11 Agustus 2009
Pilihan mengerucut ke Changbogo class atau Kilo class (photo : RoK Navy, Wiki)
Pemerintah Beli Dua Kapal Selam
Jakarta, Kompas - Armada angkatan perang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dipastikan mendapatkan tambahan peralatan utama sistem persenjataan berupa kapal selam sebanyak dua unit. Proses pengadaan kapal selam itu terus berjalan.
Pengadaan dua kapal selam tersebut dibiayai fasilitas kredit ekspor senilai 700 juta dollar Amerika Serikat, yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2004-2009.
Demikian diungkapkan Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno seusai hadir dan memberikan sambutan dalam peluncuran buku 50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009, Senin (10/8). Turut hadir Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono.
”Kami sudah tentukan spesifikasi teknisnya serta kemampuan dan efek penggentar yang lebih dari yang dimiliki negara tetangga. Kalau enggak bisa begitu, ya jangan beli. Mendingan uangnya buat beli beras saja, lah. Namun, kami yakin pemerintah mengerti pentingnya membeli senjata yang berefek gentar tinggi,” ujar Tedjo.
Dari empat negara produsen kapal selam yang mengajukan tawaran produk mereka, seperti Jerman, Perancis, Korea Selatan, dan Rusia, tambah Tedjo, pihaknya mengaku telah menetapkan dua negara produsen sesuai dengan kebutuhan, yaitu Korea Selatan dan Rusia.
Juwono Sudarsono mengatakan akan mengupayakan pengadaan kapal selam tersebut di tengah keterbatasan alokasi anggaran pertahanan yang ada. Dengan begitu, dia berharap paling tidak akhir tahun 2011 realisasinya bisa dilakukan. (DWA)
(Kompas)
Baca juga :
Kapal Selam Ditarget Tiba 2011
DEPARTEMEN Pertahanan (Dephan) menargetkan dua kapal selam baru sudah tiba akhir tahun 2011 atau selambatnya awal 2012. "Akan diusahakan dan dikejar (target itu)," kata Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono saat Peluncuran Buku "50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana" di Wisma Elang Laut, Jakarta, Senin (10/8).
Kontrak pemesanan kapal setidaknya sudah disepakati beberapa bulan ke depan. Dengan catatan, sudah ada ketersediaan anggaran. Juwono mengakui, perjuangan memperoleh dana tidak mudah. Setidaknya dibutuhkan U$700 juta (sekitar Rp7 triliun) untuk pengadaan senjata strategis tersebut.
Departemennya harus "berperang", antara lain dengan Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, dan Departemen Keuangan. "Berargumen bahwa bedil (senjata), tak kalah penting dari beras," kata Juwono. Selama menjabat menteri, dirinya banyak menyabarkan pimpinan TNI.
Pasalnya, pengadaan alat canggih seperti kapal selam dan pesawat tempur harus dikesampingkan ketimbang kesejahteraan rakyat dan ekonomi. "Semua akan dipenuhi sampai perekonomian meningkat," katanya.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno berharap kontrak pembelian bisa dirampungkan Dephan, akhir bulan ini. "Paling lambat bulan depan," katanya. Kemampuan kapal yang dibeli minimal sama, bahkan kalau bisa lebih, dibanding negeri tetangga.
Seperti diketahui, Malaysia memesan empat kapal selam jenis Scorpen dari Prancis. "Buat apa kalau ecek-ecek, mending untuk beli beras," kata lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1975 itu. Keberadaan kapal selam tidak sekadar bertempur, tetapi guna menaikkan posisi tawar terhadap negara lain.
"Karena daya tangkal kapal selam sangat tinggi." "Indonesia tidak lagi sebelah mata," katanya menambahkan. KSAL menjelaskan, spesifikasi teknis dan kebutuhan operasi kapal bawah air itu sudah dipegang Dephan.
Dari empat produsen, yakni Jerman (U-209), Prancis (Scorpen), Korea Selatan (Changbogo), dan Rusia (Kelas Kilo), hanya dua peminat terakhir yang lolos proses berikutnya. Menurut Tedjo, keduanya telah menyatakan siap melakukan alih teknologi yang disyaratkan pemerintah. n
(Jurnal Nasional)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar