16 Desember 2014
Dua kapal selam berpeluru kendali akan dibangun di PT PAL pada periode 2015-2019 (photo : Militaryphotos)
Kasal Targetkan Indonesia Memiliki 12 Kapal Selam
Jakarta - Untuk menjaga kedaulatan wilayah Indonesia, selain kapal laut Indonesia juga membutuhkan 12 kapal selam untuk membantu pengamanan dan penegakan kedaulatan tersebut.
Kepala Staf TNI AL, Laksamana Marsetio, mengatakan membeli tiga buah kapal selam, dua kapal selam dibangun utuh dari Korea Selatan, sedangkan untuk satu kapal akan dirakit di Indonesia oleh PT PAL dan Galangan dengan produsen kapal selam Korea Selatan. "Saat ini kita baru memiliki dua kapal selam, ditargetkan pada tahun 2020 kita memiliki 7 kapal selam, sedangkan untuk menjaga kedaulatan wilayah laut Indonesia yang sangat luas minimal kita memiliki 12 kapal selam," ujar Marsetio, Selasa (16/12) siang.
Menurut Marsetio kapal selam yang akan dibuat TNI AL tersebut akan dipersenjatai dengan rudal yang dapat dengan mudah melumpuhkan target kapal asing yang melanggar kedaulatan wilayah Indonesia. "Pada anggaran tahun 2015 hingga 2019 kita menargetkan dapat membangun dua kapal selam yang dibangun sendiri setelah adanya transfer teknologi dengan pihak produsen kapal di Korea Selatan," lanjut Marsetio.
Marsetio menjelaskan armada kapal laut milik TNI AL memiliki tiga peran utama, yakni peran militer untuk menegakkan kedaulatan negara dan melakukan latihan militer dengan negara tetangga. Fungsi kedua yakni konstagulari, yakni penegakan hukum dimana TNI AL bersama 13 instansi lainnya, seperti Kepolisian, Imigrasi, Bea Cukai, Kehutanan, dsb dapat melakukan tindakan hukum sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Fungsi ketiga yakni Diplomasi, misalnya TNI AL mengirimkan kapal perangnya untuk mengamankan perairan di Lebanon.
Terkait 30 kapal ikan asing yang masuk ke perairan di Indonesia beberapa waktu lalu, Masetio menjelaskan kapal-kapal asing tersebut akan didata apakah memiliki surat izin penangkapan. "Mereka biasanya menyasar perairan Aru, perairan Natuna, kapal asing tersebut umumnya berasal dari Tiongkok, Thailand, dan Vietnam," lanjut Marsetio.
Dalam pembukannya dalam seminar nasional kemaritiman TNI AL di Gedung Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Marsetio menjelaskan pentingnya sinegitas berbagai pihak dalam mewujudkan pembangunan nasional berwawasan maritim dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. "Kita dapat mewujudkan hal tersenut dengan menjalankan lima pilar, yakni, komitmen membangun kembali budaya maritim Indonesia, menjaga dan mengelola sumber daya laut berbasis kedaulatan pangan dengan mengembangkan fungsi nelayan sebagai ujung tombak, mendorong pengembangan infrastruktur tol laut, menjalin dipolomasi maritim dengan negara lain, dan membangun kekuatan pertahanan maritim," tutup Marsetio.
(Berita Satu)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar