02 Maret 2015
Pesawat EF-2000 Typhoon AU Spayol (photo : Richard Sanchez0
TNI AU Inginkan Pesawat Tempur Generasi 4,5
JAKARTA, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara menyerahkan keputusan penggantian pesawat tempur F5 yang akan habis masa pakainya kepada Kementerian Pertahanan. Namun, TNI AU menyatakan, pertimbangan efek gentar menjadi penekanan utama dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan TNI AU.
"Kami inginkan pesawat tempur generasi 4,5 karena pertimbangan deterrence effect (efek gentar) dan luasnya wilayah Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, Minggu (1/3).
Hadi mengatakan, beberapa waktu lalu, Duta Besar Spanyol untuk Indonesia Fransisco Jose Viqueira Niel bertemu dengan Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriatna. "(Dalam pertemuan itu) sempat disinggung soal Eurofighter Typhoon," katanya.
Dalam pertemuan dengan wartawan pekan lalu, Fransisco mengatakan, konsorsium negara-negara Eropa pembuat pesawat jet tempur Eurofighter menawarkan pesawat itu kepada Indonesia. Menurut dia, teknologi yang dimiliki Typhoon cocok untuk Indonesia dan mesinnya tidak perlu diganti dalam jangka panjang. Namun, harga pesawat itu lebih mahal dibandingkan dengan pesaing terdekatnya, yaitu Sukhoi Su-35 buatan Rusia.
"Keunggulan Eurofighter adalah mesinnya seumur hidup, tak perlu mengganti mesin. ?Pesawat lain perlu mengganti dua atau tiga kali," kata Fransisco.
Fransisco mengatakan, pihaknya bersedia bekerja sama dengan Indonesia dalam bentuk transfer teknologi, termasuk soal elektronik dan avionik pesawat. Paket transfer teknologi menjadi keharusan untuk pembelian pesawat tempur saat ini.
"Indonesia sedang membuat pesawat tempur IFX, kami bisa ikut kontribusi teknologi di dalamnya," kata Fransisco yang mewakili Spanyol, Inggris, Italia, dan Jerman.
Kebiasaan
Terkait dengan transfer teknologi, Hadi mengakui selama ini Indonesia banyak bekerja sama dengan perusahaan Spanyol, CASA, seperti dalam pembuatan N 295. Namun, ia mengatakan, ada banyak pertimbangan dalam pengadaan pesawat tempur selain transfer teknologi, seperti efek gentar di kawasan.
TNI AU membutuhkan jenis pesawat tempur yang heavy fighter (pesawat tempur berat). TNI AU tak menunjuk langsung merek pesawat tempur yang diinginkan. Namun, faktor kebiasaan di mana banyak pilot TNI AU telah terbiasa dengan jenis pesawat tertentu perlu menjadi pertimbangan dalam pembelian pesawat itu. "Kita juga butuh pesawat yang mampu mengangkat beban seperti senjata dan bahan bakar dalam jarak jauh dengan generasi baru, yaitu generasi 4,5," kata Hadi.
Catatan Kompas, ada sejumlah pesawat yang sempat disebut sebagai pengganti F 5E/F Tiger yang telah beroperasi sejak era 1980-an. Selain Eurofighter Typhoon, kandidat itu adalah Sukhoi Su-35, JAS-39 SAAB Gripen, dan F16 Block 52. Indonesia pertama kali membeli Sukhoi tahun 2003 saat Megawati Soekarnoputri menjadi presiden.
(Kompas)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Wah keliahatan sekali konsorsorium EuroFighter belum mau menyerah menjual pesawat tempur Typhoon mereka ke Indonesia. dan menurut analisa saya, konsorsorium Eurofighter ga hanya mengincar pengganti F-5, tapi juga peluang pasar pesawat tempur lain indonesia juga peluang untuk joint ke project KFX/IFX indonesia.
BalasHapusmantap sih sebenarnya tawaran mereka cuma harganya yang mahal membuat dahi terpaksa dinaikkan sambil narik nafas dalam membaca berita ini..
heheh
btw, mas admin ada email ga? ada yang mau ane tanya..
salam dari admin AnalisisMiliter.com
sukhoi boros,masa pakai mesin pendek ToT pelit
BalasHapusSilahkan baca ya......semua airframe pesawat bisa di redurbish...diperpanjang umurnya ,termasuk sukhoi....pernah anda baca perjanjian kontrak pembelian sukhoi 30 mki yg awal?india beli dgn airframe bekas yg di upgrade dgn catatan beberapa tahun kemudian rusia akan membeli airframe kembali dan menukarnya dgn yg baru...sdg mesin AL 31F india yg katanya di ganti per 1500 jam,itu bukan semuanya,tetapi sebuah bagian/part mesinnya...hal ini dikarenakan india beli sukhoi 30 mki versi awal,tentu yg dia dapat AL 31F versi awal,yg oleh rusia sendiri di akui telah di downgrade mutunya,TP mesin Lyulka AL 31 yg dipakai FLANKER kita itu versi upgrade yg konon lebih awet....kalo gak salah bagian tersebut bisa optimum masa pakainya lebih dari 2200 jam.....jadi BUKAN SEBUAH MESIN UTUH nya....hanya spare mesin saja yg perlu di ganti secara berkala .....coba deh baca sejarah SU 30 MKI india,lengkap 15-20 page di internet....dan FLANKER rusia/china yg tertua belum mengalami STRUCTURAL FATIQUE msh bisa terbang....BErapa umur terbang GRIPEN tertua?masih 1/4 nya su 30/su 27M...
Hapussu 35 plus trasfer tekno makin mantab
BalasHapusSayap delta selamanya ga akan keren dan enak diliat...tampilan mmg bukan segalanya.tp cobalah liat pesawat2 Rusia &us.enak diliat.
BalasHapusPlus ttangga pasti ttp senyum puas..krena indonesia mbeli macan ompong.IMHO
Mulai antek antek amerika dan sekutunya ingin mencegah indonesia memiliki pesawat sukhoi 35 yang super canggih yang bisa membasmi pesawat f 35 dan f 22 as, f 35 yang akan dibeli australia akan mendapat ancaman yg signifikan akan kehadiran su 35 tni au, maka dari itu para sekutu as dan barat mati matian membuat perangkap untuk indonesia agar tidak membeli su 35 rusia ....jangan mau masuk perangkap wahai para pemangku kebijakan khususnya dari bidang pertahanan.....ingat awaaaas jebakan batman.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTidak ada alasan indonesia tidak jadi beli su 35 , untuk apa beli pesawat anjing kampung ,seperti typoon negara tetangga sudah punya f 35 yang akan datang dan yang bisa membasminya hanya su 35 flangkerr...catat fan ingat ituuu
BalasHapusSetuju bro,dengan superioritasnya Su35 saat ini tanpa tandingan,yang paling menonjol dari segi jarak tempuh,Jangkauan radar,dan manufer cobra.itupun lebih di sempurnakan lagi pada PAK FA T50,Lagian Typhoon buatan negara NATO sekutu AS.jika di kemudian hari Indonesia di Embargo lagi,Lu mau ganti Tuh spareparts dengan Spareparts Super Tucano????? Simak baik2 pernyataannya,Tidak Sepenuhnya transfer TOT di tawarkan Produsen Typhoon.
BalasHapus