11 Agustus 2009
Korea telah lama memakai CN-235, termasuk diantaranya versi transport (photo : flickr Jerry Gunner)
Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) akan mengirimkan empat pesawat CN-235 surveilance pesanan Korea Selatan (Korsel) senilai 100 juta dolar AS pada 2010.
"Kita akan mulai deliver pada 2010, order Korea berupa empat pesawat CN-235 surveilance," kata VP Marketing and Sales Aircraft Integration PTDI, Arie Wibowo, di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, Korea merupakan salah satu negara pemesan CN-235 dengan total order untuk empat pesawat tersebut senilai 100 juta dolar AS.
Saat ini, PTDI memproduksi CN-235 dalam berbagai versi dan telah dioperasikan di beberapa negara selain Indonesia dan Korea.
"Korea, hanya salah satu. Pada dasarnya kita tidak memiliki kompetitor di Asia Pasifik untuk industri kedirgantaraan," katanya.
CN-235 produksi PTDI juga telah dioperasikan di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, UEA, Pakistan, dan Burkina Faso.
Selain itu PTDI juga memproduksi helikopter Super Puma NAS-332 di bawah lisensi Eurocopter (d/h Aerospatiale) Prancis.
PTDI saat ini sahamnya dimiliki seluruhnya oleh Pemerintah RI. BUMN itu berdiri sejak 1976 dan sejak awal telah memproduksi pesawat NC-212, pesawat berpenumpang 19-24 tempat duduk di bawah lisensi EADS CASA Spanyol, dan helikopter NBO-105 di bawah lisensi DASA Eurocopter Jerman.
Sejak 1984, PTDI memproduksi NBell-412 SP dan HP di bawah lisensi Bell Helicopter Textron AS.
"Di samping memproduksi pesawat dan helikopter, kami juga memproduksi komponen struktur pesawat untuk Boeing 737, Boeing 777, Bombardier, Airbus, Mitsubishi Heavy Industry, Eurocopter, dan CTRM Malaysia," katanya.
BUMN itu merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi dan memasok komponen Inboard-Outboard Fixed Leading Edge (IOFLE) Airbus A 380.
President Director & CEO Bell Helicopter Textron Inc., Ricard J. Millman, berpendapat, PTDI memiliki semua potensi dan kapabilitas untuk menjadi perusahaan kedirgantaraan termasuk produsen dan pemasaran yang menguasai Asia Pasifik.
"PTDI memiliki potensi untuk itu," katanya. (*)
(Antara)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar