08 Oktober 2016

Penampakan Rudal Chiron, MANPADS Terbaru dalam Arsenal TNI AU

08 Oktober 2016

Rudal MANPADS Chiron (all photos : Angkasa) 

Latihan puncak Angkasa Yudha 2016 memang istimewa. Tidak hanya all out menggelar pesawat tempur yang menyajikan simulasi serangan darat dan pertempuran udara yang mengundang decak kagum di Natuna, TNI AU ternyata juga menyiapkan sejumlah alutsista terbaru yang penampakannya tidak banyak terlihat oleh khalayak.

Salah satunya adalah rudal anti pesawat jarak dekat Chiron buatan Korea Selatan. Kehadiran sistem MANPADS (Man Portable Air Defense System) ini sudah didengungkan sejak 2014, sebagai pendamping sistem kanon anti pesawat 35mm Rheinmetall Skyshield. Kalau Skyshield sudah dipamerkan dan digelar kemana-mana, maka rudal Chiron terhitung pemalu. TNI AU lebih sering menggelar sista anti pesawat QW-3 buatan Tiongkok dengan fungsi yang sama.

Chiron sendiri berawal dari upaya Korea Selatan untuk membangun sistem pertahanan udara secara mandiri, dengan meluncurkan proyek KP-SAM (Korean Portable Surface to Air Missile) “Shingung” atau bila diterjemahkan berarti busur dewa. Butuh 8 tahun waktu untuk mengembangkan KP-SAM sebelum dapat diproduksi secara komersial dengan nama Chiron, yang produksinya dipercayakan kepada LIG Next1, anak perusahaan konglomerasi LG yang membidangi urusan pertahanan.

Sistem Chiron sendiri didesain untuk dioperasikan dengan menggunakan launcher post atau pos peluncur dengan tripod, grip untuk pegangan tangan, serta sistem optik bidik serta tak lupa kursi untuk juru tembak. Rudal Chiron memiliki berat mencapai 24,3 kg untuk tabung peluncur dengan rudalnya. Satu launcher post biasanya diawaki oleh juru tembak, pengisi rudal, dan pengamat/ pencari sasaran.


Kemampuan luncur rudal Chiron mencapai 700 meter/detik atau Mach 2,4 dengan jarak efektif mencapai 7.000 meter untuk sasaran yang terbang dengan ketinggian maksimum 3.500 meter. Sistem pemandu pada Chiron sama seperti sebagian besar sistem MANPADS jarak dekat, mengandalkan sistem pandu Infra Merah yang mengejar emisi panas pesawat sasaran, plus sensor kontras UV (Ultra Violet) untuk pengenalan sasaran yang lebih baik, terutama saat berhadapan dengan sumber panas lain yang lebih dominan. Rudal Chiron juga sudah dilengkapi dengan interogator IFF (Identification Friend or Foe) untuk mengenali pesawat kawan yang memancarkan sinyal dari transponder IFFnya.

Waktu respon yang dibutuhkan Chiron dari pelatuk ditarik sampai rudal meluncur hanya tiga detik, rudal akan meluncur setelah kode baringan dan jarak ke sasaran diinput oleh sistem TDR (Target Data Receiver) ke dalam prosesor rudal. Rudal Chiron menggunakan hulu ledak fragmentasi yang dipicu oleh sumbu jarak (proximity).

Saat rudal sudah mendekati sasaran, tiang antena telemetri yang ada di kepala rudal akan mengirim sinyal untuk meledakkan rudal ketika sudah berada 1,5 meter dari sasaran. Ledakan rudal akan menghasilkan 720 fragmen logam panas nan tajam dengan energi kinetik yang cukup untuk merobek kulit alumunium pesawat terbang.


Di TNI AU, sistem Chiron dioperasikan terintegrasi dengan sistem kendali penembakan Skymaster yang memasok informasi sasaran untuk sistem Skyshield. Sistem Skymaster yang dilengkapi dengan radar pencari dan penjejak memampukan pasokan informasi sasaran di luar garis cakrawala sehingga personil tim penembak Chiron dapat menyiapkan diri untuk menghadang sasaran pada jarak efektif terjauh rudal ini sendiri.

Spesifikasi Rudal Chiron
Diameter                             : 80mm
Panjang tabung luncur        : 1,87m  
Panjang rudal                      : 1,68m
Bobot hululedak                  : 2,5kg
Kecepatan                          : Mach 2,4

(Angkasa)

3 komentar: