16 April 2010
KRI dr Soeharso 990 - kapal rumah sakit milik TNI-AL (photo : Marinir)
Laut Jawa - Indonesia membutuhkan satu unit kapal perang Republik Indonesia (KRI) yang berfungsi sebagai rumah sakit seperti KRI dr. Soeharso yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim).
"Kalau melihat kondisi geografis Indonesia yang kepulauan ini setidaknya ada dua KRI rumah sakit," kata Kepala Dinas Kesehatan Koarmatim Kolonel Laut (Kh) dr. Arie Zakaria, Sp.Ot., FICS, di atas geladak KRI dr. Soeharso yang sedang berlayar di perairan Laut Jawa, Kamis.
Saat ini jajaran TNI Angkatan Laut (AL) hanya memiliki satu KRI rumah sakit, yakni KRI dr. Seoharso. Selanjutnya dibutuhkan satu KRI rumah sakit lagi untuk memperkuat Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar).
Sehingga saat terjadi bencana alam atau peristiwa kecelakaan di laut kawasan barat Indonesia, pemerintah tidak perlu mendatangkan KRI rumah sakit dari Markas Koarmatim di Dermaga Ujung, Surabaya.
Seperti saat peristiwa bencana alam gempa bumi di Sumatera Barat beberapa waktu lalu. Pemerintah meminta bantuan KRI dr. Soeharso untuk menangani korban gempa karena sejumlah rumah sakit di Padang dan sekitarnya tidak berfungsi.
Pada saat itu kegiatan operasi pembedahan dan penanganan medis untuk para korban bencana dilakukan di atas geladak KRI Soeharso yang bersandar di Dermaga Padang Pariaman dan membuka layanan untuk umum mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB.
"Peralatan medis di KRI Soeharso sendiri sebenarnya tidak lengkap. Masih dibutuhkan penambahan sarana dan prasarana sekaligus pembenahan di beberapa ruang," kata Arie menambahkan.
Menurut dia, KRI dr. Soeharso tidak dilengkapi peralatan operasi pembedahan, peralatan restitusi, dan laboratorium. Saat ini yang ada hanya unit gawat darurat (UGD), apotek, dan beberapa peralatan evakuasi korban kecelakaan di laut.
KRI dr. Soeharso resmi ditetapkan sebagai KRI rumah sakit sejak 2007. Kapal buatan Korea Selatan yang dibeli seharga Rp100 miliar itu awalnya bernama KRI Teluk Dalpele dan sejak 2004 bergabung dengan jajaran Koarmatim.
Untuk menyulap KRI Teluk Dalpele menjadi KRI dr. Soeharso yang berfungsi sebagai rumah sakit itu, pemerintah mengeluarkan dana sedikitnya Rp100 miliar lagi.
Selain mengangkut 133 anak buah kapal dan 60 tenaga medis, kapal tersebut dilengkapi dengan tempat tidur pasien yang mampu menampung hingga ratusan orang.
Sementara itu, latihan pencarian dan penyelamatan (SAR) korban kecelakaan kapal di perairan Laut Jawa pada 14-15 April 2010 dikendalikan dari KRI dr. Soeharso. Latihan itu berlokasi sekitar 30 mil laut arah utara Markas Koarmatim.
Selain KRI dr. Soeharso, latihan gabungan personel TNI-AL dan Badan SAR Nasional itu juga melibatkan pesawat udara Cassa NC-212, helikopter BO-105, KRI Sura, dan KRI Warakas.
Latihan dibawah pimpinan Komandan Satgas SAR 2010, Kolonel Laut (P) Sutaryono, itu berjalan lancar. Selain faktor cuaca di Laut Jawa yang kondusif, para personel yang terlibat dalam latihan itu menjalankan materi latihan sesuai skenario.
(Antara)
Laut Jawa - Indonesia membutuhkan satu unit kapal perang Republik Indonesia (KRI) yang berfungsi sebagai rumah sakit seperti KRI dr. Soeharso yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim).
"Kalau melihat kondisi geografis Indonesia yang kepulauan ini setidaknya ada dua KRI rumah sakit," kata Kepala Dinas Kesehatan Koarmatim Kolonel Laut (Kh) dr. Arie Zakaria, Sp.Ot., FICS, di atas geladak KRI dr. Soeharso yang sedang berlayar di perairan Laut Jawa, Kamis.
Saat ini jajaran TNI Angkatan Laut (AL) hanya memiliki satu KRI rumah sakit, yakni KRI dr. Seoharso. Selanjutnya dibutuhkan satu KRI rumah sakit lagi untuk memperkuat Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar).
Sehingga saat terjadi bencana alam atau peristiwa kecelakaan di laut kawasan barat Indonesia, pemerintah tidak perlu mendatangkan KRI rumah sakit dari Markas Koarmatim di Dermaga Ujung, Surabaya.
Seperti saat peristiwa bencana alam gempa bumi di Sumatera Barat beberapa waktu lalu. Pemerintah meminta bantuan KRI dr. Soeharso untuk menangani korban gempa karena sejumlah rumah sakit di Padang dan sekitarnya tidak berfungsi.
Pada saat itu kegiatan operasi pembedahan dan penanganan medis untuk para korban bencana dilakukan di atas geladak KRI Soeharso yang bersandar di Dermaga Padang Pariaman dan membuka layanan untuk umum mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB.
"Peralatan medis di KRI Soeharso sendiri sebenarnya tidak lengkap. Masih dibutuhkan penambahan sarana dan prasarana sekaligus pembenahan di beberapa ruang," kata Arie menambahkan.
Menurut dia, KRI dr. Soeharso tidak dilengkapi peralatan operasi pembedahan, peralatan restitusi, dan laboratorium. Saat ini yang ada hanya unit gawat darurat (UGD), apotek, dan beberapa peralatan evakuasi korban kecelakaan di laut.
KRI dr. Soeharso resmi ditetapkan sebagai KRI rumah sakit sejak 2007. Kapal buatan Korea Selatan yang dibeli seharga Rp100 miliar itu awalnya bernama KRI Teluk Dalpele dan sejak 2004 bergabung dengan jajaran Koarmatim.
Untuk menyulap KRI Teluk Dalpele menjadi KRI dr. Soeharso yang berfungsi sebagai rumah sakit itu, pemerintah mengeluarkan dana sedikitnya Rp100 miliar lagi.
Selain mengangkut 133 anak buah kapal dan 60 tenaga medis, kapal tersebut dilengkapi dengan tempat tidur pasien yang mampu menampung hingga ratusan orang.
Sementara itu, latihan pencarian dan penyelamatan (SAR) korban kecelakaan kapal di perairan Laut Jawa pada 14-15 April 2010 dikendalikan dari KRI dr. Soeharso. Latihan itu berlokasi sekitar 30 mil laut arah utara Markas Koarmatim.
Selain KRI dr. Soeharso, latihan gabungan personel TNI-AL dan Badan SAR Nasional itu juga melibatkan pesawat udara Cassa NC-212, helikopter BO-105, KRI Sura, dan KRI Warakas.
Latihan dibawah pimpinan Komandan Satgas SAR 2010, Kolonel Laut (P) Sutaryono, itu berjalan lancar. Selain faktor cuaca di Laut Jawa yang kondusif, para personel yang terlibat dalam latihan itu menjalankan materi latihan sesuai skenario.
(Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar