06 Agustus 2016

62 Orang Tim KFX akan Diberangkatkan ke Korsel pada September

06 Agustus 2016

Pesawat tempur KFX/IFX (photo : SBS)

Menhan : Tim Engineering KF-X/IF-X Harus Berjiwa Nasionalisme dan Patriotisme

DMC – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berpesan kepada tim engineering Indonesia yang masuk dalam program kerja sama pembangunan pesawat tempur KF-X/IF-X, harus memiliki jiwa serta semangat nasionalisme dan patriotisme sebagai tuntutan yang mendasar.

Hal itu disampaikan Menhan, Kamis (4/8), di Jakarta, saat memberikan pembekalan kepada tim engineering Indonesia yang akan diberangkatkan ke Korea Selatan (Korsel), yang dihadiri oleh Sekjen Kemhan Laksdya TNI Widodo, Dirut PTDI Budi Santoso serta sejumlah pejabat Kemhan dan PTDI.

Program ini, kata Menhan lebih jauh, merupakan sebuah kerja sama teknologi pertahanan dalam pengembangan pesawat tempur multifungsi, sebagai upaya mencapai ke arah kemandirian pemenuhan kebutuhan pesawat tempur, para engineer sebagai duta bangsa harus memiliki kompetensi yang sarat dengan kemampuan teknologi, pendidikan, pengalaman, kerja keras, semangat dan kemauan belajar serta pandai bergaul.

Melalui program kerja sama ini, Menhan berharap dapat memotivasi produsen dalam negeri, untuk membangun pesawat tempur secara mandiri sebagai upaya pemenuhan kebutuhan nasional, untuk mempertahankan kedaulatan negara, dimana konsep pertempuran di masa mendatang mengarah pada integrasi yang lebih canggih, dengan pemanfaatan teknologi mutakhir.

Program kerja sama pembangunan pesawat tempur KF-X/IF-X sudah memasuki fase Engineering and Manufacturing Development (EMD), yang berlangsung mulai tahun 2016 sampai dengan 2025.

Dalam fase tersebut, Indonesia akan mengirimkan tim engineer ke Korsel sebagai bentuk partisipasi di seluruh area kegiatan pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X, yang meliputi bidang-bidang rancang bangun pesawat, proposi, kendali terbang, avionik, sistem integrasi senjata, manajemen program, pengujian dan sertifikasi di Korea Aerospace Industry (KAI).

Sementara sasaran yang hendak dicapai selain partisipasi di seluruh area adalah, penguasaan alih tehnologi, aircraft component manufacturing, pengiriman 1 prototipe tepat waktu. Selain itu, target rencana di tahun 2016 yakni terlaksananya pembuatan komponen berupa sayap dan ekor yang akan digunakan pada pesawat prototipe nomor 5 serta pelaksanaan integrasi 6 pesawat prototipe, uji laboratorium maupun uji terbang, dapat terwujud.

Pengiriman tim engineering and manufacturing development, dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, sebanyak 62 orang yang berasal dari PTDI, TNI AU dan Kemhan akan diberangkatkan pada bulan September ke Korsel, menyusul berikutnya 17 orang di awal oktober 2016, dengan pola rotasi 60% dari jumlah keseluruhan dalam periode 1 tahun sekali secara bertahap.

Dari jumlah tersebut, 60 orang merupakan engineer senior dengan pengalaman kerja lebih dari 10 tahun, dan 14 orang lainnya adalah engineer yunior sebagai bentuk alih generasi, dengan komposisi 65 orang pria dan 9 orang wanita, berlatar belakang pendidikan teknik auronetika, austronetika, elektro, industri, teknik mesin dan magister bisnis.

Sedangkan sebanyak 40% engineer lainnya, akan dipertahankan di Korsel untuk mengikuti seluruh proses kegiatan rancang bangun berkesinambungan, dan pengiriman engineering akan meningkat dari tahun ke tahun, yang mencapai puncaknya pada tahun 2022 dengan jumlah 174 orang. Tidak hanya memiliki kemampuan akademis, seluruh engineer sebelum diberangkatkan juga dibekali pendidikan bela negara yang mereka tempuh selama beberapa waktu lamanya di Bogor, Jawa Barat.

(Kemhan)

10 komentar:

  1. Indonesia kalau pingin jadi negara siluman belajarlah langsung ke america atau rusia , dua negara besar masih jadi simbol tehnologi tak terpikirkan . ..contoh nya sudah ada india dan china sukses cloning copy paste alutsista yata .

    BalasHapus
    Balasan
    1. masalahnya america dan rusia sangat kikir dengan teknologi bung....india dan china bisa mendapatkan teknologi dari rusia dengan melalui pemesanan alutsista dengan jumlah sangat besar, sedangkan Indonesia tidak perlu seperti india dan china karena anggaran terbatas.

      joint dengan korea itu langkah cerdas, mendapatkan teknologi tinggi tanpa harus mengeluarkan dana sebesar india dan china. Karena sejatinya Indonesia sudah mumpuni juga di bidang teknologi aeronotika hanya tinggal belajar sedikit untuk teknologi pembuatan pesawat pejuang (bahasa melayu negara anda).

      kalau malaysia, malah parah lagi....sumber daya manusianya untuk teknologi tertinggal ditambah lagi anggaran pertahanannya juga kecil.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Kita sdh lama menguasai siluman..dukun kita jago2.

    BalasHapus
  3. Kita sdh lama menguasai siluman..dukun kita jago2.

    BalasHapus
  4. silahkan komentar sepuasnya..
    komen sampai muntah pun ga masalah :D

    negara sudah memutuskan, tetap melanjutkan proyek KFX/IFX, apapun komentar anda..

    BalasHapus
  5. kamu itu gak ada sdktpun jiwa Nasionalis dan Patriot nya sih sama negara sendiri ,,, Ampuuunnn dah

    BalasHapus
  6. PT DI hanya kurang teknologi di pesawat tempur, hrs didptkan di korsel selanjutnya ya tinggal buat lha wong pesawat komersil sdh bisa buat sendiri dan PT DI pasto bisa buat. Merdeka...

    BalasHapus
  7. Salut... jangan pernah putus asa untuk membuat.. produksi yg pertama pasti jelek dulu.. yg kedua dst. improve terus menerus sampai yg the best

    BalasHapus