17 September 2025

PT DI Produksi Dua Helikopter VIP H225M untuk TNI

17 September 2025

Helikopter VIP H225M untuk TNI, nantinya di bawah operasi TNI AU (photo: Kemhan)

Jakarta, IDM – PT Dirgantara Indonesia (DI) berkolaborasi dengan perusahaan kedirgantaraan asal Prancis, Airbus, sedang memproduksi dua helikopter VIP H225M untuk TNI.

Helikopter tersebut telah diuji coba Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Senin (15/9).

Direktur Utama PT DI Gita Amperiawan mengatakan, dua helikopter VIP H225M nantinya akan di bawah operasi TNI Angkatan Udara.

“Komando pengendalian di TNI. Kami akan delivery dua unit,” ujar Gita kepada Indonesia Defense Magazine (IDM), Senin.

Gita mengatakan, pembangunan dua helikopter itu diupayakan bisa rampung tahun ini.

Rencananya, dua helikopter itu akan memperkuat Skadron Udara 8 di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Atang Sendjaja, Bogor, dengan prioritas utama pada operasi udara khusus dan dukungan misi kenegaraan.

“Delivery atau pengiriman sesegera mungkin. Kami upayakan tahun ini,” kata Gita.

8 helikopter H225M telah diserahkan
Adapun helikopter H225M yang ditinjau Menhan Sjafrie merupakan bagian dari program Blue Book 2014–2019, hasil kerja sama antara PT DI dan Airbus.

Dengan kemampuan multifungsi mulai dari transportasi pejabat tinggi, dukungan misi kenegaraan, hingga operasi udara khusus, H225M dirancang untuk memperkuat fleksibilitas dan daya jangkau TNI AU dalam menghadapi tantangan operasional masa kini.

Nilai kontrak pengadaan mencapai puluhan juta Euro yang mencakup dua helikopter, airborne kit, dukungan logistik terpadu (ILS), publikasi teknis, serta pelatihan intensif bagi kru udara dan darat. Setiap unit dilengkapi garansi 24 bulan atau 1.200 jam terbang, menjamin keandalan dan pemeliharaan jangka menengah.

“Jika sudah siap terbang, helikopter ini bisa langsung terhubung dengan markas di bawah dan digunakan untuk kepentingan TNI serta Kementerian Pertahanan,” ujar Menhan Sjafrie.

Sebelumnya, pemerintah menyerahkan delapan helikopter H225M buatan Airbus kepada TNI AU pada 2023. Delapan helikopter itu telah melalui proses re-assembly.

Gita memastikan, dua helikopter VIP H225M memiliki teknologi terbaru dibanding delapan helikopter sebelumnya. 

(IDM)

Wing 23 Welcomed the Delegation from the PLAAF for Exercise Falcon Strike 2025

17 September 2025

Delegation of PLAAF on Falcon Strike 2025 (photos: RTAF)

On September 16, 2025, Group Captain Nathai Muangmanee, Commander of Wing 23, assigned Group Captain Phisit Thepsuwan, Deputy Commander of Wing 23, to represent the delegation in welcoming Air Vice Marshal Lu Hongzhou, Commander of Kunming Air Force Base, People's Republic of China Air Force, and Acting Director of the Falcon Strike 2025 Exercise for the People's Republic of China Air Force, and his delegation. The delegation was to conduct the joint exercise between the Royal Thai Air Force and the People's Republic of China Air Force (Falcon Strike 2025) from September 15-25, 2025, at Wing 23, Udon Thani Province.


The People's Republic of China Air Force has long cooperated in joint exercises with the Royal Thai Air Force, which has benefited the development of the operational capabilities of both air forces. Furthermore, Falcon Strike 2025 demonstrates the close friendship and cooperation between the two nations.

The objective of this exercise is to develop tactical air operations capabilities. To strengthen the good relationship between the Royal Thai Air Force and the People's Republic of China Air Force, and to maintain peace and stability in the region, Falcon Strike 2025 strengthens the Thai-Chinese Air Force's claws and strengthens the friendship towards stability. (Wing 23 RTAF)


What aircraft did China bring?
It has been reported that the People's Republic of China Air Force (PLAF) will bring six J10 fighter jets, two J11s, two JH-7s, one KJ-500 AWAC aircraft, one YLG-9 (EW/ELINT) and one Y-6 Tanker for Falcon Strike 2025.

The Royal Thai Air Force (RTAF) will use five Gripen and four Alpha Jets.


Air Vice Marshal Lu Hongzhou, Commander of Kunming Air Force Base, People's Republic of China Air Force and serves as the Director of the Joint Exercise Command Center, Falcon Strike 2025, for the People's Republic of China Air Force.

On the occasion of the joint exercise between the Royal Thai Air Force and the People's Republic of China Air Force (Falcon Strike 2025) from September 15-25, 2025, at Wing 23, Udon Thani Province, Group Captain Pisit Thepsuwan, Deputy Commander of Wing 23, welcomed them.


The People's Republic of China Air Force has been collaborating on joint exercises with the Royal Thai Air Force for a long time, which has been beneficial in developing the operational capabilities of both air forces. (Deep Blue Sea)

Batch Kedua Rafale Datang April 2026 Menyusul Batch Pertama pada Fabruari 2026

17 September 2025

Pesawat tempur Rafale T-0301 TNI AU (all photos: Swiderek Maciejka)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono mengatakan tiga pesawat tempur baru TNI AU buatan perusahaan Prancis, Rafale, dijadwalkan datang ke Indonesia pada Februari 2026.

"Rencananya antara Februari atau Maret (2026), kita akan menerima batch pertama tiga pesawat dulu," kata Marsekal Tonny di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.

Tonny menjelaskan kedatangan pesawat tempur Rafale itu untuk menambah kekuatan pertahanan udara TNI AU yang sebelumnya telah diperkuat beberapa pesawat tempur, seperti T-80, Hawk 100/200, Sukhoi Su-30, dan F-16.


Tonny melanjutkan nantinya TNI AU akan menerima kedatangan Rafale tahap kedua pada April 2026 sebanyak tiga pesawat dan akan terus berlanjut hingga total pembelian sebanyak 42 pesawat.

Untuk memastikan jet tempur tersebut bisa beroperasi dengan baik, Tonny mengatakan pihaknya telah menyiapkan infrastruktur perawatan pesawat hingga petugas teknisi khusus untuk operasional pesawat Rafale.

Ia berharap pesawat tersebut bisa datang tepat waktu dan secepatnya dapat digunakan penerbang tempur TNI AU untuk menjaga wilayah udara Indonesia.


Sebelumnya, Indonesia tercatat sebagai salah satu pelanggan pesawat tempur jenis Rafale yang diproduksi Prancis.

Tercatat Kementerian Pertahanan telah memborong sebanyak 42 jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation Prancis setelah kontrak pembelian tahap ketiga untuk 18 unit terakhir efektif.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan yang kala itu dijabat Brigadir Jenderal TNI Edwin Adrian Sumantha menyampaikan kontrak efektif itu menjadi dasar Dassault Aviation mulai memproduksi 18 unit terakhir jet tempur Rafale pesanan Indonesia.


"Kemenhan RI sebelumnya telah mengefektifkan kontrak pengadaan tahap pertama dengan Dassault Aviation pada September 2022 sejumlah enam unit dan Agustus 2023 sejumlah 18 unit. Totalnya pengadaan pesawat tempur Rafale oleh Kementerian Pertahanan RI berjumlah 42 unit," kata Edwin.

Dia menyebut pesawat tempur Rafale pertama pesanan Indonesia dijadwalkan tiba di tanah air pada awal 2026.

16 September 2025

EOS Unveils ‘Apollo’ as the Name of Its High Energy Laser Weapon

16 September 2025

EOS Apollo High Energy Laser Weapon (photo: EOS)

London – Electro Optic Systems (EOS), which in August secured the world’s first export contract for its 100 kW-class High Energy Laser Weapon (HELW) with a European NATO member state - a historic milestone for both the company and the global HELW sector - today announced the official identity of its HELW: Apollo.

Scalable to 150 kW, Apollo is being unveiled ahead of DSEI UK (9–12 September 2025), where EOS will showcase its high energy laser capabilities as part of Team Defence Australia.

Drones have become a defining feature of modern conflict, used for surveillance, reconnaissance, and strike missions. Their increasing numbers, fast and erratic movements and autonomy make them increasingly difficult to defeat with conventional systems.


Apollo has been developed to counter these threats at the speed of light. It is designed to defeat Group 1–3 drones and to disrupt their sensors at range. With scalable power up to 150 kW, Apollo provides 360° coverage including vertical engagements, unlimited shots with external power, and more than 200 stored engagements when isolated. It is packaged for mobility, whether containerised or vehicle mounted.

Apollo can be fielded as a stand-alone weapon or integrated into a layered counter-drone defence alongside kinetic effectors such as EOS’ Slinger remote weapon system and missile-based defences. It is designed to connect with NATO fielded command-and-control and integrated air defence systems.

Building on its longstanding heritage in laser and optical technologies, EOS has leveraged this expertise to develop Apollo - a next-generation system designed for counter-drone operations.


Dr Andreas Schwer, EOS Group CEO, said:
“EOS has developed its high energy laser weapon to meet the urgent market need and emerging strategic requirement to defend against drone swarm attacks at an economical cost. There is strong international interest in high energy laser weapons, and it is increasingly clear they will play a central role in counter-drone defence. The demand is urgent and accelerating, which is why EOS has invested for years to bring this capability to a level of maturity. Being ITAR-free and fully controlled by EOS, Apollo is ready for partners to adopt, localise and sustain as their own.”

EOS is exhibiting at DSEI UK as part of Team Defence Australia on Stand S2-110. Members of the media are invited to arrange interviews with EOS’ CEO to discuss Apollo and the company’s wider high energy laser strategy.

(EOS)

Thales Wins with Malaysia Its First Export Contract for Its Land-based High-Frequency XL Radio Systems

16 September 2025

HF XL TRC 3900 vehicle-mounted radio stations family (photo: Thales)

On the first day of DSEI 2025, Thales and local Malaysian partner Advanced Defence Systems (“ADS”) Sdn. Bhd. sign a contract for the delivery of HF XL TRC 3900 complete vehicle-mounted radio stations, including radios, amplifiers and antennas.

With this contract, Malaysia becomes the first country in Asia to benefit from innovative HF XL technology, first unveiled at Eurosatory 2024. HF XL provides ten times the data rate of current HF systems and ensures resilient long-range communications in constrained environments, perfectly suited to Malaysia’s tropical terrain. This solution provides the full advantages of HF, including secure transmissions, low operating costs and long-range coverage in remote areas or environments poorly served by satellite. It enhances resilience against jamming and enables the transfer of large data files such as images and video streaming.

The complete range of TRC 3900 HF XL radio stations also includes 20W manpack solutions for long-range mobile autonomous force needs up to 1000km, as well as 400 W & 1KW radio solutions, that enable deployed command posts to communicate with command headquarters and ​ with other units in remote areas of the theatre of operations, over distances of up to 5,000 km.

Thales deep expertise in tactical and sovereign communications in Malaysia is undisputed, with more than 10,000 radios delivered to the Malaysian Army to-date. The HF XL radios will be fully interoperable with existing radios in the Army’s inventory, positioning Thales as a key partner to Malaysia in secure communications. ​ This position is reinforced with the support of ADS, an established Malaysian champion in the defence and security sectors, with both parties committed towards strengthening long-term support and services to the Malaysian Defence Forces.

“This first export success confirms the relevance of HF XL in meeting the needs of armed forces operating in constrained environments. By combining innovation with interoperability with existing fleets, Thales provides its customers with a robust, high-performance and future-ready solution.” said Christophe Groshenry, Vice President Business Line Radiocommunications Products, Thales.

Filipina Berencana Menambah Radar dari Jepang

16 September 2025

Radar tetap J/FPS-3ME yang telah berfungsi di Wallace Air Station di San Fernando City, provinsi La Union, Luzon (photo: Manila Standard)

Media berita Jepang, Nikkei, melaporkan bahwa Filipina sedang bernegosiasi dengan Jepang untuk penjualan sistem radar pertahanan udara dan surveillance tambahan bagi Angkatan Udara Filipina.

MaxDefense telah mengonfirmasi bahwa memang terdapat kebutuhan untuk beberapa radar pertahanan udara dan surveillance bagi Angkatan Udara Filipina (PAF) dalam fase Re-Horizon 3 RAFPMP. Meskipun sudah ada jumlah yang disetujui dalam fase Re-Horizon 3 sebagaimana disetujui oleh Presiden Ferdinand Marcos Jr. pada tahun 2024, rencana terpisah tampaknya sedang disusun.

PAF membutuhkan beberapa sistem radar pertahanan udara tetap dan radar udara bergerak untuk mencakup seluruh Zona Identifikasi Udara Filipina (PADIZ), serta wilayah lain di dalam ZEE Filipina. Terdapat pula kebutuhan untuk redundansi menggunakan radar bergerak yang dapat bergerak dan memberikan cakupan tambahan bagi wilayah yang sudah tercakup oleh radar tetap.

Radar bergerak TPS-P14ME PAF (photo: Wiki)

Berbagi data radar dengan Jepang
Mitsubishi Electric Jepang berpotensi menjadi pemasok yang dituju, yang telah mengirimkan 2 sistem radar tetap dan 1 sistem radar bergerak kepada Angkatan Udara Filipina (PAF) melalui Proyek Akuisisi Radar Pengawasan Udara (Fase 2) di bawah fase Horizon 2 RAFPMP.

Sebelumnya terdapat diskusi antara Filipina dan Jepang untuk berbagi data radar dari radar di wilayah Luzon Utara dan dari prefektur Okinawa di ujung selatan Jepang, untuk memungkinkan gambaran umum Selat Luzon dan pintu masuk timur dan baratnya.

15 September 2025

TNI AL Fokus Bangun Strategi Pertahanan Maritim di 5 Pulau Besar

15 September 2025

Koarmada, Satlinlamil, Pasmar, Wing Penerbal, Sathidrosal, Depo perbekalan, senjata, dan amunisi TNI AL akan dikembangkan menjadi lima (photo: Kompas)

Jakarta, IDM – Di usia 80 tahun, TNI AL menegaskan arah pembangunan kekuatan maritim ke depan. Fokusnya bukan hanya pada modernisasi alutsista, tetapi juga penataan organisasi sesuai strategi pertahanan nasional.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Tunggul menyebut, sesuai kebijakan pertahanan yang dirumuskan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, TNI AL akan menggelar satuan operasi dan pendukung operasi di lima wilayah Pulau Besar.

“Koarmada akan dikembangkan menjadi lima. Lalu, Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) akan dikembangkan menjadi lima Satlinlamil. Sedangkan Pasukan Marinir (Pasmar) akan dikembangkan menjadi lima Pasmar,” jelas Tunggul kepada Indonesia Defense Magazine, Rabu (10/9).

Penguatan juga mencakup Wing Udara Puspenerbal yang akan ditingkatkan menjadi lima Wing Udara, serta satuan survei hidro-oseanografi Pushidrosal yang akan diperluas menjadi lima satuan survei hidros.

“Tak hanya unsur tempur, satuan pendukung juga disiapkan secara proporsional. Depo perbekalan, senjata, dan amunisi akan dikembangkan menjadi lima unit di masing-masing wilayah pulau besar,” ujar Tunggul.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali menekankan pentingnya modernisasi dan penguatan struktur organisasi untuk menghadapi dinamika global dan kompleksitas geopolitik.

“Modernisasi kekuatan dan penguatan struktur organisasi adalah bagian dari visi TNI AL yang modern, berdaya gentar kawasan, dan berproyeksi global untuk mendukung Indonesia Maju menuju Indonesia Emas 2045,” tegas Ali, dalam amanatnya saat memimpin upacara peringatan HUT ke-80 TNI AL, di Markas Koarmada RI, Jakarta, pada pagi ini.

Ia menambahkan, keberhasilan TNI AL tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan alutsista, tetapi juga oleh disiplin, kepatuhan hukum, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sinergi dengan masyarakat dan instansi lain.

Pada akhir amanatnya, Ali mengajak seluruh prajurit ‘Jalasena’ untuk menjadikan peringatan HUT ke-80 TNI AL sebagai momentum untuk memperkuat soliditas, meningkatkan profesionalitas, dan memperteguh tekad pengabdian kepada bangsa dan negara.

(IDM)