11 Desember 2025

Boost for Australia’s Anti-submarine Warfare Capability as BAE Systems Australia Selects Ultra Maritime for Torpedo Defence System

11 Desember 2025

Surface Ship Torpedo Defence system (image: Ultra Mritime)

The Royal Australian Navy’s Hunter class frigates will be equipped with state-of-the-art defence systems following BAE Systems Maritime Australia’s decision to award Ultra Maritime a contract for its Surface Ship Torpedo Defence (SSTD) system.

ach Hunter class frigate will be equipped with Ultra Maritime’s world-leading technology, providing critical defence against torpedo threats using advanced acoustic detection and integrated countermeasures—enhancing the fleet’s anti-submarine warfare capability and safeguarding Australia’s maritime interests.

Incorporating a sonar and two methods of decoy, the SSTD system uses acoustic signatures to provide advice on the most effective tactics—such as zig-zags or hard turns - to defeat a detected torpedo.

Based in Mawson Lakes, South Australia, Ultra Maritime is already contracted to deliver the Bow Sonar into the Hunter Class Frigate Program, which has medium range active and passive sonar for detection of submarines.

Andy Coxall, Delivery Director – Acquisition, BAE Systems Maritime Australia, said:

“The Hunter class frigates are a critical capability for protecting Australian shores and safeguarding the accessibility of ship lanes and undersea cables that our nation depends on.

“Ultra Maritime is a world-leader in anti-submarine warfare and its expertise and proven solutions will deliver next-generation naval capabilities to these Tier 1 warships, ensuring they are equipped to meet evolving security challenges."

“Through partnerships with Australian suppliers such as Ultra Maritime, the Hunter Class Frigate Program is advancing our nation’s sovereign defence capability and supporting local industry to strengthen the national defence supply chain.”

Jonathan Sadleir, Vice President and General Manager of Ultra Maritime’s Australia business, said:

“Ultra Maritime is proud to provide the Royal Australian Navy with a full sense to effect capability that keeps ships and crews safe from the torpedo threats. This award adds to an expanding set of manned and unmanned vessels benefiting from Ultra Maritime’s pioneering anti-submarine warfare technologies.

“Leveraging global expertise, Ultra Maritime is positioned to support future maritime programs for AUKUS while continuing to grow and develop Australia’s sovereign undersea warfare capabilities.”

(BAE Sytems Australia)

Indonesia Expressed Interested in Al Khalid MBT and JF-17 Thuder Fighter Jet

11 Desember 2025

Al Khalid MBT adalah hasil pengembangan bersama antara Norinco, China dan Taxila,  Pakistan dengan bobot 46,1 ton (photo: Taxila)

Indonesia Expresses Keen Interest in Buying JF-17 Thunder Jets from Pakistan 
ISLAMABAD:Indonesia has demonstrated significant interest in forging deeper defense ties with Pakistan, particularly through the acquisition and joint development of proven military platforms such as the JF-17 Thunder fighter jet and the Al-Khalid main battle tank

This development emerges amid ongoing efforts by both nations to enhance their strategic partnerships, as highlighted during the recent visit of Indonesian President Prabowo Subianto to Islamabad. The discussions underscore a mutual recognition of the potential benefits in bolstering defense capabilities through collaborative initiatives, reflecting the longstanding diplomatic relations between the two Muslim-majority countries that mark their 75th anniversary this year.

Varian Upgrade AL Khalid MBT (image: War Thunder)

The JF-17 Thunder, a multi-role combat aircraft jointly developed by Pakistan and China, has garnered attention from Indonesia for its cost-effectiveness, advanced avionics, and versatility in various operational scenarios. Indonesian officials have noted its suitability for modernizing their air force, which seeks to replace aging fleets with reliable and affordable options. 

Similarly, the Al-Khalid tank, equipped with composite armor, a powerful engine, and sophisticated fire-control systems, aligns well with Indonesia's requirements for ground forces enhancement in diverse terrains. These platforms, produced by Pakistan's defense industry, offer a blend of performance and economic viability that appeals to nations aiming to strengthen their military without excessive financial strain.

JF-17 adalah pesawat tempur hasil pengembangan bersama antara Chengdu, China dan PAC, Pakistan (image: 

Beyond mere procurement, both countries envision expanded cooperation in research and development, co-production, and the creation of next-generation defense technologies. Such joint ventures could involve sharing expertise in aerospace engineering, armored vehicle design, and electronic warfare systems. Pakistani experts emphasize that this collaboration would not only facilitate technology transfer but also foster industrial growth in both economies. For Indonesia, partnering with Pakistan could accelerate its defense modernization program, while Pakistan stands to gain from diversified export markets and enhanced bilateral trade in high-tech sectors.

The potential for joint research and development extends to emerging technologies such as unmanned aerial vehicles, cyber defense systems, and advanced munitions. By pooling resources, Pakistan and Indonesia could co-develop platforms tailored to Southeast Asian and South Asian security dynamics, including maritime surveillance and counter-terrorism operations. This approach not only enhances self-reliance in defense manufacturing but also contributes to regional stability by promoting peaceful technological advancements.

JF-17 Block III makin bertenaga dengan rudal PL-15 dari China (photo: Pakdef)

Challenges remain, including aligning regulatory frameworks, ensuring technology transfer safeguards, and navigating geopolitical influences. However, the commitment expressed by both sides during the recent engagements signals a positive trajectory. Analysts suggest that successful implementation of these initiatives could serve as a model for other developing nations pursuing defense autonomy through international partnerships.

See full article Times of Islamabad

Pindad Bangun Pabrik Mobil Nasional, Kapasitas 500 Ribu Unit, Harga di Bawah Rp 300 Juta

11 Desember 2025

Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian PPN/Bappenas, Himpunan Kawasan Industri (HKI), dan PT Pindad untuk memperkuat perencanaan kawasan industri prioritas dalam RPJMN 2025-2029 (photo: Bappenas)

PT Pindad siap membangun fasilitas produksi mobil nasional di Subang, Jawa Barat, dengan kapasitas hingga 500.000 unit per tahun. Langkah strategis ini menjadi tonggak konkret dalam upaya pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mewujudkan kemandirian industri otomotif Indonesia.

Komitmen tersebut dikukuhkan lewat penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian PPN/Bappenas, Himpunan Kawasan Industri (HKI), dan PT Pindad pada 4 Desember 2025.

“Pindad telah menyiapkan lahan industri di Subang dan menargetkan kapasitas produksi 500.000 unit per tahun, dimulai dengan 100.000 unit pada 2028 sebagai fase awal,” ujar Direktur Utama PT Pindad, Sigit P. Santosa.

Perkuat Ekosistem Industri Otomotif Nasional
Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menjelaskan bahwa kesepakatan ini merupakan langkah awal memperkuat kawasan industri prioritas dalam RPJMN 2025–2029, sekaligus mempercepat realisasi Program Mobil Nasional sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).

“Ini sejarah baru untuk melanjutkan pencapaian yang belum selesai. Membuat mobil bisa, membuat pabrik mobil bisa, tetapi membangun industri mobil nasional adalah tantangan berbeda,” jelas Rachmat.

Ia menegaskan pentingnya membangun ekosistem rantai pasok yang terintegrasi agar industri otomotif Indonesia memiliki daya saing global.

Sigit menambahkan bahwa Proyek Mobil Nasional tak boleh sekadar menjadi slogan.
“Mobil nasional harus dimulai dari piloting, inovasi teknologi, dan pengembangan ekosistem,” tegasnya.

Mobil Nasional Ditargetkan Berharga di Bawah Rp 300 Juta
Pemerintah menargetkan mobil nasional dapat dijual dengan harga di bawah Rp 300 juta, menyesuaikan segmen pasar terbesar di Indonesia. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kategori ini merupakan pangsa dominan berdasarkan data Gaikindo.

“Pasar terbesar saat ini adalah mobil-mobil di bawah Rp 300 juta. Ini yang kami dorong untuk mobil nasional,” ujarnya.

Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo yang menargetkan Indonesia sudah memiliki mobil nasional dalam tiga tahun ke depan.

Saat ini, PT Pindad telah memproduksi Maung MV3 dan Garuda Limousine untuk kebutuhan kenegaraan, serta memperkenalkan konsep mobil listrik i2C di GIIAS 2025 yang berpotensi menjadi kandidat mobil nasional masa depan.

10 Desember 2025

DTI Thailand Patenkan Peredam Senjata Api

10 Desember 2025

Pemberian paten peredam senjata api (photos: DTI Thailand)

Jenderal Dr. Charat Umsamrit, Direktur Institut Teknologi Pertahanan (DTI), mengucapkan selamat atas keberhasilan proyek penelitian dan pengembangan senjata api dan amunisi pada kesempatan pemberian paten "Peredam Senjata Api" oleh Departemen Kekayaan Intelektual.


Paten ini merupakan bukti empiris inovasi yang dihasilkan dari kolaborasi antara DTI dan Sahapipatanakit Co., Ltd., sebuah perusahaan patungan dengan nama Armaments Manufacturing Co., Ltd. 


Paten ini mencerminkan penelitian dan pengembangan terpadu untuk memenuhi kebutuhan unit pengguna akhir, mengurangi ketergantungan pada impor, dan mendorong pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan bagi industri pertahanan Thailand.

DOST to Turn Over Locally Designed Weapon System to DND

10 Desember 2025

COBRA, Controller Battle-Ready Armament (photo: G Raquinio)

MANILA – The Department of Science and Technology (DOST) will turn over later this week a locally designed automated weapon system to the Department of National Defense (DND) for the use of the Philippine Army (PA).

The turnover ceremony for the Controller Battle-Ready Armament (COBRA) will be held on Thursday at Camp O' Donnel in Capas, Tarlac, according to PA spokesperson Col. Louie Dema-ala on Monday.

"The COBRA, an output of the R&D (Research & Development) implemented by the DOST-Metals Industry Research and Development Center (MIRDC), is ready for adoption by the PA," Dema-ala said in an advisory.

COBRA is a locally designed gun mount capable of carrying .50 caliber machine guns that can be fitted in the PA's various armored vehicles.

On Nov. 23, 2022, the PA and the DOST-MIRDC signed an agreement regarding COBRA's development.

COBRA highlights the DOST's commitment to help the PA bolster its Self-Reliant Defense Program.

(PNA)

PTDI dan PT BIBU Panji Sakti Tanda Tangani Nota Kesepahaman Pengadaan 3 Unit Pesawat N219 Konfigurasi Kargo

10 Desember 2025

Penanda-tanganan Nota Kesepahaman Pengadaan 3 Unit Pesawat N219 Konfigurasi Kargo (photos: PT DI)

Bandung – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menandatangani Nota Kesepahaman dengan PT BIBU Panji Sakti mengenai pengadaan 3 unit pesawat N219 konfigurasi kargo. Nota Kesepahaman ini ditandatangani oleh Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan PTDI, Moh Arif Faisal dan Direktur Utama PT BIBU Panji Sakti, Erwanto S. Adiatmoko Hariwibowo di Hanggar Aircraft Services (ACS), PTDI Bandung. Pada acara penandatanganan hari ini, hadir pula Wakil Komisaris Utama PTDI, Bonar Halomoan Hutagaol.

Dengan telah ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini, Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan PTDI, Moh Arif Faisal, menyampaikan bahwa PTDI siap mendukung penguatan aksesibilitas udara dan pengembangan kapasitas layanan penerbangan di berbagai wilayah, “Melalui penyediaan pesawat regional yang andal serta dukungan ekosistem MRO dan layanan purna jual yang memadai, PTDI berkomitmen menghadirkan solusi dirgantara yang selaras dengan kebutuhan operasional di wilayah setempat, yang juga dapat mendorong aktivitas ekonomi daerah,” katanya.


Dukungan N219 Untuk Distribusi Komoditas Laut Bernilai Tinggi
PT BIBU Panji Sakti merupakan salah satu Perusahaan swasta berbasis di Bali yang saat ini juga tengah mempersiapkan pengembangan aktivitas penangkapan dan pengolahan hasil laut yang membutuhkan fasilitas distribusi udara. Untuk memastikan kelancaran rantai pasok dan pengiriman komoditas laut bernilai tinggi, pesawat N219 menjadi pilihan yang diharapkan dapat menunjang aktivitas distribusi komoditas laut tersebut.

”Melalui pengoperasian N219 sebagai feeder aircraft, proses pengumpulan komoditas dan biota laut dari berbagai titik di wilayah Bali dapat dilakukan secara lebih cepat dan efisien. Hasil komoditas tersebut selanjutnya akan diteruskan ke pesawat berbadan besar untuk jalur ekspor, sehingga membentuk rantai logistik end-to-end yang terintegrasi. Melalui pengoperasian N219, waktu tempuh logistik juga dapat dipersingkat secara signifikan sehingga memperkuat daya saing produk laut bernilai tinggi tersebut,” tambah Moh Arif Faisal.


Dalam Nota Kesepahaman yang disepakati hari ini, PTDI dan PT BIBU Panji Sakti berkomitmen bersama untuk melakukan penyusunan analisis investasi pengangkutan komoditas laut di Bali melalui pengoperasian pesawat N219, meliputi pemetaan rute potensial, volume kebutuhan, analisis teknis dan ekonomis, serta penyusunan rekomendasi operasional. Nota Kesepahaman ini akan menjadi fondasi penting kerja sama komersial dan teknis dalam mendukung rantai pasok industri maritim Bali kedepan.

”Dengan adanya pesawat N219 yang bisa dioperasikan di Bali Utara, kita dapat mempersingkat rantai distribusi sehingga harga jual produk komoditas laut di akhir juga akan lebih tinggi. Nanti yang merasakan manfaatnya juga nelayan dan masyarakat. Jadi ini kita gabungkan antara laut dan udara melalui pesawat N219 dan dengan adanya pengadaan pesawat N219 ini maka akan makin memperkuat kesiapan ekosistem di Bali Utara,” ujar Erwanto S. Adiatmoko Hariwibowo.


Perkembangan Komersialisasi Pesawat N219
Program komersialisasi N219 terus menunjukkan perkembangan postif. Saat ini, PTDI telah mengamankan sejumlah kontrak dan Letter of Intent (LoI) terhadap pesawat N219, antara lain kontrak pengadaan 6 (enam) unit dari Kementerian Pertahanan RI untuk mendukung operasi TNI AD dan kontrak pengadaan 5 (lima) unit dari Setdco Group untuk Pemerintah Demokratik Republik Kongo. Selain itu, PTDI juga telah menerima LoI untuk 4 (empat) unit N219 dari Badan Keamanan Laut (BAKAMLA) RI, serta LoI untuk 25 (dua puluh lima) unit dari Linkfield Technologies, Cina. Di samping itu, beberapa Nota Kesepahaman dan LoI dengan sejumlah Pemerintah Daerah juga telah disepakati untuk mendukung kebutuhan transportasi udara perintis dan pelayanan publik di berbagai wilayah Indonesia.

Permintaan dari pasar domestik maupun internasional terhadap pesawat sekelas N219 terus bertambah, terutama untuk kebutuhan pelayanan publik di wilayah terpencil, pengangkutan kargo, misi medis, serta peningkatan konektivitas antar-wilayah kepulauan.


Komitmen PTDI Dalam Mendukung Konektivitas dan Aktivitas Ekonomi Daerah
Kerja sama ini tidak hanya merespons kebutuhan operasional PT BIBU Panji Sakti di wilayah Bali, namun juga memperkuat kontribusi PTDI dalam menyediakan solusi dirgantara untuk mendukung peningkatan konektivitas dan aktivitas ekonomi di wilayah operasional mitra atau pelanggan.

Dengan kemampuan pesawat N219, dukungan layanan MRO, serta pengembangan SDM aviasi melalui AMTO yang juga tengah direncanakan dikembangkan di Bali Utara, PTDI berkomitmen memberikan kontribusi berkelanjutan terhadap penguatan distribusi komoditas strategis, serta pengembangan kapasitas dan ekosistem penerbangan di kawasan tersebut.

09 Desember 2025

Presiden Prabowo Akan Mendatangkan Helikopter Mi-26 Asal Rusia

09 Desember 2025

Helikopter Mi-26T2V versi terbaru helikopter ini yang dipakai oleh Angkatan Bersenjata Rusia (photo: Alexander Mladenov)

Prabowo Datangkan Helikopter Terbesar di Dunia Bantu Bencana di Sumatera

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teka-teki helikopter yang dibeli pemerintah RI akhirnya terkuak. Presiden Prabowo Subianto membocorkan helikopter yang akan diakuisisi merupakan helikopter angkut asal Rusia. "Sebentar lagi kita datangkan Mi-26, lebih besar lagi," kata Prabowo saat memimpin rapat terbatas (ratas) di Lanud Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh pada Ahad (7/12/2025) malam WIB.

Jawaban Prabowo itu keluar saat merespons jawaban dari anak buahnya yang menjelaskan salah satu helikopter yang dikerahkan TNI untuk mengirimkan bantuan ke wilayah terisolasi di Provinsi Aceh. "Itu (helikopter) Mi berapa? Mi-17?" kata Prabowo.

Hanya saja, Prabowo tidak menjelaskan apakah helikopter angkut produksi Mil Moscow Helicopter Plant tersebut merupakan hasil pengadaan saat ia menjabat menteri pertahanan (menhan) atau disewa untuk membantu tanggap darurat dalam pengiriman bantuan ke warga korban benca. Meski begitu, helikopter berjuluk Halo tersebut merupakan alutsista angkut berat terbesar dan terkuat di dunia buatan negeri Beruang Merah yang bisa memuat kargo sampai 20 ton atau setarar 90 personel.

Helikopter Mi-26 Halo mulai memasuki masa layanan operasional pada tahun 1983 oleh Uni Soviet, dan sampai sekarang masih diproduksi untuk kepentingan militer maupun sipil (photo: Wiki)

Saat berpidato pada Hari Ulang Tahun ke-61 Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta Pusat pada Jumat (5/12/2025) malam WIB, Prabowo mengeklaim, Indonesia merupakan bangsa yang kuat dan mampu menghadapi berbagai cobaan, termasuk bencana alam yang saat ini terjadi di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Dia mengeklaim, pemerintah bereaksi cepat dalam penanganan bencana di berbagai daerah.

Tidak heran, TNI tiga matra sampai bisa mengerahkan 50 helikopter untuk membantu mengirimkan logistik ke daerah tersulit terdampak bencana. "Alat-alat negara segera hadir. Mungkin beberapa bulan, beberapa tahun yang lalu, tidak ada yang bisa memperkirakan bahwa negara kita mampu mengerahkan 50 helikopter. 50 helikopter sekarang sedang bergerak di daerah musibah," kata Prabowo.

Pada tahun 2017 helikopter ini menjadi wish list TNI AD (photo: Palagan)

Dia mengungkapkan, pemerintah telah memutuskan untuk memperkuat armada udara untuk penanganan bencana dan kebutuhan pertahanan negara. Mulai Januari 2025, sambung dia, pemerintah akan mendatangkan 200 helikopter tambahan guna memperkuat kesiapsiagaan nasional.

"Minggu ini helikopter baru datang, lima buah helikopter minggu ini. Dan terus berdatangan, dan saya sudah perintahkan mulai Januari tahun depan dan seterusnya, kita akan datangkan 200 helikopter di Republik Indonesia ini. Beberapa bulan yang lalu kita datangkan lima Hercules terbaru C-130J, beberapa minggu lalu kita datangkan Airbus A400," ucap Prabowo.

(Republika)