01 November 2016

Indonesia Still in Talks to Buy 'Nine or 10' Sukhoi Su-35 Jets: Official

01 November 2016

Su-35 Fighter (photo : Lysenko Sergey)

Indonesia is in talks to buy "nine or 10" Sukhoi Su-35 fighter jets from Russia, an Indonesian defense ministry official told Reuters on Tuesday, without giving a timeline for any deal.

"We are still negotiating," Leonardi, head of the defense facilities at Indonesia's defense ministry who goes by one name, said by telephone.

"We are still bargaining, 'how much do you want to sell them for?'."

Indonesian defense minister Ryamizard Ryacudu said in May the Southeast Asian country would buy eight Russian Sukhoi Su-35 jets this year, but the planned purchase has not materialized.

Rival Western companies are still trying to wrest the deal to supply Indonesia with fighter jets away from Russia's Sukhoi, two people familiar with the talks said, asking not to be named because of the sensitivity of the matter.

The award has not been finalised and it is seen as a test for efforts by Indonesian President Joko Widodo to enforce more transparency in big-ticket deals, they said.

Hundreds of companies including Lockheed Martin of the United States, Sweden's Saab and Indonesian state weapons maker PT Pindad will be represented at an Indo Defence exhibition, which will be held in Jakarta from Nov. 2 to Nov. 5.

The country's biggest annual defense show will come weeks after Indonesian warplanes staged large-scale exercises on the edge of a South China Sea area claimed by Beijing.

While Indonesia is not part of the dispute over the South China Sea, it objects to China's inclusion of waters around the Natuna Islands within its 'nine-dash line', a demarcation line used by China to show its claims there.

Indonesia's total defense spending has risen 77 percent over the last four years to 108.7 trillion rupiah ($8.3 billion), though it is expected to dip to 108.0 trillion rupiah next year, according to official data.

Indonesia had signed a contract with Lockheed Martin for 24 F-16 jets, of which 14 had been delivered and 10 more expected by early 2018, the defense ministry's Leonardi said. He declined to disclose the value of the deal.

Research firm IHS Markit predicts that Indonesia will spend more than $20 billion on procurement between 2016 and 2025 -- the fifth fastest-growing defense budget in the world -- and it will increasingly seek to diversify its suppliers.

South Korea, Russia and France are expected to hold a combined market share of 53 percent between 2009 and 2018, while the other half will be shared by about 30 countries, many with less than one percent, IHS said.

"This reflects Indonesia's wariness about dependency of a supplier or a set of suppliers, as well as the intention to 'shop around' for the best defense deals, spurring competition," said IHS analyst Jon Grevatt.

(Reuters)

11 komentar:

  1. still in talk until next next next next year

    BalasHapus
  2. Ampun dah. Maksa banget mau Su-35 + ToT. Beli ketengan aja gayanya kaya beli puluhan pesawat sekaligus.

    Kalau Rusia ga mau kasih ToT karena masih kedikitan belinya, ya gimana? Mau mandek di negosiasi doang dan akhirnya ga beli-beli pengganti F-5? Itu pesawat ga bakal hidup selama-lamanya dan bikin pesawat itu perlu waktu lama. Akhirnya paling pesawat barunya baru sampe 3 tahun lagi atau bahkan lebih lama kalau gini ceritanya.

    Masih banyak produsen lain dengan produk yang bagus juga. Masih ada Eurofighter, Dassault, SAAB, atau bahkan US (amit-amit jangan sampe beli dari negara rewel macam US). Kalo ga dapet Su-35 dari Rusia ya udah. C'est la vie.

    BalasHapus
  3. Pembelian alutsista su 35 kurang greget karna si tukang belli pak menhan kurang srek...srekk ...mau menhan jet tempur latih buatan korea di perbanyak bukan buat perang tapi patroli doang broo .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sori ya tapi lu tolol. Menhan pasti udah punya banyak pertimbangan antara lain: kasus India dikadalin Rosoboronexport padahal mereka beli puluhan-ratusan Su-30, PAK-FA, dll., fakta bahwa barang Rusia HARUS diperbaikin di Rusia, birokrasi Rusia yang ga transparan, spare part Sukhoi kita yang sekarang aja belinya dari perusahaan US.

      Sedangkan tawaran SAAB jauh lebih menarik dan flexibel: ToT, Triple Helix cooperation, Erieye AWACS, Gripen C/D atau bahkan E/F alias Gripen NG yang notabene paling baru dan paling canggih kalau kita mau, dan kita bakalan dikasih perbaikin Gripen kita sendiri.

      Su-35 juga ga seberapa canggih dibanding Gripen C/D/E/F plus AWACS support. Secanggihnya dan sejauhnya jangkauan radar Irbis-E, radar dan jangkauan AWACS jauh lebih tinggi. Lebih lagi Swedia mendesain Gripen dengan mindset yang mirip kita. Makanya Gripen bisa terbang dari jalanan biasa/jalan tol dan perlu ground crew sedikit. Sebaliknya Su-35 perlu airbase dan ground crew yang banyak karena didesign dengan asumsi AU Rusia bakal punya air superiority dan Airbase merek bakal utuh. Situasi kita sama China gimana? Apa bisa lu jamin landasan airbase kita bakal masih utuh kalau kita diserang China atau US?

      Lagipula kalau Rusia ga mau ngasih TOT gimana? Kita punya UU bahwa kalau beli dari luar harus dapat ToT. Mau dilanggar? Mau sampai kapan kita tergantung sama Rusia buat alutsista? Itu yang lu mau tong? Dasar antek Rusia berkedok nasionalis!

      Otak makanya dipake kalo ngomong tong. Otak lu tuh kopong dan ga seberapa dibanding pertimbangan TNI AU DAN KEMENHAN. Dikira mereka mau pilot mereka mati sia-sia? Ga usah banyak bacot lah kalau masih bego.

      Hapus
    2. YANG ABIS DI BANTAH SAMA LW PASTI'SAKITNYA TUH DI SINI....'
      ehehehehehehe...

      Hapus
  4. Kpn hari bilang udah mau beli 8 sisanya nanti kalau ada type baru keluar lagi, sekarang update status lagi still in talks. Tungguin aja sambil bakar menyan tar juga nongol lagi status baru entah beli ini atau yang lain. Itu juga kalo beli.. Hehehe

    BalasHapus
  5. talking talking until a hundred years

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Omongan lu ngaco semua,mana berani negara jual barang monyet sekarang kecuali pengen barang kwalitas 2, soal tot emang susah rusia tp soal au mereka bagus dan gripen jelas kalah apa lg yg c/d buang kelaut, dapat gripn c/d mending falcon gurun dapat banyak, omongan lu kayak jualan kecap no 1, gue dukung f-16 v dari pada si gripendor...gripen e/f masih nunggu swedia dan brasil lama mending ambil viper.

    BalasHapus
  8. Lu yang ngaco. Rusia selalu jual versi K keluar negeri. Versi K itu artinya versi komersial aka monkey model. Versi K itu pasti udah didowngrade. Pesawat tua macem Su-27 sama Su-30 aja yang mereka ekspor cuma versi K nya apalagi barang gress macem Su-35.

    Gripen C/D kalah sama Su-35 standar? Ngaco lo. Sama Su-35S noh baru kalah. Gripen E/F lebih ga kalah lagi. Rilisnya aja baruan Gripen E/F.

    Lagipula barang Rusia terkenal selalu kalah di bidang avionik dan elektroniknya dari barat. Plus Gripen bakal dikasih beli AWACS Global Eye juga. MANA ADA ISTILAHNYA AWACS KALAH JANGKAUAN SAMA RADAR BAWAAN FIGHTER. Plus radar Gripen E/F itu udah AESA. Su-35 masih PESA. Jelas PESA kalah dari AESA terutama di resolutionnya.

    Falcon gurun itu F-16 C/D, bekas lagi. Jelas kalah dari Gripen C/D baru. F-16 V buatan US rawan embargo dan production linenya belum siap, kualitas 11/12 dari Gripen E/F. Gripen udah dan sedang diproduksi buat Swedia dan Brazil makanya mereka berani jamin barang cepat sampai.

    Kalo tolol jangan senga ngatain orang tolol ya.

    BalasHapus