06 Desember 2025

Generasi Baru di Langit RI: NC212i NavTrain Siap Bentuk Navigator Masa Depan

06 Desember 2025

NC212i konfigurasi Navigation Training (NavTrain) (photo: BandungOke)

Bandung, BandungOke – Bandung kembali menjadi panggung kecil bagi industri dirgantara nasional.Wisata Bandung Raya

Tanpa gegap-gempita, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) melepas satu lagi karya teknologinya yakni NC212i konfigurasi Navigation Training (NavTrain).

Pesawat yang tidak sekadar terbang, tetapi membawa harapan panjang bagi regenerasi navigator TNI Angkatan Udara.

Unit ketujuh ini terbang dari Hanggar Delivery Center PTDI Bandung menuju Lanud Abdulrachman Saleh Malang, melanjutkan pemenuhan kontrak sembilan unit NC212i bersama Kementerian Pertahanan.

Di balik baling-baling MTV-27 buatan Jerman yang berputar kencang itu, ada kerja panjang bertahun-tahun memastikan kemampuan latihan udara Indonesia tidak tertinggal zaman.

Kokpit yang Berubah Menjadi Ruang Kelas Terbang
Tidak seperti konfigurasi angkut atau misi, NC212i NavTrain adalah ruang belajar di ketinggian. Di dalamnya terpasang meja navigasi, panel instrumen, kursi instruktur dan trainee, juga perangkat komunikasi lengkap untuk simulasi misi.

NC212i konfigurasi Navigation Training (NavTrain) (photo: A Rafi NA)

Para calon navigator kini bisa belajar langsung di udara, bukan hanya dari simulator darat yang dingin dan statis.

Kehadiran NavTrain ini bukan sekadar pembaruan armada, melainkan penyegaran sistem pendidikan yang menopang kesiapan tempur TNI AU.

“Setelah enam unit sebelumnya diserahkan, hari ini kami menerbangkan pesawat ketujuh… NC212i adalah pesawat multiguna yang dapat diandalkan untuk berbagai misi, termasuk Navigation Training,” ujar Dena Hendriana, Direktur Produksi PTDI dikutip Kamis (4/12/2025).

Di Balik Flight Deck: Ritme Tenang dan Keamanan Ketat
Pesawat bernomor ekor AX-2134 diterbangkan oleh Mayor Pnb Kurniawan S. dan Kapten Pnb Wahyu Nur Syarifudin—dua nama yang memang akrab dengan misi ferry flight. Sehari sebelumnya, pesawat telah lolos IDAA Acceptance, gerbang pemeriksaan ketat di dunia pertahanan.

Unit ini melengkapi tujuh dari sembilan NC212i yang dikontrak Kemhan RI. Unit kedelapan dijadwalkan mengudara pada kuartal pertama 2026—menandai target ambisius PTDI membuktikan bahwa industri dirgantara lokal bukan sekadar bertahan, tetapi tumbuh.

NC212i konfigurasi Navigation Training (NavTrain) (photo: A Rafi NA)

Menggantikan Armada 1985: Generasi Baru yang Dibutuhkan
TNI AU menyambut pengiriman ini dengan antusias. “Pesawat Navigation Training ini akan menggantikan armada NavTrain kami yang lama, yang telah digunakan sejak 1985.” ujar Wadan Grup 1 Kolonel Pnb Wisnu Aji Prabowo.

Setelah hampir empat dekade mengandalkan armada lama, kedatangan NC212i NavTrain seperti mengganti pensil tumpul dengan pena digital. TNI AU butuh itu—apalagi medan operasi kini makin kompleks, dari misi tempur, patroli, hingga kemanusiaan seperti yang baru-baru ini dilakukan di Medan.

Dengan performa baling-baling MTV-27 yang lebih halus, tingkat kebisingan rendah, dan kompatibilitas optimal dengan mesin Honeywell TPE331, pelatihan bisa berjalan lebih nyaman dan presisi.

Lebih dari Sekadar Pengiriman: Ini Tentang Masa Depan
NC212i mungkin pesawat kecil, tetapi dampaknya besar. Setiap ferry flight bukan hanya serah terima pesawat, melainkan penguatan ekosistem pertahanan Indonesia—dari teknologi, sumber daya manusia, hingga kemandirian industri.

Bandung ke Malang hanya satu rute. Tetapi bagi PTDI dan TNI AU, itu adalah perjalanan panjang menuju kedaulatan angkasa.

Wakasau Tinjau Program Management Review Pengadaan Helikopter AW-189

06 Desember 2025

PMR ini adalah tidak lanjut kegiatan pada pameran Indo Defence 2024 yang diadakan di Jakarta pada Juni 2025 lalu, dimana PTDI menanda-tangani kontrak penjualan enam heli AW189 dengan Kementerian Pertahanan RI, yang akan digunakan oleh TNI AU (photos: TNI AU)

Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsdya TNI Ir. Tedi Rizalihadi S., M.M. meninjau Program Management Review (PMR) pengadaan helikopter angkut berat AW-189 di fasilitas Leonardo Helicopters, Italia, pada 1–3 Desember 2025.


Wakasau hadir sebagai observer bersama tim PMR yang terdiri dari personel TNI AU yaitu Dangrup Heli Koopsau, Sesdisaeroau, Paban III/Aero Slogau, serta personel Kementerian Pertahanan yaitu Kolonel Kal M. Agus Fauzan dan Kolonel Lek Dwi Anggoro. Selain itu hadir pula Direktur Niaga, Teknologi, dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Bpk. Moh. Arif Faisal selaku perwakilan dari pihak penyedia.


Dari pihak Leonardo Helicopters, PMR diikuti oleh Mr. Giulio Volpato beserta para manajer program, kontrak, desain interior, dan pelatihan.

Rangkaian kegiatan PMR mencakup peninjauan helikopter AW-189 di Lenate Airport, inspeksi lini produksi di Pabrik Leonardo Varese, serta paparan mengenai kontrak, desain, dan aspek teknis yang menjadi bagian dari paket pengadaan.


Selain itu, turut dilaksanakan diskusi untuk merumuskan action key sebagai tindak lanjut hasil peninjauan, sehingga langkah berikutnya dapat disusun secara tepat dan selaras dengan arah kebijakan TNI AU.

Helikopter Leonardo AW189 pada dasarnya adalah varian sipil dari helikopter militer AW149 (photo: Fumagalli Andrea)

Secara keseluruhan, PMR memberikan gambaran komprehensif mengenai aspek teknis, produksi, dan dukungan pelatihan yang termasuk dalam paket pengadaan. Kegiatan ini diharapkan semakin memperkuat kesiapan TNI AU dalam memenuhi kebutuhan alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam) ke depan.

Australia Starts Missile Production

06 Desember 2025

Guided Multiple Launch Rocket System (GMLRS) missile (photo: Lockheed Martin)

Australia will start manufacturing Guided Multiple Launch Rocket System (GMLRS) missiles this month after the opening of a new factory in Port Wakefield, South Australia.

As part of the Albanese Government’s commitment to establish a sovereign guided weapons industry and a future made in Australia, Lockheed Martin Australia and Defence will commence production of Guided Multiple Launch Rocket System (GMLRS) missiles at the facility by the end of 2025.

The project will create around 20 new manufacturing jobs on-site and support hundreds more across the supply chain, driven by the Albanese Government’s investment.

The GMLRS missile is a precision strike weapon launched from the High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) recently acquired under the Australian Army’s long-range fires project.

The announcement today also marks a significant milestone in Australia’s Guided Weapons and Explosive Ordnance (GWEO) Enterprise plan, meeting the production schedule outlined by the government last year. The factory – designed and built by Intract Australia, an Indigenous-owned and -operated company – was completed in just under seven months.

The Port Wakefield factory will be only the second facility in the world to produce GMLRS outside Lockheed Martin’s facility in Camden, Arkansas. This achievement deepens Australia–United States defence ties and opens significant export opportunities.

The first cohort of Australian workers has successfully completed training at the Camden facility, accelerating knowledge transfer and strengthening Australia’s sovereign defence capability.

This project forms part of the Albanese Government’s investment of up to $21 billion over the decade to acquire more long-range strike systems and manufacture longer-range munitions in Australia.

A GMLRS launched by an M142 HIMARS in service with Ukraine (photo: TWZ)

Quotes attributable to Acting Prime Minister, Richard Marles:
“Starting missile production in Australia this year is a major step in building the industrial strength our nation needs. It’s about creating advanced manufacturing capability that will serve Australia for decades to come.

"This factory is part of a bigger picture – growing a high-tech industry that supports skilled jobs, drives innovation and strengthens Australia’s economy. It’s a clear example of what a future made in Australia looks like.

"Producing these missiles in Australia demonstrates both the strength of our alliance with the United States and the capability of Australian industry.”

Quotes attributable to Minister for Defence Industry, Pat Conroy:
“The opening of this factory delivers on the Albanese Government’s commitment to establish a sovereign missile manufacturing industry. It’s about jobs for locals and a future made in Australia.

“This is a significant milestone and a proud moment for Australia. This will make us more self-reliant and strengthen our national security.

“It reaffirms our defence partnership with the United States, including our growing collaboration on guided weapons and explosive ordnance, and will equip our ADF with long-range strike capability that will help keep Australians safe.”

Quotes attributable to Mr Patrick Mason, Deputy Assistant Secretary of the U.S. Army for Defense Exports & Cooperation (DASA DE&C):
"The opening of this GMLRS manufacturing facility in Port Wakefield represents a transformative milestone in U.S.-Australia defence cooperation. 

This partnership not only strengthens our shared commitment to regional security but also demonstrates the power of allied innovation in building resilient defence supply chains. 

Our nations’ goal to collaborate on guided weapons manufacturing exemplifies the deep trust and interoperability that defines our alliance, while potentially creating new opportunities for both countries to support partners across the Indo-Pacific region."

05 Desember 2025

Boeing 737-800 NG No Seri A-7310 Bergabung ke Skadron Udara 17

06 Desember 2025

Pesawat Boeing 737-800 NG No Seri A-7310 (photos: TNI AU)

Dangrup 1 Angkut Dampingi Pangkoopsau Terima Kedatangan Pesawat Boeing 737-800 NG

Grup 1 Angkut – Komandan Grup 1 Angkut hadiri sekaligus mendampingi Pangkoopsau dalam kegiatan penerimaan pesawat Boeing 737-800 NG yang akan memperkuat jajaran Skadron Udara 17, pada hari rabu (03/12/2025), bertempat di Apron Skadron Udara 17 Grup 1 Angkut.

TNI AU membentuk satgas untuk pengadaan pesawat tersebut dengan dipimpin oleh Kolonel Pnb Sunar Adi Wibowo, S.T.,M.Han. selaku Kasatgas, Kolonel Tek Henry Prasetyo, S.T.,M.Han. Sebagai Sekretaris Satgas, Kapten Tek Ilham Triwicaksono, S.Tr.,(Han)., Lettu Tek Andromeda Kamil, S.T.Han., dan Letda Lek Eddy Sahputra sebagai Anggota

Kegiatan penerimaan pesawat tersebut merupakan bagian dari upaya strategis TNI AU dalam meningkatkan kemampuan dukungan angkutan udara VIP maupun VVIP.

Hadir dalam acara tersebut, Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Marsma TNI Erwin Sugiandi, M.Han. Komut MMF Marsda TNI (Purn) Eddy Supriyono, Dirut MMF Bapak Edwin Gunawan, Kadislog Lanud Halim Perdanakusuma, Asops Grup 1 Angkut dan Aslog Grup 1 Angkut.

(Koopsau)

ADF Embarks HIMARS on Canberra-class Landing Craft

05 Desember 2025

Army's high mobility artillery rocket system (HIMARS) on board a landing craft in Sydney Harbour (photo: Aus DoD)

HIMARS proves to be shipshape

It’s not the normal place you would expect to find Army’s high mobility artillery rocket system (HIMARS), but it turns out the platform has great sea legs.

As part of Introduction into Service, the HIMARS was tested during a series of sea trials in Sydney Harbour using the flagship landing helicopter dock HMAS Canberra.

The trial involved verifying the ability to move the platform via a range of methods. The HIMARS was further tested on one of Canberra’s landing craft.

For Commander 54th Siege Battery Major Ben Hutchinson, the trials were fundamental to ensure they could operate and move the platform via different means.

“While the trials conducted here at Fleet Base East seem relatively straightforward, it’s important to test and plan for these types of movements,” Major Hutchinson said.

“Having already successfully tested the ability to move via a range of air frames, it was time to work with our teammates in the Royal Australian Navy to ensure we can move the HIMARS as needed through a range of force projection options.

“It demonstrated the ability of the HIMARS to support land forces through littoral movement.”

The trials also tested the movement of the resupply vehicle and resupply trailer, vital for sustainment of the system.

Fregat Merah Putih Indonesia Terlihat Sedang Dipasangi Radar Baru oleh Aselsan

05 Desember 2025

Radar Aselsan CENK 350-N di atas fregat kelas Merah Putih (photo: Keris)

Sebuah foto dari ship spotter yang beredar di media sosial menunjukkan radar AESA CENK 350-N fixed-face baru dari ASELSAN sedang dipasang pada fregat kelas Merah Putih pertama Indonesia, yang saat ini sedang dibangun di PT Pal. Integrasi ini menandai perkembangan penting dalam program tersebut, yang pertama kali dilaporkan Naval News dalam pameran Indo Defence 2025 di Jakarta pada Mei 2025.

Foto tersebut dibagikan oleh akun blog Lembaga Keris, yang menunjukkan kapal pertama di kelasnya, Merah Putih, sedang dibangun. Foto tersebut menunjukkan dua susunan dari radar Active Electronically Scanned Array (AESA) fixed-face CENK 350-N terlihat jelas.

Dilaporkan pertama kali oleh Naval News dalam pameran Indo Defence 2025 yang diadakan di Jakarta pada Mei 2025, radar CENK 350-N, yang juga disebut Mete Han, akan menjadi radar pengawasan udara/air surveillance radar utama untuk fregat kelas Merah Putih yang akan datang.

Aselsan dilaporkan menyediakan rangkaian sensor yang komprehensif untuk fregat Merah Putih. Rangkaian ini mencakup radar multifungsi Mete Han (juga dikenal sebagai CENK-350), radar CENK-200 (juga disebut MAR-D) untuk kendali helikopter, dan radar pengintai AESA CENK-400, yang saat ini beroperasi di fregat kelas-I milik Türkiye. Sistem-sistem ini membentuk inti dari kemampuan kewaspadaan situasional dan pengintaian udara kapal.

Radar CENK 350-N (image: Aselsan)

Tentang sistem radar CENK 350-N
CENK 350-N ASELSAN—yang pada dasarnya merupakan turunan yang lebih ringan dan ringkas dari sistem ÇAFRAD yang ditujukan untuk kapal perusak pertahanan udara TF-2000 Angkatan Laut Turki di masa mendatang—mewakili generasi terbaru radar AESA angkatan laut bermuka tetap. Sistem ini dibangun di atas empat susunan aktif X-band yang bersama-sama memberikan cakupan 360 derajat yang mulus tanpa kendala antena yang berputar secara mekanis. Setiap panel memberikan cakupan azimuth dan elevasi yang luas, memungkinkan radar untuk mendeteksi, melacak, dan mengklasifikasikan sejumlah besar target udara dan permukaan dengan kecepatan refresh yang tinggi. Dengan jangkauan instrumen sekitar 250 km dan kemampuan untuk mendukung panduan jarak menengah untuk rudal pertahanan udara, CENK 350-N sangat cocok untuk fregat dan korvet modern yang membutuhkan kinerja penginderaan canggih dalam paket yang hemat ruang.

Keunggulan utama CENK 350-N adalah kemampuannya untuk mempertahankan kesadaran situasional tanpa gangguan di semua sektor, bahkan di perairan pesisir yang padat atau kondisi cuaca yang menantang. Arsitektur fixed-face-nya memungkinkannya untuk memantau target multi-domain yang kompleks—mulai dari pesawat terbang rendah dan rudal sea-skimming hingga kontak permukaan kecil—sambil menawarkan keandalan inheren dan mengurangi kebutuhan perawatan teknologi AESA. Kombinasi kapabilitas, fleksibilitas integrasi, dan cakupan menyeluruh yang konstan menjadikan CENK 350-N solusi yang menarik bagi angkatan laut yang ingin memodernisasi rangkaian manajemen tempur mereka, terutama pada platform yang harus mempertimbangkan secara cermat batasan ruang, berat, dan daya.

Selain itu, Aselsan akan memasok sistem tautan data dan IFF, sistem kendali tembakan AKREP-200 untuk rudal antikapal Atmaca, dan sonar FERSAH yang terpasang di lambung kapal untuk pengawasan bawah air. Perwakilan perusahaan mengonfirmasi bahwa tiga kontrak terkait sistem ini telah ditandatangani hingga saat ini. Pengiriman semua komponen direncanakan dalam jangka waktu 36 bulan.

Konfigurasi radar fixed-face CENK 350-N pada Fregat Merah Putih (image: Aselsan)

Selain itu, perusahaan pertahanan Turki lainnya, HAVELSAN dan ROKETSAN, juga akan menyediakan sistem penting untuk fregat-fregat ini. Havelsan akan bertindak sebagai integrator sistem utama, dengan Sistem Manajemen Tempur (CMS) ADVENT yang akan dipasang pada fregat kelas Merah Putih. ADVENT telah diadopsi secara lebih luas oleh Angkatan Laut Indonesia, yang bermaksud untuk meningkatkan lebih dari 40 kapal dengan sistem ini. Oleh karena itu, Indonesia diperkirakan akan memperluas kemampuan peperangan yang berpusat pada jaringan secara signifikan.

Pemasangan ADVENT pada fregat Merah Putih menandai tonggak sejarah bagi Havelsan, karena ini akan menjadi pertama kalinya sistem tersebut terintegrasi ke dalam lambung kapal rancangan Inggris.

Roketsan akan melengkapi fregat tersebut dengan sistem peluncur vertikal MIDLAS, yang akan menampung rudal antikapal ATMACA sebagai senjata serang permukaan utama platform tersebut. Kelas Merah Putih akan menjadi platform pertama yang meluncurkan rudal ATMACA dari MIDLAS, menjadikan Indonesia sebagai pelanggan peluncuran untuk kemampuan terintegrasi ini.

04 Desember 2025

PT DI Serahkan Pesawat NC212i Unit Ke-7 Kepada TNI AU

04 Desember 2025

Pesawat NC212i unit ke-7 dengan konfigurasi Navigation Training (NavTrain) (photos: PT DI)

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kembali menunjukkan progres nyata dalam pemenuhan kontrak 9 (sembilan) unit pesawat NC212i dengan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI untuk end user TNI AU, melalui pelaksanaan ferry flight pesawat NC212i unit ke-7 dari Hanggar Delivery Center PTDI, Bandung menuju Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Pesawat NC212i ini dikirimkan dengan konfigurasi Navigation Training (NavTrain) yang dirancang khusus untuk mendukung pelatihan awak udara, sekaligus memperkuat kontribusi PTDI dalam meningkatkan kesiapan operasional dan kemampuan pendidikan TNI AU.

Pesawat NC212i konfigurasi NavTrain ini dilengkapi dengan meja dan panel instrumen navigasi, kursi instruktur dan trainee, perangkat komunikasi dan serta sistem navigasi yang memungkinkan pelatihan prosedur penerbangan secara langsung di dalam pesawat. Kehadiran fitur tersebut menjadikan NC212i NavTrain sebagai platform yang efektif bagi awak udara, khususnya calon navigator dan crew misi, sehingga mendukung peningkatan kompetensi sumber daya manusia TNI AU dalam menghadapi berbagai skenario operasi.

Direktur Produksi PTDI, Dena Hendriana bersama tim program NC212i meninjau langsung persiapan ferry flight pesawat NC212i yang kemudian akan dioperasikan oleh Skadron Udara 4. Pesawat dengan tail number AX-2134 ini diterbangkan oleh Mayor Pnb Kurniawan S. sebagai Pilot In Command Ferry dan Kapten Pnb Wahyu Nur Syarifudin sebagai Copilot. Sebelumnya, pesawat ini telah melalui proses Indonesian Defence Airworthiness Authority (IDAA) Acceptance pada tanggal 3 Desember 2025, guna memastikan seluruh aspek kualitas dan kelaikan operasional memenuhi standar pertahanan yang berlaku. Dengan pengiriman ini PTDI telah menuntaskan 7 (tujuh) unit dari total 9 (sembillan) unit NC212i yang disepakati dalam kontrak dengan Kemhan RI, sementara unit ke-8 (delapan) direncanakan akan dikirim pada kuartal pertama 2026.

Seperti unit sebelumnya, pesawat ini juga sudah dilengkapi dengan baling-baling buatan MT Propeller, Jerman, yakni MTV-27 yang telah disertifikasi oleh EASA.

(PT DI)