Penembakan Sistem MRC Typhon Dilakukan Saat Talisman Sabre 2025

21 Juli 2025

Penermbakan rudal sistem MRC Typhon dan NASAMS dalam Talisman Sabre 2025 di Australia (photos: DVIDS, Talisman Sabre)

Northern Territory, Australia —  Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indo-Pasifik, pasukan AS dan Australia melaksanakan rangkaian tembakan presisi terintegrasi penuh pada 15-16 Juli 2025. Rangkaian ini memanfaatkan Kemampuan Jarak Menengah/Mid-Range Capability (MRC) Angkatan Darat AS, yang juga dikenal sebagai sistem rudal "Typhon", berkoordinasi dengan Satuan Tugas Multi-Domain (MDTF) ke-3 Angkatan Darat AS, Sistem National Advanced Surface-to-Air Missile System (NASAMS), dan pendukung utama dari Satuan Tugas Udara-Darat Laut (MAGTF) 25.3 Marine Rotational Force – Darwin (MRF-D) untuk membersihkan wilayah udara dan laut guna mendukung manuver pesisir gabungan selama Latihan Talisman Sabre 25.

Sebagai latihan terbesar di Indo-Pasifik — yang mempertemukan lebih dari 35.000 peserta dari 19 negara sekutu dan mitra — Talisman Sabre 25 mencakup berbagai wilayah dan medan tempur. Di Wilayah Utara, Australia, MRF-D, bersama Batalyon ke-5/7 Angkatan Darat Australia, Resimen Kerajaan Australia (5/7 RAR), dan MDTF ke-3 Angkatan Darat AS, melaksanakan demonstrasi tembakan yang dirancang untuk memvalidasi tembakan gabungan dan gabungan dalam mendukung simulasi manuver pesisir di pedalaman Australia. Acara ini menandai penembakan langsung pertama sistem MRC Angkatan Darat AS di Australia, menandakan kemajuan signifikan dalam pencegahan terpadu regional.

“Kami melaksanakan operasi ini di seluruh kontinum kompetisi dan di dalam area simulasi yang diperebutkan: merasakan dan memahami kompleksitas medan pertempuran modern,” kata Kolonel Jason C. Armas, komandan MRF-D 25.3 MAGTF. "Kami memvalidasi komando dan kendali bergerak dalam skala besar — mengintegrasikan aset tembakan gabungan dan multinasional untuk menerapkan kekuatan tempur yang menentukan pada waktu dan tempat yang kami pilih. Begitulah cara MRF-D beroperasi sebagai pasukan cadangan: mematikan, lincah, dan selalu siap beraksi dengan sekutu dan pasukan mitra."

Rangkaian operasi dimulai beberapa hari sebelumnya, dengan Marinir AS dari Grup Kontrol Udara Laut (MACG) 38 MRF-D melakukan dekonflik dan membersihkan wilayah udara di sekitar koridor tembakan langsung multi-domain. Target diidentifikasi selama fase ini: target maritim yang dilengkapi dengan pemancar aktif untuk mensimulasikan tanda radar maritim musuh. Aset intelijen, pengawasan, dan pengintaian – termasuk pesawat P-8A Poseidon Angkatan Laut AS dan pasukan operasi khusus sekutu – membantu mengembangkan gambaran penargetan yang lengkap, yang pada akhirnya memberikan data waktu nyata kepada aset penembakan Angkatan Darat AS dan ke Pusat Operasi Tempur (COC) dan Pusat Koordinasi Tembakan dan Dampak (FECC) MRF-D MAGTF bergerak. Dengan sistem yang telah tersedia untuk menyampaikan data penembakan yang dibutuhkan ke simpul komando dan kontrol serta "penembak", Komando dan Komando Udara (COC) MAGTF memainkan peran kunci dalam mendeteksi dan memahami lingkungan operasional yang dinamis di jantung pedalaman Australia — mempersiapkan tembakan langsung untuk keberhasilan.

Detasemen MACG 38 melakukan dekonfliksi wilayah udara dengan tembakan langsung dan memungkinkan pengendalian tembakan berkoordinasi dengan Baterai NASAMS ADF dan Angkatan Darat AS," kata Letnan Satu Trevor Brooks, Perwira Operasi Detasemen MACG 38. "Tim Kendali (MCT) Sistem Komando dan Kontrol Udara Laut (MACCS) detasemen tersebut memanfaatkan kemampuan komando dan kontrol organik untuk menyediakan kendali wilayah udara yang aman dan efisien secara taktis serta identifikasi target untuk pelaksanaannya."

COC yang mobile dan dikerahkan di garis depan ini juga mengangkut komandan MRF-D MAGTF dan mempekerjakan kontingen Marinir siber, intelijen, pemadam kebakaran, dan komunikasi yang kecil namun mumpuni, memastikan kemampuan komandan untuk membuat keputusan tepat waktu saat bergerak sambil menghindari deteksi. COC itu sendiri dibangun dengan truk sipil yang tangguh dan sebuah van berkemah, dilengkapi dengan peralatan untuk memungkinkan komando dan kendali medan perang dari lokasi mana pun. Tanpa sistem komunikasi yang tepat, komando dan kendali medan perang yang mobile dan minim sinyal ini tidak akan mungkin terwujud.

“COC mobile memungkinkan komandan untuk menjalankan semua operasi domain dari posisi yang mobile, tangguh, dan dapat bertahan hidup,” kata Mayor Malia Haselton, seorang perwira komunikasi di MRF-D 25.3 MAGTF. “Selain itu, ukurannya yang lebih kecil mengurangi sinyal nodal baik secara fisik maupun dalam spektrum, memungkinkan COC untuk bersembunyi di dalam garis dasar lingkungan dan ambang batas kebisingan yang telah ditetapkan. Terakhir, konstruksi ini menggabungkan redundansi dan fleksibilitas karena menggunakan peralatan komersial dan program rekaman.”

Dari pihak Korps Marinir AS, “Koordinasi tembakan antara MRF-D dan MDTF ke-3 menunjukkan rantai penghancuran yang fleksibel dan modular yang diterapkan oleh pasukan gabungan,” kata Letnan Satu Salomon Nino, wakil perwira yang bertanggung jawab atas FECC. “Tembakan langsung menunjukkan kemampuan untuk melenturkan jalur tembakan digital dan data lintas angkatan dan sekutu secara waktu nyata.”

Pada saat yang bersamaan, MDTF ke-3 menembakkan MRC — rudal serang presisi berbasis darat dengan kemampuan penargetan maritim — pada lintasan balistik yang menghantam dan menenggelamkan kapal kargo tersebut. Dari posisi penembakan terpisah, Angkatan Pertahanan Australia menggunakan NASAMS untuk melakukan intersepsi pertahanan udara dengan tembakan langsung terhadap simulasi ancaman udara yang datang. Secara bersamaan, peluncuran tersebut menunjukkan tembakan berlapis dan sinkronisasi lintas domain dalam mendukung pasukan manuver gabungan di Northern Territory.

"Pengerahan MRC dan keberhasilan eksekusi tembakan langsung SM-6 terhadap target maritim merupakan langkah maju yang signifikan dalam kemampuan kami untuk mengerahkan, mengintegrasikan, serta memimpin dan mengendalikan kemampuan serangan maritim berbasis darat yang canggih," kata Kolonel Angkatan Darat AS Wade Germann, komandan MDTF ke-3. "Latihan ini memvalidasi interoperabilitas penargetan dan komando serta kendali kami dengan unit mitra kami, Brigade ke-10 Australia, melalui Pusat Koordinasi Efek Darat. Kami telah menyiapkan diri untuk mengembangkan dan mengerahkan kemampuan multidomain yang kredibel dalam pertempuran untuk mendukung pasukan gabungan dan gabungan."

“Dengan AS mengerahkan sistem yang mumpuni ke Australia dan menempatkannya di lapangan di lokasi terpencil, ini merupakan indikator yang baik bahwa jika kita berada dalam situasi nyata, kita dapat merencanakan dan beroperasi bersama,” kata Letnan Kolonel James Floyd, komandan Resimen ke-16, ADF. "Australia saat ini memiliki kemampuan pertahanan udara berbasis darat yang kecil, kami memberikan efek spesifik, yang sangat mumpuni dan sangat penting bagi AS dan mitra koalisi lainnya."

Sebelum rangkaian tembakan terjadi, pasukan gabungan Marinir AS dan ADF dikerahkan dari utara melalui konvoi darat dan MV-22B Osprey dari Skuadron Tiltrotor Menengah Marinir (VMM) 363 untuk mengamankan posisi di dekat aset tembakan gabungan dan gabungan di North Teritori. Setelah penugasan, kedua negara menyelesaikan operasi pengisian bahan bakar darat melalui udara. Dalam operasi ini, MV-22B Osprey memompa balik bahan bakar penerbangan ke Helikopter Pengintai Angkatan Darat Australia (ARH) Tiger yang mengawal mereka — menunjukkan pertukaran kemampuan pengisian bahan bakar antarpesawat. Hampir bersamaan dengan pelaksanaan tembakan langsung, Marinir AS dengan Elemen Tempur Logistik (LCE) mulai bermanuver ke selatan, mendorong paket bahan bakar dan logistik untuk memungkinkan proyeksi kekuatan lanjutan dari Elemen Tempur Darat (GCE) MRF-D dan dukungan bagi pasukan 5/7 RAR setibanya di area pelatihan.

Serangan terkoordinasi ini sendiri menciptakan kondisi bagi Marinir MRF-D dan 5/7 RAR Australia untuk merebut medan simulasi maritim kunci di masa mendatang. Di sini, pasukan gabungan akan kembali menggunakan MV-22B Osprey dengan VMM 363 untuk penempatan di Cloncurry dan Bootu, North Teritori, berlatih pangkalan terdistribusi, pengisian bahan bakar ekspedisi, dan mobilitas di lingkungan yang diperebutkan. Upaya ini dimungkinkan oleh Komando Operasi Khusus (COC) utama MRF-D MAGTF di Darwin, COC bergerak yang melintasi West Australia, serta Marinir dan Pelaut yang mempertahankan operasi berkelanjutan sepanjang waktu. Di antara mereka adalah Marinir AS dari ANGLICO ke-1, MRF-D 25.3, yang melakukan pengintaian lokasi sebelum arus pasukan gabungan dan menetapkan kondisi untuk kelanjutan operasi udara setelah tembakan langsung gabungan.

“Kami melakukan observasi lapangan terbang Timber Creek dan batas selatan Area Pelatihan Lapangan Bradshaw, membersihkan wilayah udara secara visual dan tetap berada di posisi untuk mendukung kemampuan koordinasi dukungan tembakan,” jelas Kapten Korps Marinir AS Holdon Loveless, ANGLICO ke-1, MRF-D 25.3.”

Personel Operasi Siber Pertahanan (DCO) MRF-D MAGTF memberikan kemampuan lain yang kecil namun krusial bagi COC bergerak: memperkuat jaringan terhadap simulasi gangguan musuh selama pelaksanaan latihan tembak langsung gabungan dan saat beraktivitas.

“DCO menyediakan kemampuan pemantauan jaringan organik yang dikerahkan ke depan dan respons insiden untuk mendukung kemampuan komandan MAGTF dalam memimpin dan mengendalikan manuver pasukan melalui beberapa latihan tembak langsung yang kompleks,” kata Sersan Staf Robert Gerbec, Kepala DCO, MRF-D 25.3.

Melengkapi operasi darat dan udara, HMS Prince of Wales, yang dilengkapi dengan pesawat F-35B Lightning II bersama Skuadron Serang Tempur Marinir (VMFA) 242, Unit Ekspedisi Marinir ke-31, dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris, memperkuat gambaran maritim gabungan. Kehadiran dan operasi penerbangan berkelanjutan mereka di perairan lepas pantai Australia memperkuat kemampuan pasukan gabungan untuk memproyeksikan kekuatan angkatan laut di samping kemampuan serangan berbasis darat, memperluas jangkauan ancaman berlapis terhadap musuh.

Evolusi tembakan presisi membuktikan bagaimana pasukan multinasional dapat menggabungkan tembakan jarak jauh, pertahanan udara terpadu, ISR, dan manuver untuk menciptakan kondisi bagi perebutan medan kunci maritim yang disimulasikan: medan yang dibedakan dalam ruang dan waktu oleh logistik yang terputus-putus, kurangnya dukungan organik, dan lingkungan yang diperebutkan musuh. Seiring transisi operasi menuju Cloncurry dan Bootu, Marinir AS dan pasukan ADF akan terus menyempurnakan mobilitas dan logistik ekspedisi, pelatihan Forward Arming and Refueling Point (FARP) penerbangan, dan operasi pangkalan yang diperebutkan di lingkungan yang sulit untuk menambah penyempurnaan berharga dalam upaya MRF-D MAGTF untuk mewujudkan pasukan cadangan di Pasifik.

(DVIDS)