Azman mengatakan skuadron pesawat tanpa awak ini akan
difokuskan untuk memantau perbatasan. Itu alasan mengapa pesawat tersebut akan
ditempatkan di Pontianak
karena dekat dengan sejumlah perbatasan. Nantinya, pesawat juga akan dilengkapi
peralatan berupa pengintaian hingga radar untuk memantau cuaca.
Pesawat yang sedang ditunggu kedatangannya itu dipastikan bukan
pesawat buatan Indonesia .
"Ya, pesawat dari luar (negeri). Pesawat dalam negeri belum memenuhi
kebutuhan operasi yang kami ajukan," kata Azman. Dia menambahkan alasan
lain memilih produk luar negeri karena daya jelajahnya yang tinggi.
"Kami membutuhkan pesawat tanpa awak yang memiliki daya
jelajah hingga 400 kilometer. Dan industri di dalam negeri belum ada yang bisa
membuatnya," tambah dia. Dia juga mengatakan belum menghitung berapa
pesawat yang akan didatangkan untuk memenuhi skuadron tersebut, termasuk TNI AU
juga belum menentukan siapa yang nanti dipercaya mengomandani skuadron itu.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro,
mengatakan keberadaan skuadron pesawat tanpa awak perlu untuk mengefektifkan
pengamanan perbatasan. "Sementara ini, skuadron yang akan kita bangun
memang untuk pengintaian dan pengamatan wilayah," kata Purnomo.
Kepala Staf TNI AU, Marsekal Imam Sufaat, mengatakan TNI AU
menginginkan pesawat tanpa awak yang memiliki daya jelajah dan daya tahan yang
lama. Dan pilihan itu jatuh pada pesawat tanpa awak asal Filipina yang
teknologinya dari Israel .
Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, saat rapat dengan Komisi I,
mengatakan akan membeli 4 pesawat intai tak berawak dengan anggaran 16 juta
dollar AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar