24 Desember 2025

Jalan Panjang Fregat Arrowhead 140 Baca artikel CNBC Indonesia

24 Desember 2025

Kapal fregat Arrowhead 140 KRI Balaputradewa 322 (photos: Andhi Prasetyo)

Pembangunan kapal pertama fregat Arrowhead 140 oleh PT PAL Indonesia telah memasuki fase peluncuran kapal perang pada 18 Desember 2025 pukul 19.19 WIB yang bertepatan dengan malam Jumat Kliwon. Tentu saja fregat Arrowhead 140 yang diluncurkan masih jauh dari siap beroperasi dan lebih sebagai bagian milestone pembangunan kapal saja. Sebab pada kapal perang itu belum terpasang sistem senjata dan sensor, apalagi integrasi combat system.

Dalam program dengan nilai total lebih dari US$ 1,1 miliar untuk pembangunan dua unit kapal perang yang didesain oleh Babcock International, terdapat kegiatan sebesar US$401 juta guna pengadaan senjata, radar, combat management system dan lain-lain.

Apabila mengacu pada shipbuilding line chart 2024 revisi kedua yang dikeluarkan oleh PT PAL Indonesia, fregat Arrowhead 140 pertama akan diserahkan kepada Kementerian Pertahanan pada antara 2028 hingga 2030. Sedangkan unit kedua akan diserahkan antara 2029 sampai 2030.

Pada tahun 2024, PT PAL Indonesia dua kali melakukan revisi terhadap shipbuilding line chart, di mana revisi diduga dilatarbelakangi oleh persoalan cashflow, engineering, fasilitas produksi dan konflik prioritas proyek. Sebagaimana diketahui, firma BUMN itu juga dikejar oleh batas waktu untuk segera menyelesaikan kontrak LPD pesanan Filipina dan Uni Emirat Arab di tengah keterbatasan fasilitas produksi seperti graving dock.

Sonar KRI Balaputradewa 322 (photo: Lu Ya)

Apalagi berdasarkan laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), perseroan itu berada dalam kondisi financial distress sebagai dampak bisnis pembangunan kapal yang kurang prudent, di mana peningkatan pendapatan perusahaan tidak menghasilkan laba dengan akibat tidak dapat menutupi kebutuhan dana untuk membayar utang sehingga akan terancam bangkrut.

Berdasarkan shipbuilding line chart 2024 revisi kedua, pemasangan combat system pada kapal pertama fregat Arrowhead 140 akan dilakukan pada 2027 dengan asumsi bahwa pemasok yang bertanggungjawab atas combat system dapat menyerahkan barang tetap waktu. Adapun fregat kedua akan dilengkapi dengan combat system pada 2028 setelah kapal tersebut diluncurkan antara triwulan ketiga 2026 sampai semester pertama 2027.

Pemasangan combat system merupakan fase kritis, sebab akan menjadi pembuka pintu untuk membuktikan apakah kinerja fregat dengan panjang 140 meter tersebut akan sesuai dengan kontrak. Seperti diketahui, perubahan desain asli fregat Arrowhead 140 dari 138,7 meter menjadi 140 meter oleh PT PAL Indonesia yang berkonsekuensi pada perubahan arrangement ruangan dan berat kapal telah menjadi perhatian sejumlah kalangan.

Apakah fregat Arrowhead 140 dapat memenuhi kebutuhan operasional TNI Angkatan Laut, terdapat beberapa hal yang akan penentu. Pertama, pemasangan dan integrasi combat system. Pemasangan combat system seperti meriam, rudal, torpedo, radar dan lain sebagainya akan diikuti dengan bagaimana kemampuan PT PAL Indonesia maupun subkontraktor mengintegrasikan beragam subsistem yang berbeda tersebut.


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa integrasi subsistem penuh dengan tantangan, termasuk dalam isu menata pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh satu subsistem tidak akan mengganggu emisi gelombang elektromagnetik yang dikeluarkan subsistem lain.

Integrasi subsistem akan menentukan bagaimana kinerja fregat Arrowhead 140, apalagi sejumlah subsistem yang diadopsi oleh kapal perang itu belum teruji. Sebagai ilustrasi, terdapat tipe radar yang belum pernah dipakai oleh konsumen manapun di dunia, sehingga terkesan bahwa penggunaan pada fregat Arrowhead 140 ialah sebagai laboratorium lapangan bagi produsen radar tersebut.

Tidak berlebihan pula untuk menyatakan bahwa Indonesia secara sadar mau menjadi first export customer untuk sejumlah subsistem yang digunakan pada fregat itu. Di balik keputusan itu ada risiko terkait dengan kematangan teknologi ketika diterapkan pada kapal perang yang akan dijadikan sebagai kapal kombatan utama seperti Arrowhead 140.

Kedua, uji laut. Setelah pemasangan dan integrasi combat system, fase selanjutnya adalah sea acceptance test fregat Arrowhead 140 setelah sebelumnya menjalani harbour acceptance test. Dalam sea acceptance test akan diuji apakah kapal perang tersebut sudah memenuhi desain dan spesifikasi yang ditentukan atau tidak, termasuk kinerja kapal dan kelaiklautan.


Akan terlihat bagaimana stabilitas kapal dalam sea state yang berbeda, bagaimana pengaruh pemasangan combat system terhadap berat kapal secara keseluruhan dan dampaknya terhadap kecepatan kapal.

Isu stabilitas dan berat kapal menjadi salah satu perhatian sebab fregat Arrowhead 140 yang diproduksi di Indonesia mengalami perubahan desain dari desain asli yang dirancang oleh Babcock. Oleh karena itu, uji laut penting untuk melihat apakah perubahan desain yang secara otomatis diikuti dengan perubahan center of gravity dan penambahan berat kapal akan dapat memenuhi desain dan spesifikasi yang sudah ditentukan.

Sebagai contoh, apakah fregat Arrowhead 140 dapat mencapai kecepatan 28 knots (maximum continuous rating) dengan full load sesuai spesifikasi? Pertanyaan ini mempunyai kaitan pula dengan sistem pendorong yang telah dipilih yaitu tipe CODAD.

Baling-baling KRI Balaputradewa 322 (photo: Lu Ya)

Apabila ditelusuri dari awal, program fregat Arrowhead 140 merupakan suatu kegiatan pengadaan yang rumit karena berbagai perubahan di tengah jalan ketika kontrak sudah ditandatangani. Kementerian Pertahanan memainkan peran signifikan dalam kerumitan tersebut, sehingga terjadi beberapa kali amandemen kontrak, termasuk sistem senjata dan sensor.

Jarak antara waktu penandatanganan kontrak dengan design freeze cukup lama, di mana hal demikian tidak lepas dari kontribusi Kementerian Pertahanan sendiri. Inilah salah satu tantangan yang harus dihadapi di Indonesia ketika kontrak diteken saat belum terjadi design freeze, sehingga memancing intervensi berbagai kepentingan yang dapat mempengaruhi produk akhir.

Salah satu kritik terhadap program fregat Arrowhead 140 adalah penggunaan beragam subsistem dengan keandalan yang dipertanyakan karena baru saja lulus uji coba dan tidak ada pengguna asing yang pernah menggunakan sebelumnya. Sementara opsi subsistem yang pada awalnya sudah disetujui Kementerian Pertahanan dengan kemampuan yang combat proven dan diadopsi oleh banyak negara di dunia malah dianulir dan dialihkan kepada subsistem yang tidak teruji dan nihil konsumen asing.


Hal demikian merupakan contoh intervensi pada aspek teknis, sebab kontrak pengadaan sistem senjata tidak lepas dari kepentingan parokial. Upaya menjaga agar kepentingan parokial tidak mempengaruhi kinerja produk pertahanan yang dibeli cukup sulit, sebab pertimbangan engineering tidak boleh mengalahkan kepentingan parokial.

Masih harus dibuktikan apakah fregat Arrowhead 140 akan menjadi program akuisisi yang berhasil atau tidak. Keberhasilan program antara lain ditentukan oleh bagaimana kinerja kapal perang tersebut saat sea acceptance trial, dengan catatan bahwa capaian berbagai parameter uji coba tidak ditutup-tutupi atau dimanipulasi.

Apapun capaian dalam uji coba nanti merupakan bagian dari kurva belajar. Dalam industri pertahanan Indonesia, ditengarai masih ada pihak yang ingin melewatkan atau mengabaikan kurva belajar demi pencapaian-pencapaian semu. (Alman Helvas Ali)

JGSDF Visit to First Tank Battalion, Armor Division, Philippine Army

24 Desember 2025

12th Brigade JGSDF checking the Philippine Army's Sabrah tank (photos: 1st Tank Batt)

JAPAN AND PH Military Engagement 
On 18 December 2025, COL NAOTAKA SONADA, Chief G3, 12th Brigade, Japan Ground Self-Defense Force (JGSDF), paid an official visit to the 1st Tank (MASIKAN) Battalion, Armor Division, Philippine Army.


The visit prominently featured a comprehensive showcase of the newly acquired Sabrah 105 mm Tank, highlighting the battalion’s enhanced armored capability and continued modernization efforts. Detailed briefings were conducted on the tank’s firepower, mobility, protection systems, advanced fire-control technology, and operational employment in contemporary armored warfare.


The engagement was further enriched as LTC REYNALDO L MINA ARM (GSC) PA personally joined the delegation, actively participating in the discussions and interactions. His presence underscored the command’s commitment to professional exchange, capability development, and strengthening international military cooperation.


The visit provided an excellent platform for exchanging insights on armored tactics, force modernization, and interoperability, reinforcing mutual respect and understanding between the two forces.


Such meaningful engagements continue to strengthen defense relations and foster enduring military-to-military ties between the Japan Ground Self-Defense Force and the 1st Tank Battalion, Armor Division, Philippine Army.

Depohar TNI AU Serahkan Kembali Pesawat KT-1B, Hawk 100 dan NC-212 Selesai Jalani Harwat Berkala

24 Desember 2025

Pesawat latih KT-1B dengan nomor registrasi LL-0116 kembali berdinas ke Skadron Pendidikan (Skadik) 102di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta (photo: TNI AU)

Sathar 11 Depohar 10 Tuntaskan Misi, Pesawat KT-1B Woong Bee Kembali Mengudara Dukung Pendidikan Penerbang TNI AU

TNI AU -- Komitmen menjaga kesiapan alutsista TNI Angkatan Udara kembali dibuktikan oleh Satuan Pemeliharaan (Sathar) 11 Depohar 10 melalui serah terima Pesawat KT-1B Woong Bee kepada Skadron Pendidikan (Skadik) 102. Serah terima pesawat tersebut dilaksanakan pada Jumat (19/12/2025), setelah dinyatakan selesai menjalani rangkaian pemeliharaan terjadwal.

Komandan Satuan Pemeliharaan (Dansathar) 11 Depohar 10, Letkol Tek Teguh Juanda, mewakili Komandan Depohar 10 Kolonel Tek Ruhimat, S.T., M.M., secara resmi menyerahkan pesawat kepada pihak Skadik 102. Momen ini menjadi simbol keberhasilan kerja tim pemeliharaan dalam memastikan pesawat siap kembali mendukung tugas pendidikan penerbang TNI AU.

Pesawat KT-1B Woong Bee sebelumnya menjalani serangkaian pemeliharaan intensif di Sathar 11 Depohar 10. Seluruh sistem pesawat diperiksa secara menyeluruh, mulai dari struktur, mesin, avionik, hingga sistem pendukung lainnya, guna memastikan kondisi pesawat benar-benar optimal dan laik terbang sesuai standar keselamatan penerbangan TNI Angkatan Udara.

Pesawat latih KT-1B dengan nomor registrasi LL-0116 terbang kembali (photo: TNI AU)

Setelah melewati tahapan inspeksi, pengujian fungsi, serta quality control yang ketat dan berlapis, pesawat dinyatakan memenuhi seluruh persyaratan teknis. Proses ini mencerminkan tingginya standar kerja serta profesionalisme personel pemeliharaan dalam menjaga kualitas dan keandalan alutsista udara.

Dalam keterangannya, Letkol Tek Teguh Juanda menegaskan bahwa keberhasilan penyelesaian pemeliharaan pesawat KT-1B Woong Bee merupakan wujud dedikasi, disiplin, dan tanggung jawab seluruh personel Sathar 11 Depohar 10. Setiap tahapan pemeliharaan dilaksanakan dengan penuh ketelitian dan kepatuhan terhadap prosedur teknis yang berlaku demi menjamin keselamatan terbang.

Dengan kembalinya pesawat KT-1B Woong Bee ke homebase Skadik 102, diharapkan dapat semakin mendukung kelancaran program pendidikan dan latihan penerbang TNI AU. Depohar 10 terus berkomitmen memberikan dukungan pemeliharaan terbaik secara berkelanjutan, sebagai bagian dari upaya mencetak penerbang-penerbang muda yang profesional, andal, dan berkarakter demi kejayaan dirgantara Indonesia. (TNI AU)

Pesawat latih lanjut Hawk 100 dengan nomor registrasi TL-0103 kembali bertugas ke Skadron Udara 12 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru (photo: TNI AU)

Perawatan Rampung, Pesawat Casa NC-212 dan Hawk Kembali Perkuat Skadron Udara

Dua pesawat TNI Angkatan Udara kembali memperkuat skadron udara setelah menyelesaikan perawatan intensif di Satuan Pemeliharaan (Sathar) 32 Depo Pemeliharaan (Depohar) 30. Pesawat Casa NC-212 dengan nomor registrasi A-2107 diserahkan kepada Skadron Udara 4, sementara Hawk dengan nomor registasri TL-0103 kembali ke Skadron Udara 12.

Penyerahan kedua pesawat tersebut dilaksanakan oleh Komandan Depo Pemeliharaan 30 Kolonel Tek Sudi Andojo Bangkit kepada perwakilan masing-masing skadron udara, yakni Mayor PNB M. Reza Sapta N dari Skadron Udara 12 dan Kapten PNB Irfan Joko P dari Skadron Udara 4, pada Kamis (18/12/2025).

Pesawat angkut Casa NC-212 dengan nomor registrasi A-2107 kembali berdinas ke Skadron Udara 4 di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang (photo: TNI AU)

Selama diserahkan, kedua pesawat telah menjalani rangkaian perawatan menyeluruh, perbaikan sistem, hingga pelaksanaan uji terbang. Seluruh tahapan tersebut dilaksanakan sesuai dengan standar kelaikudaraan yang berlaku untuk menjamin keselamatan dan kesiapan operasional.

Komandan Depo Pemeliharaan 30 menyampaikan bahwa seluruh tahapan perawatan dilaksanakan secara terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Ia berharap kedua pesawat tersebut dapat kembali dioperasikan secara optimal dalam mendukung tugas-tugas skadron udara. (TNI AU)

23 Desember 2025

Dua Personel Loadmaster TNI AU Tuntaskan A400M Loadmaster Type Rating Course Batch II

23 Desember 2025

Dua personel TNI AU lulus sebagai A400M Loadmaster Type Rating Course Batch II (photos: TNI AU)

TNI Angkatan Udara kembali mencatat capaian positif dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dua personel Skadron Udara 31, Lettu Tek Mas Mulyana dan Letda Tek Sancha Arif Setiawan, berhasil menyelesaikan dan dinyatakan lulus A400M Loadmaster Type Rating Course Batch II yang berlangsung pada 3 November hingga 15 Desember 2025.


Pelatihan ini diselenggarakan di Airbus International Training Center (ITC), Airbus Defence and Space, Seville, Spanyol, dengan tujuan mencetak Loadmaster A400M yang profesional, andal, dan siap operasional sesuai standar keselamatan dan kompetensi.


Selama pendidikan, peserta mengikuti pembelajaran akademik, computer based training, praktik di Loadmaster Workstation Trainer dan Cargo Hold Trainer, serta latihan pada Full Flight Simulator dan Mission Planning System, yang dilengkapi dengan evaluasi berkala berstandar tinggi.


Sebagai penanda kelulusan, sertifikat diserahkan langsung oleh instruktur Airbus ITC bersama tim Technical Representative.


Keberhasilan ini mencerminkan komitmen TNI Angkatan Udara dalam meningkatkan profesionalisme personel serta menjaga kesiapan operasional alutsista secara optimal.


ASELSAN and Malaysian NAVAMAS to Jointly Develop USV

23 Desember 2025

Signing agreement between Aselsan and Navamas (photo: Navamas)

ASELSAN and NAVAMAS have signed a Teaming Agreement to jointly develop a mission-ready Unmanned Surface Vessel (USV) tailored for Malaysian end users, including the Royal Malaysian Navy and the Malaysian Maritime Enforcement Agency. 

Aselsan has developed of a range of 'Marlin USVs' for various naval and security roles (image: Aselsan)

Combining ASELSAN’s advanced autonomous and payload technologies with NAVAMAS’ local shipbuilding and integration capabilities, the collaboration aims to enhance Malaysia’s maritime surveillance, security, and defense readiness while supporting local industry, technology transfer, and long-term national maritime security objectives.

Fincantieri Delivers the PPA “KRI PRABU SILIWANGI-321” to the Indonesian Navy

23 Desember 2025

The vessel is the second of two multi-mission combat units destined for Indonesia (photos: Fincantieri)

The delivery ceremony of the MPCS (Multipurpose Combat Ship/PPA) KRI PRABU SILIWANGI-321 vessel to the Indonesian Navy was held today at Fincantieri’s shipyard in Muggiano (La Spezia),


The ceremony was attended by Admiral Muhammad Ali, Chief of the Indonesian Navy, H.E. Prof. DR. Junimart Girsang, Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary of the Republic of Indonesia to the Republic of Italy, and Admiral Giuseppe Berutti Bergotto, Chief of the Italian Navy. Their presence underscored the strong defense collaboration between the two nations. Representing Fincantieri were CEO and Managing Director, Pierroberto Folgiero, and General Manager of the Naval Vessels Division Eugenio Santagata.

KRI PRABU SILIWANGI-321’s delivery follows that of its sister, KRI BRAWIJAYA-320, delivered last July, completing the supply of the two vessels built by Fincantieri that will form the Indonesian Navy's largest combat units, as well as the most technologically advanced units in the Indo-Pacific. The two PPAs represent a strategic element for the stability of the Asian region and the protection of Indonesian national interests, further consolidating the partnership between Fincantieri and the Indonesian Ministry of Defense.


Technical Features: PPA-Multipurpose Combat Ship:
The MPCS/PPA is a highly versatile class of ship designed to perform a wide range of missions, including frontline combat operations, maritime patrol, rescue, and civil protection activities.The vessel is also capable of operating high-speed boats such as RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat) through lateral crane or a hauling ramp located at the stern.

Overall length: 143 meters
Speed: more than 31 knots
Crew: 171 personnel
Equipped with a combined diesel and gas turbine propulsion plant (CODAG) and an electric propulsion system

22 Desember 2025

CAE Awarded Contract to Deliver Australia’s Future Air Mission Training System

22 Desember 2025

New air mission training system will prepare personnel to operate equipment including the Gulfstream G550-based MC-55A Peregrine surveillance aircraft (photo: SR Planespotter)

CAE today announced that it has secured a landmark contract with the Commonwealth of Australia to deliver the Future Air Mission Training System (F-AMTS) under Project AIR5428 Phase 3 for the Royal Australian Air Force (RAAF).

Valued at more than $270M CAD, this long-term agreement spans an initial 10-year performance period and represents a major step forward in advancing next-generation air mission training capabilities for the Australian Defence Force.

The F-AMTS represents a transformation in how the RAAF will train its mission aircrew. CAE will deliver, with leading key industry organizations such as Nova Systems, Adacel, DXC Technology, Milskil, MMCLD, Airflite, and Seeing Machines, a modern, integrated training system. This system combines an advanced learning environment, courseware, and synthetic ground, and airborne training elements to replicate real-world operational complexity.

The training system will be delivered to RAAF Base East Sale in Victoria, in partnership with the Commonwealth of Australia, supporting the development of critical roles including Airborne Electronics Analysts, Operations Officers, Air Mobility Officers, Air Traffic Controllers, Air Battle Managers, Maritime Patrol and Response Officers, Weapon Systems Officers, and Electronic Warfare Officers. The F-AMTS offers students an engaging and seamless learning experience, and provides post-graduate instructor training that equip them with powerful tools to teach more effectively.

“Achieving mission readiness for today’s rapidly evolving defence and security landscape requires a training partner who deeply understands the complexity and challenges faced in operations,” explained France Hébert, President Defense & Security – Canada and International. “CAE is proud to deliver a future-ready training system that combines innovation, technical advantage, and trusted partnerships to help the Australian Defence Force to raise, train, and sustain skilled personnel. This is more than a shift in how training is delivered - it is a strategic investment in Australia’s national resilience and defence capability. By delivering a world-class, scalable, and cost-effective training solution, CAE will equip aviators with the skills, confidence, and agility to meet operational demands effectively.”

This contract builds on CAE’s longstanding partnership with the RAAF, which began in 1994 and has since trained generations of Australian military aircrew. The Future Air Mission Training System is expected to initially generate over 40 new skilled jobs within CAE in Victoria, Australia, with the first students expected to graduate in 2028.

(CAE)