22 Mei 2016
Pesawat tempur Su-35 Flanker-E (photo : militaryrussia)
TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Pertahanan masih melanjutkan negosiasi dengan Rusia untuk pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35. Rencananya, Indonesia akan membeli delapan unit pesawat Sukhoi. "Tapi kami masih terkendala skema pembayaran. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah ada solusinya," kata Laksamana Muda TNI Leonardi, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, saat dihubungi, 20 Mei 2016.
Selain persoalan skema pembayaran, Leonardi mengatakan Indonesia dan Rusia juga masih mencari titik temu ihwal transfer teknologi. "Kami masih nego, sejauh mana dia (Rusia) mau ngasih, sejauh mana kita minta. Ini yang sedang dipertemukan," kata dia.
Menurut Leonardi, Indonesia dan Rusia sampai saat ini memang belum menyepakati pembelian. "Semoga tidak sampai setahun sudah tanda tangan kontrak," ujarnya.
Kementerian Pertahanan semula menginginkan pembelian satu skuadron Su-35. Namun anggaran saat ini tidak memungkinkan untuk mendapatkan delapan pesawat tempur. "Satu pesawat sekitar US$ 100 juta (sekitar Rp 1,36 triliun), lengkap dengan senjata," kata Leonardi.
Awal Mei lalu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebutkan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Rusia untuk menyaksikan kesepakatan pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35. Pesawat tersebut akan digunakan untuk mengamankan perairan Indonesia untuk menunjang cita-cita Jokowi menjadikan Indonesia sebagai negara poros maritim. Menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, urgensi pembelian Sukhoi telah dibahas dalam simposium.
Namun pernyataan Ryamizard dibantah oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Menurut Retno, Presiden Joko Widodo bersama Presiden Vladimir Putin tidak melakukan pembicaraan khusus tentang rencana pembelian Sukhoi Su-35. "Kemarin kami bicara mengenai masalah kerja sama pertahanan dalam konteks lebih luas. Tidak hanya mengenai masalah pembelian alutsista, tapi juga terkait transfer teknologi, pengembangan sumber daya manusia, dan lain-lain," katanya di Radisson Blu Hotel, Sochi, Rusia, Kamis lalu.
Retno melanjutkan, dalam pertemuan Jokowi dengan Putin, kerja sama pertahanan memang menjadi salah satu isu yang dibahas. Selain itu, isu perdagangan, investasi, pariwisata dan infrastruktur, serta maritim juga menjadi pembahasan Jokowi dengan Putin. "Saya dan Putin sepakat memperkuat kerja sama di bidang pertahanan. Tadi juga kami bahas kerja sama di bidang alih teknologi, bidang produksi bersama, dan pendidikan serta pelatihan," ujar Jokowi.
Djauhari Oratmangun, Staf Khusus Menteri Luar Negeri untuk Isu-isu Strategis, menambahkan bahwa detail mengenai pembelian, termasuk kesepakatan, ada di tangan Kementerian Pertahanan. "Itu levelnya Kementerian Pertahanan. Presiden enggak tanda tangan pembelian seperti ini (alutsista)," ujar mantan Duta Besar Indonesia Untuk Rusia ini.
Sukhoi Su-35 akan menggantikan armada F-5E Tiger II TNI-AU yang dianggap sudah uzur. Petempur Rusia tersebut berhasil menyingkirkan pesaing-pesaingnya yang sebelumnya juga telah mengajukan penawaran kepada Indonesia, seperti Lockheed Martin F-16V buatan Amerika Serikat, Eurofighter Typhoon buatan Inggris, dan JAS32 Grippen buatan Swedia.
(Tempo)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBaiklah kalau emang begitu...
BalasHapusNegara besar macam indonesia memerlukan lebih dari 50 pesawat seperti su-35
BalasHapusGreat Posts, this is really excellent study blog. Oswaal Books
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus