to 150 JF-17 Thunder fighters in the coming years.

The first of 16 imported JF-17s ordered by Myanmar are expected to go into service with the MAF later this year. Speaking on condition of anonymity, sources told Jane's that these aircraft will be of the Block II variant, which was first rolled out from the PAC's Kamra plant in 2015 and which, unlike the Block I variant, features an air-to-air refuelling capability and improved avionics and electronics.

It is unclear whether later deliveries to the MAF will include the far more advanced Block III variant being produced at Kamra since last year. Sources told Jane's that in the context of ongoing negotiations on licensed production, Myanmar is seeking to produce the aircraft's Block III variant.

(Jane's)

25 komentar:

  1. Wah mantab nih myanmar... habis lisensi fregat sekarang jet fighter... salut deh 👍

    BalasHapus
  2. Ini myanmar pengen ngejar gengsi doang? Salah satu negara paling miskin di asean kok seolah olah punya teknologi yg mendukung pengembangan alutsista... Fregat kemarin yg di bangun jg banyak make tenaga asing dari china, walaupun teknologi kelas 2 tp meraka sebetulnya belum punya kemampuan industri ke arah situ.

    BalasHapus
    Balasan
    1. abis makan tai ya bang? suka2 mreka mo dibeliin apa, knape lo yg sewot

      Hapus
    2. Otak lu kayaknya yg isinya tai, lu gak ngeeti industri alusista butuh dasar ekonomi kuat gak cuman niat dong,ngomong sama orang goblok ya emang harus sabar nanggapin... Wkwkwkwk

      Hapus
    3. Mulut ga berpendidikan buat apa diladenin bos Alki? Orang tolol begitu kalau diladenin kesenengan.

      Hapus
  3. Ferdi ini kata2nya kasar banget...kok gak dibanned min

    BalasHapus
  4. indonesia sepatutnya dapatkan license dari pakistan utk bangunkan pesawat ini..dari mengharap proyek kfx/ifx yang tah bila siap..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kira proyek kfx/ifx lebih menguntungkan bagi Indonesia. Kerjasama dengan korsel terbukti berjalan baik.
      JF 17 proyek Pakistan-China. Proses TOT dari china belum terbukti untuk Indonesia. C-705 misalnya.

      Hapus
    2. Kebalik om ..kfx bisa bikin bangkrut negara .

      Hapus
    3. Goblok. Proyek KFX itu proyek bikin pesawat tempur semi stealth jelas makan waktu dan uang. Amerika aja yang udah pengalaman bikin F-22 perlu waktu dari 1996 buat bikin F-35 + 1 triliun dollar lebih dan sampai sekarang belum beres. Waktu dan uang yang dikeluarin Indonesia belum seberapa buat proyek selevel itu.

      ToT C-705 itu ga seberapa dibanding KF-X jelas lebih murah. Sekarang tahap pertama proyek aja belum jelas padahal cuma tahap ngerakit C-705 di Indonesia dan udah jalan lebih lama. Kenapa lu ga bacotin itu proyek C-705 ha? Tolol.

      Hapus
  5. lisensi apc 8x8 btr 3 kyknya uda dpt, kan pesen 1000 dri yukrein. begini kok dibilang negara kismin, org kite aje ada byk jd tenaga kerja industri disono.

    kalo mao maju BUMN strategis yg ngerjakan alusista kita jg harus brani sewa pekerja asing yg propesional, daripada sewa pekerja lokal tapi ngibul! ada tuch yg ngrakit, pake ngaku2 buatan lemdalem negeri, karya anak bangse euy. smpe usernya kecewaahh brp turunan tuch haha!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lu ngerti pdb mereka dan kemampuan industri mereka?

      Rezim yg di kuasai junta militer ya gini biar di kira kuat pencitraan di perlukan biar terlihat strong... Walaupun mulai ada perkembangan ke arah demokrasi tetep yg bercokol ya banyak dari dedengkot junta militer, lihat negara yg industrinya sip dan punya kemampuan seperti singapore gak perlu sok strong buat di segani.

      Hapus
    2. gak tau, silakan beri penjelasan om? guwe seneng bgt mendengarnya.

      Hapus
    3. @palu gelek

      Pesawat/heli manalagi nih yg dimasalahin?

      Sampai 2025 pt.di dapet order 125 set tail boom&fuselage H-225/H-225M...pt.di juga kebagian pesanan sayap utama,sayap ekor&sayap vertikal c-295 (plus fuselagenya utk konsumsi dalam negri).

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. @palu gelek

      Nc-295 dan ec-725 jelas aja ngerakit...org pt.di tidak terlibat dalam pengembangannya.

      Jangan norak gitu dong....

      Hapus
    6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    7. @Palu gada ,kamu harus tahu ada 2 raksasa industri penebangan dunia yaitu AS dan eropa .Eropa di wakili oleh AIRBUS ,walau jug ada usaha patungan antar negara eropa bukan dalam konsersium airbus .Tapi yang kuat adalah AIRBUS .
      DI butuh AIRBUS untuk membantu sertifikasi dan dukungan suku cadang dalam membuat pesawat .Kalau mereka tidak dukung DI maka pesawat yang di produksi akan sulit di pasarkan.Karena standar sertifikasi yang di akui dunia hanya standar eropa yang di wakili AIRBUS dan standar Amerika.
      Boleh di sebut DI itu adalah binaan AIRBUS ,karena kita ikut standar mereka dan mereka kasih kita banyak proyek pembuatan suku cadang .Dengan demikian produk DI bisa di terima pasar .
      DI tidak pernah mengaku EC Cougar,puma ,C295,atau lainnya adalah buatan DI.Yang buatan DI adlah cn235 sebentar lagi N219 .
      Sebagai perakit COUGAR tentu DI akan lebih untung TNI pakai COUGAR dari pada AW . Kalau tni pesan cougar itu kosongan atau bahasa kasarnya "bahan "pengenbangannya /modifikasi itu nanti Di yang mengerjakan sesuai kemauan user misal mau ditambahkan alat apa,dimodif seperti apa. Jangan salah memodif wahana terbang bukan sama dengan memodif mobil ,harus dikerjakan tenaga ahli dan dapat sertifikat dari AIRBUS.Heli yang sudah di modif harganya akan semakin mahal tergantung apa yang di pasangkan dan tingkat kesulitannya .Bisa jadi biaya modif lebih mahal dari hely kosongan dari air-bus.Kalau di industri mobil seperti MUGEN,LEXUS. Harga yang mereka patoh berlipat kali dari standar .
      Kalau TNI sering mengeluhkan DI lambat dan tak profesional .Kita harus pertanyakan kenapa hanya TNI yang mengeluh tapi pelanggan lain diseluruh dunia tidak ada mengalami masalah sama?. TNI au punya unit khusus bagian perawatan pesawat dan hely yaitu DEPOHAR . Jadi kalau mereka tidak bisa /tidak sangup melayani kebutuhan TNI ,maka jangan salahkan DI . Sampai sekarang belum pernah dengar ada mou atau perjanjian kerjasama perawatan/perbaikan antara DI dan TNI . Kalau man-hour insinyur DI diminta gratisan membantu TNI jelas DI tidak mau . Tenaga ahli yang sudah punya setifikat dibidang perawatan pesawat biasanya punya sertifikat yang diakui seCARA Internasional .Masak mau gratisan ?
      Kalau pesana Hely TNI lambat datangnya ,itu juga tergantung dari Airbus ,bahannya aja belum di kirim dari AIR-BUS apa yang mau di kerjakan DI ? Memodif itu juga penuh perhitungan matang ,hampir sama sulitnya dengan merancang awal . Jadi kembali perlu DI dan TNI duduk bareng agar services untuk TNI bagus dan DI juga tidak dirugikan.Jangan mentang -mentang TNI-AU komisaris DI bisa berlaku seenaknya ?.

      Hapus
  6. Congratulations. I hope everthing goes well with this project.

    BalasHapus
  7. negara myanmar dan singapure sytem pemerintahan yaris sama otoriter dektator . Cuma singapure pulau kecil bentukan sekutu di desain untuk menampung pelarian kruptor sejagat . Beda myammar di kekang kanan kiri di tekan kanan kiri pingin jadi negara mandiri pelan dan pasti mulai keliatan di banding proyek kfx ifx hanya bikin gendut broker ...proyek myammar jf-17 fighter bakal mendahului terbang ke angkasa .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bolot. Proyek JF-17 wajar selesai lebih dulu wong cuma proyek lisensi buat ngerakit pesawat udah selesai dan bukan proyek KF-X yang harus design pesawat dari awal.

      Jelas waktu yang diperlukan lebih pendek lah. Istilahnya yang satu cuma selevel model kit lengkap dengan instruction manual dan yang lain bikin model kit sendiri mulai dari design 3Dnya, cetak part plastiknya, dll.

      Bandingin kok Singapura dan Myanmar. Semua orang juga tau negara mana yang lebih makmur, militernya lebih kuat, dan industri militernya lebih maju. Bikin perbandingan kok malah bikin negara yang mau dibela kelihatan lebih jelek. Bego kuadrat.

      Hapus
  8. Inggit na naman tong mga Indons at Malaysians.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Please fuck off and never return. You have no knowledge to share to us and you keep bitching about Indonesia and Malaysia. If you've got no factual knowledge to share us and you're just here to spew bullshit, please just fuck off.

      Hapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. That is true. You cant accept that our nrighbor myanmar could do that in their oen way.

    BalasHapus