02 Februari 2016
Dalam kurun 2016-2019 Puspenerbal TNI AL akan menerima 18 pesawat dan heli, termasuk 11 heli anti kapal selam (photos : Kaskus Militer)
TNI AL Bahas 18 Pesawat dan Heli Canggih
SURYA.co.id | SURABAYA - Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) TNI AL akan mendatangkan pesawat dan helikopter canggih.
Tidak main-main, sebanyak 18 pesawat ini akan didatangkan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Sampai 2019, helikopter itu sudah ada di Puspenerbal.
"Dua armada udara kami tahun ini tengah berproses untuk didatangkan," terang Komandan Puspenerbal TNI AL Laksamana Pertama (Laksma) TNI Sigit Setiyanta saat ditemui di sela Rapat Koordinasi Penerbangan TNI AL 2016, di Wisma Perwira Lanudal Juanda, Surabaya, Senin (1/2/2016).
Hingga 2019, total akan ada 18 pesawat dan heli yang akan memperkuat Puspenerbal. Pengadaan pesawat serta heli ini sudah terprogram sesuai MEF (Minimum Essential Force).
Sigit memaparkan bahwa sampai 2019 (akhir tahap II MEF) akan ada 1 Skadron heli AKS (Anti Kapal Selam), heli angkut, pesawat latih lanjutan, dan pesawat patroli maritim.
Perwira tinggi bintang satu ini menyatakan seluruh proses pengadaan pesawat berikut helikopter tersebut sudah dilakukan.
Puspenerbal tinggal menunggu kedatangan sekaligus serah terima dari Mabes TNI AL. Namun harus lebih dulu diserahkan Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Selain memperkuat dengan Alutsista itu, Puspenerbal memanggil semua Komandan Lanudal seluruh Indonesia.
Lanudal di bawah Puspenebal bertemu satu meja. Mulai dari Laudal Aru, Jakarta, Juanda Surabaya, Manado, Biak, Kupang, hingga Sabang mengevaluasi program 2015.
Mereka kemudian membahas dan merencanakan program 2016.
Pertemuan itu sebagai tindak lanjut rapat pimpinan TNI AL. Kebijakan Panglima TNI dilanjutkan ke KSAL dan harus ditindaklanjuti ke komando di jajaran Puspenerbal.
"Pola pikir harus sama. Dan yang penting adalah peningkatan daya serap anggaran," kata Sigit.
Bahkan Januari kemarin, seluruh jajaran TNI sudah kontrak (penyerapan anggaran). Bail TNI AL, AD, dan AU semua telah teken kontrak.
Rakor bersama pimpinan di jajaran Puspenerbal itu untuk menindaklanjuti arahan untuk penyerapan anggaran.
Hadir pada rakor Puspenerbal itu, para komandan Lapangan Udara AL (Lanudal) di Indonesia timur dan seluruh Jajaran Puspenerbal.
Secara bergiliran, Sigit mengevaluasi kinerja para komandan Lanudal atas kinerja 2015, sebelum melontarkan program 2016.
"Kami ingin semua pimpinan di masing-masing Lanudal siap dengan seluruh program yang riil dan masuk akal. Jangan seperti tahun lalu ada anggaran Rp 15 miliar di salah satu Lanudal, dikembalikan karena tak siap," tegas Sigit dalam forum pimpinan.
Dalam forum itu, Sigit marah saat mengetahui paparan sejumlah program jajarannya tak masuk akal.
Termasuk memasukkan kerusakan kendaraan dinas. Namun saat diminta menjelaskan kerusakan yang dimaksud, sang komandan Lanudal tak bisa menjelaskan.
(Surya)
02 Februari 2016
2016-2019, Puspenerbal Akan Menerima 18 Pesawat dan Helikopter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Management di semua pangkalam TNI AL AU AD harus di benahi jangan sampai urusan program ga masuk akal di masuk kan anggaran tni . Alias krupsion contoh : seumpama prajurit pacaran gelencer masuk ke anggaran tni ga ada habis nya .hehe ...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus18 itu terdiri dari
BalasHapus- 11 unit heli anti kapal selam panther.
- 5 unit cn235mpa
- 2 unit heli bell 412
Bukannya begitu ysaa. Cmiiw.
.
semuanya masih terlalu minim utk postur penerbal tni al, harusnya indonesia punya bober taktis, atau fighter bomber utk di laut yang bisa diterbangkan dari pangkalan2 udara angkatan laut atau sukur2 kalo punya kapal induk. tapi kalo buat kapal induk kurang efisien dan nantinya dianggap negara tetangga mo invasi ya cukup di bandara lanal saja cukup utk deffence, karena konvoi kapal perang itu sebenarnya sangat rentan kalo ga pake pengawalan udara secara khusus contohnya yamato sama prince of wales habis disikat semua dari udara, dan juga pesawat bisa jadi pemukul cepat yang sangat mematikan buat gebug kapal kalo rudal permukaan ke permukaan masih diluar jangkauan. indo juga sebetulnya banyak pulaunya yang bisa dibuat pos pangkalan
BalasHapus