07 Maret 2011
Embraer Super Tucano (photo : Aereo)
MALANG, KOMPAS.com - Lapangan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh bersiap menerima kedatangan 16 pesawat terbang tempur taktis Super Tucano yang sudah dipesan dari pabriknya di Brasil, Embraer, bulan September 2011. Pesawat ini akan mengganti seluruh sisa pesawat dengan karakter yang sama, OV-10 atau dijuluki Bronco yang kini sudah habis jam terbangnya dan hanya bisa dimuseumkan.
Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Marsekal Pertama (Marsma) Agus Dwi Putranto di Malang, Senin (7/3/2011) menjelaskan, Mabes TNI AU dan pemerintah yang memutuskan memilih dan membeli jenis pesawat tersebut. "Sebagai prajurit kami menyiapkan diri untuk memanfaatkan dan memelihara sebaik mungkin. Sudah kami siapkan pilot dan teknisi yang akan mengoperatori dan melayani perawatannya, pada Skadron 21, yang sama dengan Skadron OV-10," katanya.
Menurutnya, secara berangsur para teknisi dan calon pilot sudah mendapat kesempatan pendidikan, yang tidak ia rinci. Pesawat tempur Super Tucano, jelasnya, merupakan pesawat tempur taktis yang bertugas sebagai semacam pemandu dan pengintai atau penjuru depan, bagi pesawat tempur serbu di belakangnya.
"Ini jenis pesawat tempur kecil, yang karena kecepatannya yang lebih rendah dibanding pesawat tempur jet Sukhoi, akan memudahkan pilot Super Tucano untuk mengamati sasaran darat, bertipe pesawat tempur sasaran udara ke darat," katanya.
"Karakternya dalam taktik pertempuran udara kurang lebih mirip dengan peran OV-10, hanya saja jauh lebih modern segala-galanya dibanding OV-10, termasuk sistem navigasinya, persenjataannya dan mesinnya," sambung Agus.
Persenjataan yang dibawa jenis roket dan bom udara ke darat seperti bom MK82, dan semua jenis senjata untuk tujuan penyerangan air to ground. Adapun pesawat dibawah skadron 21 OV-10/Bronco, katanya, kini tersisa tinggal tujuh pesawat saja. Sebuah OV-10 sudah dipastikan akan diterbangkan ke Yogyakarta untuk dimuseumkan. "Lanud Abdulrachman Saleh berencana memasang satu pesawat sebagai monumen di dalam kompleks Lanud. Lalu sisanya belum diputuskan," katanya.
Menurut Agus, bisa saja jika ada pihak yang hendak memerlukannya untuk dijadikan monumen. Permintaan mengenai itu hanya bisa diizinkan oleh Mabes TNI AU. "Selama ini sudah ada satu OV-10 yang dijadikan monumen di Kabupaten Jombang, Jawa Timur," tambah Marsma Agus Dwi Putranto.
(Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar