13 Maret 2015

Indonesia Mendapatkan Lisensi Produksi 3 Jenis Senjata dari China

13 Maret 2015


 Peluncur roket laras banyak Type 90B MLRS (photo : Militaryphotos)

(Kien Thuc) - Indonesia akan mendapatkan teknologi produksi tiga senjata dari China termasuk Type 90B, meriam otomatis 30mm dan RCWS jenis UW-1.

Jurnal Kanwa (Kanada) melaporkan bahwa China North Industries Corporation (Norinco) telah memberikan lisensi produksi atas teknologi tiga senjata China kepada IndoMesin dari Indonesia, termasuk peluncur roket berlaras 40 dengan kaliber 122 mm Type 90B, sistem senjata remote control weapon station UW-1 dan meriam laut (naval gun) kaliber 30mm.

Senjata-senjata ini akan diproduksi di Indonesia dan akan melengkapi Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Dalam tahap awal Indonesia hanya bertanggung jawab untuk perakitan, sedangkan semua komponen dipasok oleh Norinco, di waktu kemudian Indonesia akan memproduksi sendiri. Namun senjata ini hanya diperbolehkan untuk digunakan oleh militer Indonesia, dan tidak diperbolehkan untuk ekspor.


UW-1 Remote Control Weapon Station (RCWS) buatan Norinco (photo : China Defense Mashup)

Dalam beberapa tahun terakhir, kerjasama militer - kerjasama teknis antara Indonesia dan China semakin menguat. Indonesia bukan hanya membeli sistem persenjataan China namun juga membeli teknologi produksi. Contohnya adalah dalam hal pengadaan rudal jelajah anti-kapal C-705, Indonesia membeli 18 set rudal dari China dan kemudian meminta lisensi produksi.

Peluncur roket Type 90B dirancang dari peluncur roket Type 81 yang telah ditingkatkan kemampuannya, berasal dari duplikasi China atas peluncur roket BM-21 Grad buatan Uni Soviet. Tipe 90B ditempatkan pada platform chasis kendaraan 6x6 roda ban jenis Beifang Benchi 2629. Roket dengan 40 laras ukuran 122 mm ini dapat mencapai jarak pada kisaran 20-40 km tergantung pada jenis roketnya.


Meriam 6 barrel 30mm jenis NG-18 buatan Norinco (photo : Kaskus Militer)

Perbedaan utama antara Tipe 90B dibandingkan dengan peluncur roket generasi sebelumnya terletak pada tambahan kendaraan pengintai artileri (artillery reconnaissance vehicles) yang secara signifikan meningkatkan ketepatan daya tembak MLRS ini.

Sedangkan UW-1 Remote Control Weapon Station (RCWS) dapat diintegrasikan dengan senjata mesin ringan otomatis kaliber 14,5 mm atau 12,7 mm yang dilengkapi dengan peralatan surveilance modern termasuk kamera CCD warna dan alat bidik berpemandu inframerah.

Nama meriam otomatis 30 mm masih belum diketahui, namun menurut pejabat Indonesia senjata ini dapat menembak dengan kecepatan 320 putaran/menit, jangkauan maksimum 4.000 meter, dan dipasang pada kapal patroli kecil. Selain itu, informasi ini juga menyebutkan bahwa Indonesia sedang melakukan negosiasi untuk membeli teknologi meriam 76 mm dari China.

(Kien Thuc)

5 komentar:

  1. Mlrs nya brasil ngak jadi ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada tuh...MLRS Avibras buatan Brazil sdh nongkrong di Yon Armed I/105 TNI AD di Singosari Malang

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus