23 Juli 2021
B-21 Raider bomber aircraft (image : Northrop Grumman)Re-establishing Australia’s bomber fleet: the case for the B-21s
The government’s 2020 Defence Strategic Update provided refreshing clarity about our deteriorating strategic environment and the need for new military capabilities to address it.
These include long-range strike capabilities to impose greater cost on potential great power adversaries at greater range from Australia. The government also included a shopping list of those capabilities giving a broad outline of schedule and the scale of investment.
But there’s a big gap between where we are today and where we need to be, and the shopping list crosses that gap achingly slowly. In the vast reaches of the Indo-Pacific, range is crucial and the ADF’s long-range strike cupboard is bare.
The F-35A Joint Strike Fighter has an effective combat radius of about 1000km. That can be boosted to about 1500km with the use of expensive and vulnerable tanker aircraft. But even that doesn’t cover much of our neighbourhood. It’s also easily out-ranged by Chinese missiles — it doesn’t matter how good the F-35A is if it’s taken out on the ground or its airbases destroyed.
The navy doesn’t have much to offer either. Its six submarines provide only two for operations, which doesn’t guarantee one on station to our north. They can only carry a few strike missiles and once they’re fired, it’s a one-month turnaround back to Australia to reload. And on the current Attack-class submarine schedule, it could be close to 2040 before the number of boats in our submarine fleet grows.
B-21 Raider bomber aircraft (image : USAF)With the government providing Defence with $575bn over the coming decade, the department has to do better at getting effective strike capability into service sooner.
One option that could deliver formidable long-range strike power well before the future submarine arrives are bombers. It’s strange that bombers don’t get much attention as a military option for Australia, considering we have a long history operating them. We flew bombers out of northern Australia during WWII against the Japanese to telling effect, and it was only a decade ago that the F-111, long a mainstay of Australia’s deterrent capability, was retired.
12 B-21 stealth bomber for Australia
The only real candidate for a crewed long-range bomber is the United States’ B-21 stealth bomber, currently under development and planned to enter service late this decade. Remarkably for a developmental project, the B-21 seems to be roughly on schedule and on budget by leveraging the technologies used in earlier stealth aircraft projects. It’s using two F-35 engines, for example, but this will give it three or four times the range of the F-35. That will allow it to reach far out into the Indo-Pacific, greatly complicating the planning of any adversary operating against us or our friends. It also means it can be based deep inside Australia, far from threats, and still not need to rely on tanker aircraft.
If Australia had a squadron of 12 aircraft, it could dispatch a flight of three aircraft carrying around 30 long-range anti-ship missiles in the morning and follow it up with another in the afternoon. Unlike submarines, they can do it all again the next day. If the mission was to strike ground targets, they could each carry 50 guided bombs.
RAAF operated 2 squadron (24 units) of F-111C bomber and retired them in 2010 (photo : AeroCorner)Granted, bombers can’t do everything that submarines can do (and the reverse is also the case). But they can potentially deliver similar results differently, for example by destroying enemy submarines in port, rather than hunting them down at sea. Or by dropping sophisticated sea mines off the enemy’s naval bases.
Certainly, that kind of capability doesn’t come cheap. The US is aiming for a unit price under $1bn. A squadron of 12 aircraft will likely total around $20-25bn once we add in bases, support systems such as simulators and maintenance facilities, and so on. That’s a lot, but compared to the $45bn to be spent on the future frigates, the $89bn on submarines, or indeed the $30bn on armoured vehicles, it’s a price worth considering. It also means we are only sending a crew of two into danger, as opposed to more than 60 on an Attack class submarine or 180 on a future frigate.
Of course, if we buy B-21s from America, not a lot of money will be spent here on local industry in their acquisition. But the Defence budget shouldn’t be seen primarily as an industry program. Moreover, the bulk of spending over the life of a military aircraft is in its sustainment, and much of that will be spent here.
There’s one other potential option, a Goldilocks solution with greater range than a F-35 but less capability and cost than the B-21. It would involve developing a bigger, multi-engined version of the Loyal Wingman uncrewed combat aircraft recently test flown by Boeing Australia. That would take a commitment from the government and Defence to invest in its development, as well as trust that autonomous systems can deliver lethal effects at long range.
But we could pursue both approaches as an insurance policy to hedge the risks we are facing.
Ehem...
BalasHapusSudah dibilang, kalau mau bandingkan dan kalian musuhi itu tetangga di selatan ini. Secara history sudah terbukti menjadi lawan. Bukan Malon.
HapusNgatur...πππ
HapusAustralia kayaknya lebih butuh SM-3 buat nangkis Dongfengπππ yasalam
BalasHapusperencanaan yang matang,dilihat dari segala aspek dan mengambil kepitisan dengan menghitungkan segala aspek baik uang,crew dan waktu pergelaran.
BalasHapusTapi tetap saja sering meleset......contohnya rancang bangun collins class, hunter class dan kasel terbarunya πππ
Hapusπππ pembengkakan biaya ππ
HapusManurutku ini menunjukan perencanaan yang tidak matang. Masih lebih baik Royal Navy dan RAF.
HapusKalau mau lihat perencanaan matang, lihat Jerman dan Jepang.
smoga indonesia juga matang dalam perencanaan.. maju TNI
BalasHapusWah, tetangga selatan ni makin bertaring
BalasHapusBelum pasti diizinin, permintaan australia untuk F-22 aja ditolak ππ, apalagi B-21 yang lebih canggihππ
HapusOra oleh karo pakde biden... Urong wektune
HapusAustralia kurang percaya diri pakai F-35 πππ
BalasHapusKlo d suruh milih f22 raptor sama f35....ane pilih f21 @om mechanize...lebih battle proven...operasional gede jga sih tpi gk segede f35...sama tidak smua negara d dunia punya om....f35 jga banyak komplain jga dr negara negara pemakainya
HapusF-35 juga kurang siluman dan banyak masalah. Daya jangkaunya pun kurang baik dibandingkan F-22. Jelas Australia lebih minat F-22 tapi bertepuk sebelah tangan.
HapusStudi kasusnya pakai analisa netralisir kapal selam. π
BalasHapusBesok kita bikin skenario latihan juga, pecegatan bomber di udara. π
Dalam studi kasus ini, jelas bukan kasel china yang dianalogikan.
Hapusππ gimana kalau Kasel Nuklir Balistik yang nyerang Australia, cuma bisa melihat yasalam
HapusYang cuma pengin pengganti nuri cuma nangis di pojokan.
BalasHapusNuri gantinya ambulan terbang xaxaxaxa
HapusNgalahain China mau pakai bomber tetap sulit. China punya kelompok kapal induk di perbatasan lautnya yang punya pesawat tempur, belum lagi sistem pertahanan udara berlapis-lapis didarat dan laut. Mau pakai rudal balistik yo dicegat HQ-26. Opsi terbaik cuma pakai Kasel Balistik Nuklir,langsung nongol didekat Beijing. Tapi taruhannya ya nyawa semua kru.
BalasHapusBuat ngebom siapa ini? China jauh di utara, yg terdekat Indonesia.
BalasHapusBomber ini memang buat lawan China ππ, China aja pernah rilis video penyerangan Guam milik Amerika dan pernah disuruh pengamat untum mengebom Canberra. Jadi opsi terbaik ya mengebom balik Beijing. Tapi tetap susah
Hapushttps://www.news.com.au/technology/innovation/military/australia-virtually-defenceless-against-chinas-new-longrange-stealth-bomber/news-story/c622c68cb1619b0fc56b8289c688df25
HapusAussie enggak berani ngebom Indo....mereka ruginya lebih banyak
Hapusπππ mereka ngebom indo sama aja nambah musuh plus bikin indo balik ke poros Jakarta-Beijing-Pyeyongyang-Moskow.
HapusIndo bakal langsug buka gerbang buat klompok tempur cinaπ
HapusJgn diremehkan jg dicocos island dan Christmas island pny nya ausie udh ada USMC yg udh standby lama.
HapusPerlu diingat juga bahwa Australia mungkin mendukung kemerdekaan Timor Leste dan Papua
HapusAustralia dulu mendukung Timor leste tapi sekarang tidak. Kalau urusan Papua itu Australia tidak peduli. Cuma ada oknum dalam Australia yang sok mendukung,tapi Mayoritas Konggres lebih mendukung Indonesia
HapusDr Christman island konon infonya jaman bapak besar memimpin, jakarta di Sadap..dr geografi dua pulau itu lbh dekat ke teritory kita
HapusKnp ni malon, ausi, dan sekitarnya pada takut sama indonesia....pdhl indonesia biasa aj go ngapa ngapain xixixiix....pd ketakutan sendiri
BalasHapusKayaknya mereka lebih takut dibom H-20 Chinaπππ
HapusTpi kita jga waspada om klo jd perang perangan indonesia d tengah tengah om....waspada siapa tau pilotnya agak temperamen....jatuhin bom seenak jidatnya sendiri
Hapusπππππ bisa aja sih tapi kalau gitu kita bikin Soekarno bangkit ππ biar kita bikin gerakan Ganyang Australia
HapusKarena indo punya kemampuan Agressor.
HapusBenar Om @Tupez..Cina punya NineDashLine...Indo pny MajapahitDashLine kl mengacu pd sejarah
HapusKetika Ganyang Malaysia masih ada ππππ
BalasHapusDi suatu hari yang sangat dingin di Rusia, Kruschev menjemput Soekarno. Tanpa banyak bicara dia mengajak Soekarno dan memberikan pinjaman tanpa bunga untuk Indonesia. Dari Soviet pula Indonesia mendapat aneka persenjataan canggih untuk operasi militer merebut Irian Barat.
Mulai dari pesawat tempur, pesawat pembom, kapal selam, kapal patroli hingga rudal anti serangan udara. Indonesia sempat menjadi negara paling kuat di Asia tahun 1960an.
Soekarno pun bersahabat dengan Ketua Mao. Sambutan untuk Soekarno di Peking saat itu sangat meriah, seolah menyambut tamu agung.
Dengan Kim il Sung, Soekarno pun bersahabat sangat baik. Kim tak pernah lupa pemberian Anggrek Soekarno yang selalu dianggapnya hadiah paling istimewa.
Poros Jakarta-Beijing-Moscow-Pyongyang pun terbentuk. Blok Barat, AS dan sekutunya panas dingin melihat Indonesia makin ke-kiri-kirian. Di satu sisi, mereka pun takut berhadapan dengan Indonesia karena angkatan perangnya yang kuat. Apalagi China dan Uni Soviet berada di belakang Indonesia.
Dulu indo keren y om
HapusSebenarnya kita masih poros itu sih ππππ,sejak peninggalan Suharto kita balik ke poros itu tapi secara diam2 makanya Prabowo tidak berniat menantang China karena Prabowo tau China bukan musuh.
HapusMakanya indonesia menolak P-8 Poseidon mangkal disini,bantuan China juga terbilang banyak untuk militer kita misalnya angkat KRI Nanggala. Itu bukti kalau kita masih diporos Jakarta-Beijing.
HapusBomber paman beruang aja di ijinin mendarat di sorong,,ππ
HapusBiasalah efek Sukarno masih ada
HapusSoekarno juga cocok dengan JFK. Sayangnya LBJ (Wapres dan penggantinya) 100% tidak percaya sama kita.
HapusAussi harus kerjasama dg indonesia kalau mau lawan china. Karena china pasti liwat indonesia kalau mau serang australia.
BalasHapusAustralia juga bisa diserang lewat timur dan barat omπππ,bukan cuma utara. Apalagi kalau diserang dari luar angkasa pakai senjata balistik.
HapusNanti ada yang juga mau tuh...guna foreign loan wkwk
BalasHapusForeig loan malaysia sudah tembuh 1.200 Billion USD tu kok bisa ya mat. Tapi kok gak ada perubahan ya di malaysiaπππ. Atau dirasuah dan masuk ke perut πππ
HapusForeign loan klo buat pertahanan negara gpp donh....drpd buat senang senang rajanya tpi nyusahin rakyatnya hayooooo
HapusForeign loan buat raja kawin lagi,,ππ€£
HapusCie pagi2 xavier udh keluar, mau nyari samapah tuk sarapan ya vierπ€£π€£π€£
HapusVier keluar dr Goa krn lapar, sampah diGoa udh abis makannya dia keluar nyari sampah buat sarapan..dekat gw tempeleng & tembak lo vierπ€£π€£π€£
HapusAda yang panas tuh, ga bisa beli FA-50 Golden Eagle...
BalasHapusWAIAKAKAKAKAKAKAKAK..
Kasian, terlanjur kirim crew buat coba pesawat, ternyata GAK MAU dibarter SAWIT.
LoL
Itu crew buat ujo coba ambulan terbang om xaxaxaxaxa
HapusTapi lumayan....mereka masih bisa beli "golden flower" (vcd nya" buat bacol sepuasnya πππ
HapusYaelah ommmm...
HapusCaesar juga dulu trial sampai patah as poros, hasilnya gak kebeli juga π€£
Korsel TAK mau BARTER sawit LON..
BalasHapusWakakakakakakk
Sannaa..pergi ke INDIA..
LoL
Sembang seram pamer foto CREW KL coba FA-50...
BalasHapusEeehh...KORSEL tak sudi ambil SAWIT.
LoL
Mali tuh
HapusMalu tuh
HapusPertanyaan yang lebih pas gini:
BalasHapus"Ada duit tidak?"
"US memang mau kasih aset strategis ke Aussie?"
ASPI itu lembaga kebanyakan omong doang, lebih parah dari CSIS yang masih ada gunanya untuk kajian
Mirip Bu Connie suruh beli J-20 πππ
HapusYa, kurang lebih bisa dibilang demikian...
Hapusπ€
Tapi bedanya ASPI ini pentolannya pada punya afiliasi dengan Partai Buruh, partai yang sama dengan partainya Tony Abbott yang obsesif sekali dengan ide "Australia selalu dalam ancaman negara tetangganya"
HapusMari angkat bendera hitam buat F-50 malon....π€£π€£π€£π€£π€£
BalasHapusKita masih berharap sabar mengkaji dan tawakal hingga musnakan keangkuhan di dalam dada ππ
HapusKaji? Uang ada keh keh kehπ€£π€£π€£
HapusKarna tulah disebab adanya keterbatasan kajian matang diperlukan agar tak merugi diwaktu hadapan
HapusDikaji, ditender, diCancel..Lagu lama kaset kusut pakciπ€£π€£π€£
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus
BalasHapusAlman Helvas
@AHelvas
Whether Indonesia will procure 30FFM from Japan depend on financial approval from Ministry of Finance. Referred to current plan, Indonesia will only acquire six 30FFM in the years to come. The price cap expected will be cheaper than Fincantieri's FREMM. Let's see what happen.
10.40 PM · 22 Jul 2021
Yang lucu, proyek yang pendanaannya masih kelabu seperti Mogami dan FREMM progresnya lebih terlihat daripada Iver yang uangnya sudah "tinggal pakai"π€
HapusIngin customized yah begitu. Engineering challenges lebih berat dari masalah pendanaan. Apalagi kalau ikut berhubungan dengan pendanaan.
HapusGk gampang customized..tuh contohnya Jiran sebelah, sok customized tp otak gk ada, jdnya Monumen ke tololan Maharogoleleπ€£π€£π€£π€£
HapusNanti iver juga ketahuan setelah BRS meluncur. FREMM dan Mogami mungkin lebih terlihat karena masuk anggaran 2020-2024. Sementara Iver anggaran 2015-2019. Perkiraan kalau FREMM masuk layanan akhir 2023/ awal 2024, sementara Iver akhir 2025/awal 2026. Jadi Iver kayak anak tiri dimata Prabowoππ.
HapusKolom komen di twitt nya helman ditampilkan dong @unknown......dibagian bawah ada komen yg lucu πππ
HapusYang ini bung π€£π€£π€£π€£
HapusDhimas Afihandarin
@Flankerchan
·
5j
Membalas
@AHelvas
Kok bisa murah ? Kapalnya doang kah ? gak pakai VLS.
Bukan.....masih kebawah lagi
HapusYang ini atau yang ada video GIF?
HapusNtar Aja Yaa
@ntar_yaa
·
4j
Membalas
@AHelvas
detail customized spec not decided yet...
It seems government still focus on the Covid-19 pandemi.
Is it true that the Navy is not fully involved in the procurement process?
Prabowo is really a Best Joker...
Naaaah ☝️....jauh-jauh hari udah ngomongin duit gede tapi speknya seperti apa baru akan dibahas kemudian π€·
HapusItu namanya ngeprank πππ
Lha wong iver lagi diutak-atik pilihan radarnya yg sesuai utk AL: dari TRS-4D (C band) geser ke NS-100/200 (S band).......tau-tau malah muncul FREMM (C band lagi) π€£π€£π€£
HapusBener kritikan bu koni π€
HapusIMHO, the use cases they stated are better off done by submarines. There's a reason why large bombers are going out of fashion.
BalasHapusMungkin ini wujud kegelisahan krn proyek kasel terkutang-kutang ukuran nya π€
HapusButuh waktu berbulan bulan untuk menemukan kapal selam. Sementara Pengebom mudah dideteksi. Makanya kebanyakan negara pengguna nuklir memakai kasel daripada pengebom.
HapusWow so many experts here
BalasHapusIndonesia wajib ketar ketir.. Tidur tidak sleeping.. Ausie punya potensi nusuk dari belakang
BalasHapus