26 Desember 2025

Thailand Latihan Penarikan Amfibi (Amphibious Withdrawal)

26 Desember 2025

Latihan Penarikan Amfibi (Amphibious Withdrawal) Korps Marinir dan Angkatan Laut Thailand (photos: RTN)

Pada tanggal 24 Desember 2025, Laksamana Korawit Chayarathee, Komandan Komando Armada, memeriksa latihan perang amfibi. 


Latihan ini berfokus pada pengujian rencana penarikan amfibi, yang melibatkan penarikan sistematis personel, peralatan, dan kendaraan dari pantai kembali ke kapal perang  (Amphibious Withdrawal).

Hal ini sering terjadi di bawah tekanan musuh atau kebutuhan mendesak untuk mempertahankan kekuatan tempur untuk penggunaan di masa mendatang.


Berbagai unit di dalam Komando Armada, termasuk Armada Amfibi dan Logistik, Armada Perang Ranjau, Komando Penerbangan Angkatan Laut, dan Unit Perang Khusus Angkatan Laut, serta Unit Angkatan Laut di wilayah Sattahip seperti Divisi Korps Marinir, Pusat Pelatihan Komando Korps Marinir, dan Departemen Konstruksi dan Pengembangan Pangkalan Angkatan Laut Sattahip, berpartisipasi dalam latihan di Lapangan Latihan Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Pantai Haad Yao, Sattahip.


Latihan ini merupakan bagian dari pelatihan personel, taktis, armada, udara, dan perang khusus angkatan laut. Untuk Komando Armada, Tahun Anggaran 2026.

25 Desember 2025

Lawatan Kerja Panglima Tentera Udara ke Destini Prima Sdn Bhd

25 Desember 2025

Destini Prima Sdn Bhd bergerak dalam bidang Aviation Defence, Marine Defence, dan layanan lainnya (photo: TUDM)

SUBANG – Panglima Tentera Udara, Jeneral Dato’ Sri Haji Muhamad Norazlan bin Aris TUDM telah mengadakan lawatan kerja ke Destini Prima Sdn Bhd hari ini.


Lawatan kerja ini adalah bagi memaksimakan peluang kolaborasi strategik dengan industri dan rakan strategik dalam memastikan kemampanan aset dan kejayaan operasi TUDM sepertimana tonggak keempat Perintah Ulung Panglima Tentera Udara iaitu “Meningkatkan Dokongan Logistik”.


Selain itu, lawatan Panglima Tentera Udara ini juga untuk melihat keupayaan syarikat–syarikat di bawah industri pertahanan dalam mendukung kelestarian operasi (operational sustainability) khususnya kepada TUDM.

Salah satu layanan dalam Aviation Defence adalah mempunyai kapabilitas dalam hal MRO (image: Destini)

Turut serta dalam lawatan ini adalah Panglima Bantuan Udara, Mejar Jeneral Dato' Ahmad Khusairi bin Ahmad Fadli TUDM; AKS Perancangan & Pembangunan, Mejar Jeneral Mohd Sani bin Omar TUDM dan AKS Kejuruteraan, Mej Jeneral Muhd Aznor bin Hj Md Ghazali TUDM.

Kemhan RI Akui Sedang Jajaki Pembelian Helikopter Mil Mi-8/Mi-17

25 Desembet 2025

Helikopter Mil Mi-8 melakukan uji coba operasional dalam misi kemanusiaan dan bantuan bencana (photo: E-Systems Solution)

Kemhan Klarifikasi Informasi Tanda Tangan Kontrak Beli Helikopter Mi-8, Sebut Baru Penjajakan
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertahanan mengklarifikasi informasi setelah disebut telah menandatangani kontrak pembelian helikopter.

Kabar ini muncul setelah akun Instagram Lembaga Kajian Pertahanan Strategis (KERIS) menyebut Kementerian Pertahanan menandatangani pengadaan 12 unit helikopter Mi-8/Mi-17 antara PT E-Systems Solutions Indonesia dengan Baloggan Kemhan.

Bahkan, beberapa disebut telah beroperasi di Aceh untuk penanganan banjir bandang dan tanah longsor.

"Terkait postingan helikopter dari Lembaga KERIS, perlu kami luruskan bahwa informasi tersebut belum dapat disebut sebagai pembelian atau kontrak pengadaan,” kata Karo Infohan Setjen Kemhan Brigjen Rico Ricardo Sirait kepada Kompas.com, Rabu (24/12/2025).

Perwira tinggi bintang satu itu menjelaskan, Kementerian Pertahanan saat ini masih berada pada tahap penjajakan dan evaluasi teknis. 

Proses tersebut mencakup uji kesesuaian platform helikopter untuk mendukung berbagai misi, khususnya operasi kemanusiaan dan bantuan bencana. 

“Terkait keberadaan helikopter dalam misi bantuan kemanusiaan di wilayah Sumatera, termasuk Aceh, dapat kami sampaikan bahwa beberapa unit yang digunakan masih dalam konteks uji coba operasional (trial) untuk melihat efektivitas, keandalan, dan interoperabilitasnya dalam kondisi lapangan nyata,” kata dia. 

“Kegiatan ini merupakan bagian dari proses penilaian sebelum pemerintah mengambil keputusan lebih lanjut,” ucap dia.

Oleh karena itu, Kementerian Pertahanan belum bisa menyampaikan perusahaan dan negara asal karena masih dalam proses penjajakan. 

“Karena proses penjajakan masih berjalan dan belum masuk pada tahap pengadaan resmi,” jelas dia. 

Sementara itu, CEO E-System Solutions, Habib Boukharouba dalam unggahannya di akun personal Linked-In miliknya menyatakan bahwa PT E-Systems Solutions Indonesia membantu operasi kemanusiaan TNI AD di Aceh dengan menerjunkan sejumlah helikopter.

Menurutnya, pengiriman ini dapat dimungkinkan melalui program Fast Track Aquisition (FTA). Ia pun menyatakan bahwa pengiriman ini dimungkinkan melalui kerja sama erat yang terjalin antara Kemenhan dengan E-System Solutions Indonesia.

PT DI Menerima Kunjungan Kepala dan Wakil Kepala BRIN

25 Desember 2025

Kunjungan Kepala dan Wakil Kepala BRIN ke PT DI di Bandung (photos: PT DI)

Bandung  – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menerima kunjungan kerja Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria, bersama Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian, disambut langsung oleh Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan beserta jajaran Direksi dan manajemen PTDI di hanggar Final Assembly Line (FAL) PTDI, Bandung. Dalam kunjungan tersebut, rombongan BRIN meninjau sejumlah produk dan program strategis PTDI, antara lain pesawat CN235, N219, program MALE UCAV serta UAS Wulung, sekaligus mendengarkan paparan mengenai perkembangan dan timeline program N219 Amphibious dan MALE UCAV sebagai bagian dari program strategis nasional.


Pengembangan N219 Amphibious dilakukan melalui kerja sama PTDI dengan Momentum (USA) dalam penyediaan float kit. Sementara itu, pada program MALE UCAV, PTDI akan mengeksplorasi potensi kerja sama dengan ALIT (China) dalam pengintegrasian sistem persenjataan (weapon integration), serta dengan Milkor (Afrika Selatan) dalam pengembangan prototipe airframe berbahan komposit penuh (full composite airframe prototyping) beserta subsistem yang telah teruji.


Melalui kunjungan ini, PTDI berharap memperoleh dukungan BRIN dalam bentuk pemanfaatan fasilitas pengujian dan kepakaran (expertise), pelaksanaan design review untuk subsistem dan teknologi kunci, pengembangan teknologi strategis, penyediaan fasilitas kualifikasi komponen dalam negeri, serta dukungan anggaran guna mempercepat pengembangan program MALE UCAV.

“Kami berharap pengembangan pesawat N219 tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan pemerintah, tetapi juga dapat menembus pasar komersial. Dengan meningkatnya keterlibatan pasar swasta, skala ekonomi dapat tercapai sehingga harga menjadi lebih kompetitif. Setelah pasar domestik terpenuhi, pengembangan dapat diperluas ke kawasan Asia Tenggara hingga Afrika yang memiliki banyak wilayah terpencil. BRIN siap mendukung PTDI melalui kolaborasi riset, pemanfaatan fasilitas pengujian, serta penugasan peneliti agar pengembangan dapat berjalan lebih efektif dan produktif, sebagai langkah menuju era baru PTDI di pasar domestik dan global,” ujar Kepala BRIN, Arif Satria.

24 Desember 2025

Jalan Panjang Fregat Arrowhead 140 Baca artikel CNBC Indonesia

24 Desember 2025

Kapal fregat Arrowhead 140 KRI Balaputradewa 322 (photos: Andhi Prasetyo)

Pembangunan kapal pertama fregat Arrowhead 140 oleh PT PAL Indonesia telah memasuki fase peluncuran kapal perang pada 18 Desember 2025 pukul 19.19 WIB yang bertepatan dengan malam Jumat Kliwon. Tentu saja fregat Arrowhead 140 yang diluncurkan masih jauh dari siap beroperasi dan lebih sebagai bagian milestone pembangunan kapal saja. Sebab pada kapal perang itu belum terpasang sistem senjata dan sensor, apalagi integrasi combat system.

Dalam program dengan nilai total lebih dari US$ 1,1 miliar untuk pembangunan dua unit kapal perang yang didesain oleh Babcock International, terdapat kegiatan sebesar US$401 juta guna pengadaan senjata, radar, combat management system dan lain-lain.

Apabila mengacu pada shipbuilding line chart 2024 revisi kedua yang dikeluarkan oleh PT PAL Indonesia, fregat Arrowhead 140 pertama akan diserahkan kepada Kementerian Pertahanan pada antara 2028 hingga 2030. Sedangkan unit kedua akan diserahkan antara 2029 sampai 2030.

Pada tahun 2024, PT PAL Indonesia dua kali melakukan revisi terhadap shipbuilding line chart, di mana revisi diduga dilatarbelakangi oleh persoalan cashflow, engineering, fasilitas produksi dan konflik prioritas proyek. Sebagaimana diketahui, firma BUMN itu juga dikejar oleh batas waktu untuk segera menyelesaikan kontrak LPD pesanan Filipina dan Uni Emirat Arab di tengah keterbatasan fasilitas produksi seperti graving dock.

Sonar KRI Balaputradewa 322 (photo: Lu Ya)

Apalagi berdasarkan laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), perseroan itu berada dalam kondisi financial distress sebagai dampak bisnis pembangunan kapal yang kurang prudent, di mana peningkatan pendapatan perusahaan tidak menghasilkan laba dengan akibat tidak dapat menutupi kebutuhan dana untuk membayar utang sehingga akan terancam bangkrut.

Berdasarkan shipbuilding line chart 2024 revisi kedua, pemasangan combat system pada kapal pertama fregat Arrowhead 140 akan dilakukan pada 2027 dengan asumsi bahwa pemasok yang bertanggungjawab atas combat system dapat menyerahkan barang tetap waktu. Adapun fregat kedua akan dilengkapi dengan combat system pada 2028 setelah kapal tersebut diluncurkan antara triwulan ketiga 2026 sampai semester pertama 2027.

Pemasangan combat system merupakan fase kritis, sebab akan menjadi pembuka pintu untuk membuktikan apakah kinerja fregat dengan panjang 140 meter tersebut akan sesuai dengan kontrak. Seperti diketahui, perubahan desain asli fregat Arrowhead 140 dari 138,7 meter menjadi 140 meter oleh PT PAL Indonesia yang berkonsekuensi pada perubahan arrangement ruangan dan berat kapal telah menjadi perhatian sejumlah kalangan.

Apakah fregat Arrowhead 140 dapat memenuhi kebutuhan operasional TNI Angkatan Laut, terdapat beberapa hal yang akan penentu. Pertama, pemasangan dan integrasi combat system. Pemasangan combat system seperti meriam, rudal, torpedo, radar dan lain sebagainya akan diikuti dengan bagaimana kemampuan PT PAL Indonesia maupun subkontraktor mengintegrasikan beragam subsistem yang berbeda tersebut.


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa integrasi subsistem penuh dengan tantangan, termasuk dalam isu menata pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh satu subsistem tidak akan mengganggu emisi gelombang elektromagnetik yang dikeluarkan subsistem lain.

Integrasi subsistem akan menentukan bagaimana kinerja fregat Arrowhead 140, apalagi sejumlah subsistem yang diadopsi oleh kapal perang itu belum teruji. Sebagai ilustrasi, terdapat tipe radar yang belum pernah dipakai oleh konsumen manapun di dunia, sehingga terkesan bahwa penggunaan pada fregat Arrowhead 140 ialah sebagai laboratorium lapangan bagi produsen radar tersebut.

Tidak berlebihan pula untuk menyatakan bahwa Indonesia secara sadar mau menjadi first export customer untuk sejumlah subsistem yang digunakan pada fregat itu. Di balik keputusan itu ada risiko terkait dengan kematangan teknologi ketika diterapkan pada kapal perang yang akan dijadikan sebagai kapal kombatan utama seperti Arrowhead 140.

Kedua, uji laut. Setelah pemasangan dan integrasi combat system, fase selanjutnya adalah sea acceptance test fregat Arrowhead 140 setelah sebelumnya menjalani harbour acceptance test. Dalam sea acceptance test akan diuji apakah kapal perang tersebut sudah memenuhi desain dan spesifikasi yang ditentukan atau tidak, termasuk kinerja kapal dan kelaiklautan.


Akan terlihat bagaimana stabilitas kapal dalam sea state yang berbeda, bagaimana pengaruh pemasangan combat system terhadap berat kapal secara keseluruhan dan dampaknya terhadap kecepatan kapal.

Isu stabilitas dan berat kapal menjadi salah satu perhatian sebab fregat Arrowhead 140 yang diproduksi di Indonesia mengalami perubahan desain dari desain asli yang dirancang oleh Babcock. Oleh karena itu, uji laut penting untuk melihat apakah perubahan desain yang secara otomatis diikuti dengan perubahan center of gravity dan penambahan berat kapal akan dapat memenuhi desain dan spesifikasi yang sudah ditentukan.

Sebagai contoh, apakah fregat Arrowhead 140 dapat mencapai kecepatan 28 knots (maximum continuous rating) dengan full load sesuai spesifikasi? Pertanyaan ini mempunyai kaitan pula dengan sistem pendorong yang telah dipilih yaitu tipe CODAD.

Baling-baling KRI Balaputradewa 322 (photo: Lu Ya)

Apabila ditelusuri dari awal, program fregat Arrowhead 140 merupakan suatu kegiatan pengadaan yang rumit karena berbagai perubahan di tengah jalan ketika kontrak sudah ditandatangani. Kementerian Pertahanan memainkan peran signifikan dalam kerumitan tersebut, sehingga terjadi beberapa kali amandemen kontrak, termasuk sistem senjata dan sensor.

Jarak antara waktu penandatanganan kontrak dengan design freeze cukup lama, di mana hal demikian tidak lepas dari kontribusi Kementerian Pertahanan sendiri. Inilah salah satu tantangan yang harus dihadapi di Indonesia ketika kontrak diteken saat belum terjadi design freeze, sehingga memancing intervensi berbagai kepentingan yang dapat mempengaruhi produk akhir.

Salah satu kritik terhadap program fregat Arrowhead 140 adalah penggunaan beragam subsistem dengan keandalan yang dipertanyakan karena baru saja lulus uji coba dan tidak ada pengguna asing yang pernah menggunakan sebelumnya. Sementara opsi subsistem yang pada awalnya sudah disetujui Kementerian Pertahanan dengan kemampuan yang combat proven dan diadopsi oleh banyak negara di dunia malah dianulir dan dialihkan kepada subsistem yang tidak teruji dan nihil konsumen asing.


Hal demikian merupakan contoh intervensi pada aspek teknis, sebab kontrak pengadaan sistem senjata tidak lepas dari kepentingan parokial. Upaya menjaga agar kepentingan parokial tidak mempengaruhi kinerja produk pertahanan yang dibeli cukup sulit, sebab pertimbangan engineering tidak boleh mengalahkan kepentingan parokial.

Masih harus dibuktikan apakah fregat Arrowhead 140 akan menjadi program akuisisi yang berhasil atau tidak. Keberhasilan program antara lain ditentukan oleh bagaimana kinerja kapal perang tersebut saat sea acceptance trial, dengan catatan bahwa capaian berbagai parameter uji coba tidak ditutup-tutupi atau dimanipulasi.

Apapun capaian dalam uji coba nanti merupakan bagian dari kurva belajar. Dalam industri pertahanan Indonesia, ditengarai masih ada pihak yang ingin melewatkan atau mengabaikan kurva belajar demi pencapaian-pencapaian semu. (Alman Helvas Ali)

JGSDF Visit to First Tank Battalion, Armor Division, Philippine Army

24 Desember 2025

12th Brigade JGSDF checking the Philippine Army's Sabrah tank (photos: 1st Tank Batt)

JAPAN AND PH Military Engagement 
On 18 December 2025, COL NAOTAKA SONADA, Chief G3, 12th Brigade, Japan Ground Self-Defense Force (JGSDF), paid an official visit to the 1st Tank (MASIKAN) Battalion, Armor Division, Philippine Army.


The visit prominently featured a comprehensive showcase of the newly acquired Sabrah 105 mm Tank, highlighting the battalion’s enhanced armored capability and continued modernization efforts. Detailed briefings were conducted on the tank’s firepower, mobility, protection systems, advanced fire-control technology, and operational employment in contemporary armored warfare.


The engagement was further enriched as LTC REYNALDO L MINA ARM (GSC) PA personally joined the delegation, actively participating in the discussions and interactions. His presence underscored the command’s commitment to professional exchange, capability development, and strengthening international military cooperation.


The visit provided an excellent platform for exchanging insights on armored tactics, force modernization, and interoperability, reinforcing mutual respect and understanding between the two forces.


Such meaningful engagements continue to strengthen defense relations and foster enduring military-to-military ties between the Japan Ground Self-Defense Force and the 1st Tank Battalion, Armor Division, Philippine Army.

Depohar TNI AU Serahkan Kembali Pesawat KT-1B, Hawk 100 dan NC-212 Selesai Jalani Harwat Berkala

24 Desember 2025

Pesawat latih KT-1B dengan nomor registrasi LL-0116 kembali berdinas ke Skadron Pendidikan (Skadik) 102di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta (photo: TNI AU)

Sathar 11 Depohar 10 Tuntaskan Misi, Pesawat KT-1B Woong Bee Kembali Mengudara Dukung Pendidikan Penerbang TNI AU

TNI AU -- Komitmen menjaga kesiapan alutsista TNI Angkatan Udara kembali dibuktikan oleh Satuan Pemeliharaan (Sathar) 11 Depohar 10 melalui serah terima Pesawat KT-1B Woong Bee kepada Skadron Pendidikan (Skadik) 102. Serah terima pesawat tersebut dilaksanakan pada Jumat (19/12/2025), setelah dinyatakan selesai menjalani rangkaian pemeliharaan terjadwal.

Komandan Satuan Pemeliharaan (Dansathar) 11 Depohar 10, Letkol Tek Teguh Juanda, mewakili Komandan Depohar 10 Kolonel Tek Ruhimat, S.T., M.M., secara resmi menyerahkan pesawat kepada pihak Skadik 102. Momen ini menjadi simbol keberhasilan kerja tim pemeliharaan dalam memastikan pesawat siap kembali mendukung tugas pendidikan penerbang TNI AU.

Pesawat KT-1B Woong Bee sebelumnya menjalani serangkaian pemeliharaan intensif di Sathar 11 Depohar 10. Seluruh sistem pesawat diperiksa secara menyeluruh, mulai dari struktur, mesin, avionik, hingga sistem pendukung lainnya, guna memastikan kondisi pesawat benar-benar optimal dan laik terbang sesuai standar keselamatan penerbangan TNI Angkatan Udara.

Pesawat latih KT-1B dengan nomor registrasi LL-0116 terbang kembali (photo: TNI AU)

Setelah melewati tahapan inspeksi, pengujian fungsi, serta quality control yang ketat dan berlapis, pesawat dinyatakan memenuhi seluruh persyaratan teknis. Proses ini mencerminkan tingginya standar kerja serta profesionalisme personel pemeliharaan dalam menjaga kualitas dan keandalan alutsista udara.

Dalam keterangannya, Letkol Tek Teguh Juanda menegaskan bahwa keberhasilan penyelesaian pemeliharaan pesawat KT-1B Woong Bee merupakan wujud dedikasi, disiplin, dan tanggung jawab seluruh personel Sathar 11 Depohar 10. Setiap tahapan pemeliharaan dilaksanakan dengan penuh ketelitian dan kepatuhan terhadap prosedur teknis yang berlaku demi menjamin keselamatan terbang.

Dengan kembalinya pesawat KT-1B Woong Bee ke homebase Skadik 102, diharapkan dapat semakin mendukung kelancaran program pendidikan dan latihan penerbang TNI AU. Depohar 10 terus berkomitmen memberikan dukungan pemeliharaan terbaik secara berkelanjutan, sebagai bagian dari upaya mencetak penerbang-penerbang muda yang profesional, andal, dan berkarakter demi kejayaan dirgantara Indonesia. (TNI AU)

Pesawat latih lanjut Hawk 100 dengan nomor registrasi TL-0103 kembali bertugas ke Skadron Udara 12 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru (photo: TNI AU)

Perawatan Rampung, Pesawat Casa NC-212 dan Hawk Kembali Perkuat Skadron Udara

Dua pesawat TNI Angkatan Udara kembali memperkuat skadron udara setelah menyelesaikan perawatan intensif di Satuan Pemeliharaan (Sathar) 32 Depo Pemeliharaan (Depohar) 30. Pesawat Casa NC-212 dengan nomor registrasi A-2107 diserahkan kepada Skadron Udara 4, sementara Hawk dengan nomor registasri TL-0103 kembali ke Skadron Udara 12.

Penyerahan kedua pesawat tersebut dilaksanakan oleh Komandan Depo Pemeliharaan 30 Kolonel Tek Sudi Andojo Bangkit kepada perwakilan masing-masing skadron udara, yakni Mayor PNB M. Reza Sapta N dari Skadron Udara 12 dan Kapten PNB Irfan Joko P dari Skadron Udara 4, pada Kamis (18/12/2025).

Pesawat angkut Casa NC-212 dengan nomor registrasi A-2107 kembali berdinas ke Skadron Udara 4 di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang (photo: TNI AU)

Selama diserahkan, kedua pesawat telah menjalani rangkaian perawatan menyeluruh, perbaikan sistem, hingga pelaksanaan uji terbang. Seluruh tahapan tersebut dilaksanakan sesuai dengan standar kelaikudaraan yang berlaku untuk menjamin keselamatan dan kesiapan operasional.

Komandan Depo Pemeliharaan 30 menyampaikan bahwa seluruh tahapan perawatan dilaksanakan secara terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Ia berharap kedua pesawat tersebut dapat kembali dioperasikan secara optimal dalam mendukung tugas-tugas skadron udara. (TNI AU)