26 Agustus 2016
ThalesRaytheon Groundmaster radar (photo : MKFI)
A Non-Transparent Radar Acquisition
TEMPO.CO, Jakarta - Suspected irregularities in the procurement of six new sets of radars for the Air Force need to be investigated. These new radars are needed to bring the Air Force closer to the required 32 units, up from the 20 existing installations. The tender process began in April last year, but was annulled the following November because no participant met the criteria.
The cancellation, some suspect, was the result of intervention from senior Indonesian Military (TNI) officials who wanted to ensure that the contract was awarded to Thales Raytheon Systems. Based in Paris, France, this producer of defense equipment has supplied radars to the TNI before.
Weibel radar of TNI AU (photo : Kaskus Militer)
The tender documents show that other similar companies, including Danish company Weibel Scientific, offered more sophisticated product at lower costs. If Thales wins the tender, it will be very obvious that there was collusion between vendor and buyer. This is why the bidding should be repeated. Even the specification for the radars was changed to match the Thales product.
A number of regulations have already been issued to reform the defense equipment procurement mechanism, such as Law No. 16/2012 on the Defense Industry. Among other provisions, this law states that any purchase of military equipment from foreign parties must involve the domestic defense industry, and that there must be technology transfer and local content.
The purchase of radars from Thales Raytheon Systems did not comply with those specifications. There was no technology transfer because the Indonesian defense industry and human resources did not have the capacity.
See full article Tempo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Alasan dari thales saja bahwa indonesia tidak punya kapasitas untuk transfer of teknologi...biar kita terus beli tanpa bisa membuat sendiri
BalasHapusMemang kenyataannya begitu kok. Sebutkan aja 3 macam industri semi konduktor yg mampu bikin material mill spec. Industri loooh yaaa... bukan lembaga riset, lapan,len itu lembaga riset loh.
HapusKalaupun mau bangun, ada duitnya ga? Trus industri yg di bangun itu bakal dapet order terus2an ga? Kalo ga, trus bangkrut buang2 duit doang.. trus nanti yg di salahkan siapa?
HapusAnda ini bicara duwit terus ....bangsa indonesia kaya tinggal usir freeport compeny ...tambang jutaan emas kita ke lola sendiri lapar tuh america iyaa toh .
HapusRetender???
BalasHapusPerasaan dulu udah ada kerjasamanya deh pengadaan radar.
Bahkan tiga perusahaan Nasional seperti PT LEN, PT INTI, dan PT CMI siap ToT dengan beberapa perusahaan Radar ternama.
Kalau gak salah ini beritanya:
http://defense-studies.blogspot.co.id/2012/03/tiga-perusahaan-nasional-siap-pasok.html?m=1
CMIIW.
40% kan bukan selalu dalam bentuk produksi komponen, jasa maintenance, dan assembly jg termasuk TOT.
Hapuskalo ngak mau tot ngak banyak alasan bebei salesss
Hapus^ Kloningannya Muarif
HapusBettul 17.04 ....antek asing bicara duwit terus ....asing tukang tipu tidak pernah di urus ....igat tuhh pesawat c 295 air bus spain duluu enggak ada yg belli ...di belli indonesia pluss tot bohong nipu belaka .
HapusApa ada hubungannya sm skykeeper yg udh di pake tni au buatan raytheon (posting defense studies tgl 24 ags). Apa bisa system skykeeper pake radar lain, biasanya produk USA cm boleh konek dgn produk USA juga.
BalasHapussepengetaguan saya hanya radar thompson dn master t yg bisa terintegrasi dengan skykeeper.kalo radar laen spt plessey n tipe2 radar lama tni au tdk integrasi dgn skykeeper.soalnya untuk integrasi ke situ butuh penyesuaian data.sebagian besar data radar yg berbeda pabrik terenkrip.jd butuh proses pjg ato malah tidak bisa..
BalasHapusNah ntu radar Denmark weibel di sebut2 anehnya lg tni au jg udh punya. Konek dengan sistem Tni Au pake apaan? Jangan2 gado2 lagi sistemnya kaya pespurnya,makanya gak beli2 AWACS, bingung koneknya.
Hapusada kemungkinan artikel yg dikirimkan dr tempo ini jg ada tendensi untuk menjatuhkan salah satu perusahaan pengadaan radra yg mengikuti tender(khususnya yg membawa radar gm400 prod thales)
BalasHapusdengan mengangkat isu tdk mau tot ,kemampuan radar laen lbh bgus tp harga lbh murah atau pun isu2 lainnya..yg jelas perlu dilihat kembali,bahwa membeli alutsista, pada hal ini khususnya radar,jg harus diimbangi dengan fasilitas after sales nya..dengan adanya 5 radar buatan thales yg sebelumnya dibeli(mastert) dan adanya depo pemeliharaan yg bisa menunjang untuk melaksanakan perbaikan "sebagian" permasalahannya,tentunya pengadaan radar dr thales mmpunyai nilai lebih dr pd radae lain yg blm pernah exist di negeri ini..
tp bagaimanapun,penetua. pilihan ttp ada ditangan para pemimpin negeri ini..semoga pilihan nya sesuai dengan harapan seluruh bangsa..
ya elukan sales sales gripen dan buatan swedia lainya kan ngaku aja deh loooo
Hapus