12 Desember 2025

Melihat Produksi Pesawat CN235 di PT DI untuk TNI AL

12 Desember 2025

Produksi pesawat angkut CN-235 untuk TNI AL (photos: Antara)

Bandung - PT Dirgantara Indonesia terus memperkuat industri dirgantara nasional lewat produksi CN235. Produksi dikebut untuk memenuhi kebutuhan multipurpose TNI AL.


Pekerja PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terus merampungkan produksi pesawat CN235 di Hanggar Final Assembly Line, Bandung, Jawa Barat, Kamis (4/12/2025).


Pesawat tersebut merupakan pesanan TNI Angkatan Laut dan dirancang untuk kebutuhan multipurpose, mulai dari angkutan personel, paratroops, kargo, hingga misi medical evacuation.


Di hanggar perakitan akhir itu, sejumlah teknisi terlihat menyelesaikan berbagai komponen pesawat yang memasuki tahap penyempurnaan.


PTDI menyampaikan bahwa pengerjaan pesawat ini berjalan sesuai jadwal. Target penyelesaian pesawat CN235 tersebut ditetapkan pada pertengahan 2026. Program produksi CN235 ini menjadi bagian dari pemenuhan kebutuhan operasional TNI AL yang membutuhkan pesawat dengan kemampuan serbaguna.

Setelah rampung, pesawat akan menjalani rangkaian pengujian sebelum diserahkan kepada TNI AL.  Keunggulannya dalam membawa pasukan, logistik, maupun melakukan evakuasi medis menjadikan CN235 salah satu platform strategis yang terus dikembangkan.

37 komentar:

  1. Baruw Lagiii haha!🥳✨️🥳

    BalasHapus
  2. angkat berita yang ini jugak min,

    mana NSM Gowing lcs KW?
    kita donk duluan haha!👍1👍

    KSR 33M 100% hasil karya anak bangsa haha!🥳✨️🥳

    ada ruang Console NSM OPERATOR✅️
    Resmi Rudal NSM milik kita yang Pertama Se Asean hore haha!🚀🤗🚀

    warganyet kl, KALAH LAGIII...NGAMUK haha!🔥😆🔥
    ⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
    https://facebook.com/watch/?v=1383896323402361&vanity=www.IMIIndonesia

    BalasHapus
  3. INDONESIA = BATAS LIMIT 60%
    GOV. DEBT : 40% OF GDP
    HOUSEHOLD DEBT : 16% OF GDP
    --------------
    Banding ASEAN:
    1. Malaysia: sekitar 69% dari PDB.
    2. Thailand: sekitar 60%.dari PDB
    3. Filipina: sekitar 55%. dari PDB
    =============
    =============
    MALONDESH = BATAS LIMIT 65%
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP
    GOV. DEBT : 69% OF GDP = HOUSEHOLD DEBT : 84.3% OF GDP

    BalasHapus
    Balasan
    1. seblah uda offside batas utang yaa om pemburu haha!🤣😆🤣

      kata YDPA akibat defisit sedjak 1998, kl hobi tarik utang terusz haha!😁😵😁

      Hapus
    2. Yoiiii.....awas ada jealous nanti di serbu si anuwww om @palu gada

      Hapus
    3. Kek majikannya, utang mentok, defisit gede, bentar lagi ambruk, tapi masih sok2 an, padahal dah bingung dan panik. Udah mulai ngemis ke sana ke mari, bentar lagi njilat2 kita. Bukannya sadar diri, masih aja, pantes kalau dihinakan.

      Hapus
  4. ASET CN235 BARUW LAGIIIIII haha!🥳🤑🥳
    yaaa makloum BAJET BESAR SHOPPING TERUSZ N⛔️N ST⛔️P haha!👍🤑👍

    sementara negri🎰kasino genting, kumpul brosur, teriak RFI, BELI KAGAK haha!🤥😜🤥

    BalasHapus
  5. selaen versi MPA,
    matra laut pake cn 235 buat multirol angkut aset & pasukan khusus serta dalam masa damai HDR haha!👍😉👍

    dimasa depan selain awacs mungkin dibikin cn235 versi kapal induk haha!🦾🚀🦾
    ganship aja dibikin, tinggal penyempurnaan..wahh mantap samping pake RCWS, di pintuw rampa pake pelontar granat haha!👍🔥👍
    di dek angkut bom hirr haha!🚀🔥🚀
    dijamin nangis BomBay para HomPimPa haha!😂😋😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Resminya, Penerbal pakai MPA semua. Belum ada CN235 Penerbal pakai nomor ekor U-.

      Pasang ke kapal induk sih harusnya bisa. Spek nggak terlalu jauh dari C-2/E-2. Tapi harus bisa dilipat kalau mau disimpan. Teknik ini belum pernah lihat di PTDI. Kalau kita dapat ToT Wildcat mungkin bisa.

      Hapus
    2. maksotnya yg U lagi dibikin om irs haha!🤭👍🤭

      nyoiihh dibikin semacam C2/E2 gt cakep bisalah bikin bengkok sayap doank, tinggal suspensi ama kailnya kudu diperkuat nich haha!😉👍😉

      Hapus
  6. Mau tanya, mungkin ada yg bisa jawab?
    Kelanjutan pengadaan KCR Trimaran Lundin apakah terus lanjut?
    apakah sudah cukup satu unit saja?

    BalasHapus
  7. Lagi hebat pabrik Vita Berahi produksi masal untuk pasukan thanos

    BalasHapus
  8. Menjunam terus!
    1 MYR = 4,068.36 IDR Dec 12, 2025, 08:34 UTC
    🤣🤣🤣🤣🤣🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. IQ LEVEL BOTOL ...........
      ⚓ Proyek Kapal Tempur Pesisir (LCS)
      • Tujuan awal:
      o Membekali Angkatan Laut Malondesh dengan 6 kapal kelas Maharaja Lela.
      o Nilai proyek: RM9.1 miliar.
      o Diharapkan meningkatkan kemampuan maritim dan kemandirian industri pertahanan.
      • Masalah utama:
      o Keterlambatan ekstrem: Sejak kontrak ditandatangani, hingga 2025 belum ada kapal yang diserahkan.
      o Pembengkakan anggaran: Biaya naik jauh dari estimasi awal, menimbulkan beban fiskal.
      o Dugaan korupsi: Proyek diselimuti isu salah urus dan penyalahgunaan dana.
      • Dampak strategis:
      o Angkatan Laut kehilangan aset penting untuk menjaga perairan.
      o Kredibilitas pemerintah dan industri pertahanan lokal merosot.
      o Proyek menjadi simbol kegagalan tata kelola dan transparansi.
      🔫 Senapan Vita Berapi (VB Berapi LP06)
      • Tujuan awal:
      o Menghasilkan senapan serbu lokal dengan desain modern (bullpup, 5.56×45mm NATO).
      o Kapasitas 30 peluru, diharapkan bisa bersaing dengan senjata standar internasional.
      • Masalah utama:
      o Desain kontroversial: Bentuk dianggap aneh, tidak ergonomis, dan menjadi bahan olok-olok publik.
      o Kredibilitas perancang: Viktor Prykhodko, warga Rusia di Malondesh, tidak jelas latar belakang teknisnya.
      o Tidak pernah diadopsi: Militer Malondesh menolak penggunaan resmi.
      • Dampak strategis:
      o Gagal membangun reputasi industri senjata lokal.
      o Menjadi contoh buruk bagaimana proyek pertahanan bisa jatuh ke dalam gimmick tanpa uji teknis memadai.
      o Menurunkan kepercayaan publik terhadap kemampuan inovasi domestik.
      🛡️ Tank Ringan STRIDE
      • Tujuan awal:
      o Dikembangkan oleh STRIDE untuk meningkatkan kemandirian industri pertahanan.
      o Menjadi kendaraan tempur ringan yang bisa bersaing dengan produk luar negeri.
      • Masalah utama:
      o Minim transparansi: Tidak ada uji coba publik yang jelas.
      o Efektivitas diragukan: Tidak ada bukti penggunaan aktif oleh militer atau ekspor.
      o Tidak kompetitif: Secara teknologi dan biaya, kalah dibanding kendaraan tempur ringan dari negara lain.
      • Dampak strategis:
      o Proyek tidak memberi nilai tambah nyata bagi pertahanan nasional.
      o STRIDE gagal menunjukkan kapabilitas riset yang bisa diandalkan.
      o Menjadi simbol kelemahan dalam eksekusi proyek pertahanan berbasis riset lokal.
      📊 Ringkasan Perbandingan
      Proyek Tujuan Masalah Utama Dampak
      LCS 6 kapal Maharaja Lela, RM9.1 miliar Keterlambatan, pembengkakan anggaran, dugaan korupsi Hilangnya aset maritim, rusaknya kredibilitas
      VB Berapi LP06 Senapan lokal bullpup 5.56mm Desain aneh, kredibilitas perancang, tidak diadopsi Gagal bangun reputasi industri senjata
      Tank STRIDE Tank ringan lokal Minim transparansi, tidak digunakan, kalah kompetitif Tidak memberi nilai tambah, simbol kelemahan riset
      👉 Kesimpulan: Ketiga proyek ini menunjukkan pola kegagalan yang sama: ambisi besar tanpa eksekusi yang solid, lemahnya transparansi, dan kurangnya uji coba nyata. Akibatnya, alih-alih memperkuat pertahanan, proyek-proyek ini justru menjadi beban fiskal dan reputasi bagi Malondesh.

      Hapus
    2. IQ LEVEL BOTOL ...........
      1. Proyek LCS (Littoral Combat Ship)
      • Fiskal & Anggaran
      o Pembengkakan biaya hingga RM9.1 miliar menunjukkan lemahnya kontrol fiskal.
      o Risiko contingent liabilities meningkat karena proyek gagal memberi aset nyata.
      • Industri & Kapasitas
      o Kegagalan memperlihatkan lemahnya ekosistem galangan kapal lokal.
      o Menurunkan kepercayaan investor dan mitra internasional terhadap kemampuan Malondesh.
      • Strategis & Pertahanan
      o Hilangnya 6 kapal Maharaja Lela berarti kekosongan aset maritim kritis.
      o Mengurangi kemampuan menjaga perairan strategis (Selat Melaka, Laut Cina Selatan).
      • Reputasi & Politik
      o Dugaan korupsi merusak kredibilitas pemerintah dan institusi pertahanan.
      o Menjadi simbol kegagalan tata kelola proyek besar.
      2. VB Berapi LP06 (Senapan Bullpup Lokal)
      • Fiskal & Anggaran
      o Biaya riset dan prototipe tidak menghasilkan adopsi → sunk cost.
      o Tidak ada return on investment bagi industri pertahanan.
      • Industri & Kapasitas
      o Desain dianggap aneh → menurunkan kredibilitas perancang lokal.
      o Gagal membangun reputasi industri senjata Malondesh di pasar global.
      • Strategis & Pertahanan
      o Tidak diadopsi oleh militer → tidak memberi kontribusi pada kesiapan tempur.
      o Membuat ketergantungan tetap pada senjata impor.
      • Reputasi & Politik
      o Menjadi contoh kegagalan inovasi lokal.
      o Menurunkan moral dan kepercayaan publik terhadap kemampuan riset pertahanan.
      3. Tank STRIDE (Tank Ringan Lokal)
      • Fiskal & Anggaran
      o Dana riset tidak transparan → risiko pemborosan fiskal.
      o Tidak ada nilai tambah karena tidak digunakan.
      • Industri & Kapasitas
      o Kalah kompetitif dibanding produk luar → menunjukkan lemahnya benchmarking teknologi.
      o Tidak memberi dorongan pada ekosistem riset militer.
      • Strategis & Pertahanan
      o Tidak masuk ke dalam arsenal → tidak memperkuat kemampuan darat.
      o Menjadi simbol ketergantungan pada impor.
      • Reputasi & Politik
      o Transparansi minim → menimbulkan persepsi kelemahan tata kelola riset.
      o Menjadi contoh kegagalan inovasi yang tidak memberi manfaat praktis.
      📌 Pola Umum yang Terlihat
      • Kelemahan Tata Kelola: Semua proyek menunjukkan masalah transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan fiskal.
      • Kegagalan Industri Lokal: Tidak ada yang berhasil membangun reputasi atau daya saing global.
      • Risiko Strategis: Proyek gagal → aset pertahanan tidak bertambah, ketergantungan impor tetap tinggi.
      • Kerusakan Reputasi: Publik dan mitra internasional melihat Malondesh kurang kredibel dalam mengelola proyek besar.
      🔮 Implikasi Jangka Panjang
      • Fiskal: Beban anggaran meningkat tanpa hasil nyata → menekan ruang fiskal untuk proyek lain.
      • Industri: Riset lokal kehilangan momentum → talenta dan investor beralih ke luar negeri.
      • Pertahanan: Kesiapan militer stagnan → mengurangi deterrence di kawasan strategis.
      • Politik: Kegagalan berulang → menurunkan kepercayaan publik dan memperkuat narasi kelemahan institusi.

      Hapus
    3. IQ LEVEL BOTOL ...........
      1. Proyek LCS (Littoral Combat Ship)
      • Fiskal & Anggaran
      o Pembengkakan biaya hingga RM9.1 miliar menunjukkan lemahnya kontrol fiskal.
      o Risiko contingent liabilities meningkat karena proyek gagal memberi aset nyata.
      • Industri & Kapasitas
      o Kegagalan memperlihatkan lemahnya ekosistem galangan kapal lokal.
      o Menurunkan kepercayaan investor dan mitra internasional terhadap kemampuan Malondesh.
      • Strategis & Pertahanan
      o Hilangnya 6 kapal Maharaja Lela berarti kekosongan aset maritim kritis.
      o Mengurangi kemampuan menjaga perairan strategis (Selat Melaka, Laut Cina Selatan).
      • Reputasi & Politik
      o Dugaan korupsi merusak kredibilitas pemerintah dan institusi pertahanan.
      o Menjadi simbol kegagalan tata kelola proyek besar.
      2. VB Berapi LP06 (Senapan Bullpup Lokal)
      • Fiskal & Anggaran
      o Biaya riset dan prototipe tidak menghasilkan adopsi → sunk cost.
      o Tidak ada return on investment bagi industri pertahanan.
      • Industri & Kapasitas
      o Desain dianggap aneh → menurunkan kredibilitas perancang lokal.
      o Gagal membangun reputasi industri senjata Malondesh di pasar global.
      • Strategis & Pertahanan
      o Tidak diadopsi oleh militer → tidak memberi kontribusi pada kesiapan tempur.
      o Membuat ketergantungan tetap pada senjata impor.
      • Reputasi & Politik
      o Menjadi contoh kegagalan inovasi lokal.
      o Menurunkan moral dan kepercayaan publik terhadap kemampuan riset pertahanan.
      3. Tank STRIDE (Tank Ringan Lokal)
      • Fiskal & Anggaran
      o Dana riset tidak transparan → risiko pemborosan fiskal.
      o Tidak ada nilai tambah karena tidak digunakan.
      • Industri & Kapasitas
      o Kalah kompetitif dibanding produk luar → menunjukkan lemahnya benchmarking teknologi.
      o Tidak memberi dorongan pada ekosistem riset militer.
      • Strategis & Pertahanan
      o Tidak masuk ke dalam arsenal → tidak memperkuat kemampuan darat.
      o Menjadi simbol ketergantungan pada impor.
      • Reputasi & Politik
      o Transparansi minim → menimbulkan persepsi kelemahan tata kelola riset.
      o Menjadi contoh kegagalan inovasi yang tidak memberi manfaat praktis.
      📌 Pola Umum yang Terlihat
      • Kelemahan Tata Kelola: Semua proyek menunjukkan masalah transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan fiskal.
      • Kegagalan Industri Lokal: Tidak ada yang berhasil membangun reputasi atau daya saing global.
      • Risiko Strategis: Proyek gagal → aset pertahanan tidak bertambah, ketergantungan impor tetap tinggi.
      • Kerusakan Reputasi: Publik dan mitra internasional melihat Malondesh kurang kredibel dalam mengelola proyek besar.
      🔮 Implikasi Jangka Panjang
      • Fiskal: Beban anggaran meningkat tanpa hasil nyata → menekan ruang fiskal untuk proyek lain.
      • Industri: Riset lokal kehilangan momentum → talenta dan investor beralih ke luar negeri.
      • Pertahanan: Kesiapan militer stagnan → mengurangi deterrence di kawasan strategis.
      • Politik: Kegagalan berulang → menurunkan kepercayaan publik dan memperkuat narasi kelemahan institusi.

      Hapus
    4. IQ LEVEL BOTOL ...........
      1. Proyek LCS (Littoral Combat Ship)
      • Fiskal & Anggaran
      o Pembengkakan biaya hingga RM9.1 miliar menunjukkan lemahnya kontrol fiskal.
      o Risiko contingent liabilities meningkat karena proyek gagal memberi aset nyata.
      • Industri & Kapasitas
      o Kegagalan memperlihatkan lemahnya ekosistem galangan kapal lokal.
      o Menurunkan kepercayaan investor dan mitra internasional terhadap kemampuan Malondesh.
      • Strategis & Pertahanan
      o Hilangnya 6 kapal Maharaja Lela berarti kekosongan aset maritim kritis.
      o Mengurangi kemampuan menjaga perairan strategis (Selat Melaka, Laut Cina Selatan).
      • Reputasi & Politik
      o Dugaan korupsi merusak kredibilitas pemerintah dan institusi pertahanan.
      o Menjadi simbol kegagalan tata kelola proyek besar.
      2. VB Berapi LP06 (Senapan Bullpup Lokal)
      • Fiskal & Anggaran
      o Biaya riset dan prototipe tidak menghasilkan adopsi → sunk cost.
      o Tidak ada return on investment bagi industri pertahanan.
      • Industri & Kapasitas
      o Desain dianggap aneh → menurunkan kredibilitas perancang lokal.
      o Gagal membangun reputasi industri senjata Malondesh di pasar global.
      • Strategis & Pertahanan
      o Tidak diadopsi oleh militer → tidak memberi kontribusi pada kesiapan tempur.
      o Membuat ketergantungan tetap pada senjata impor.
      • Reputasi & Politik
      o Menjadi contoh kegagalan inovasi lokal.
      o Menurunkan moral dan kepercayaan publik terhadap kemampuan riset pertahanan.
      3. Tank STRIDE (Tank Ringan Lokal)
      • Fiskal & Anggaran
      o Dana riset tidak transparan → risiko pemborosan fiskal.
      o Tidak ada nilai tambah karena tidak digunakan.
      • Industri & Kapasitas
      o Kalah kompetitif dibanding produk luar → menunjukkan lemahnya benchmarking teknologi.
      o Tidak memberi dorongan pada ekosistem riset militer.
      • Strategis & Pertahanan
      o Tidak masuk ke dalam arsenal → tidak memperkuat kemampuan darat.
      o Menjadi simbol ketergantungan pada impor.
      • Reputasi & Politik
      o Transparansi minim → menimbulkan persepsi kelemahan tata kelola riset.
      o Menjadi contoh kegagalan inovasi yang tidak memberi manfaat praktis.
      📌 Pola Umum yang Terlihat
      • Kelemahan Tata Kelola: Semua proyek menunjukkan masalah transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan fiskal.
      • Kegagalan Industri Lokal: Tidak ada yang berhasil membangun reputasi atau daya saing global.
      • Risiko Strategis: Proyek gagal → aset pertahanan tidak bertambah, ketergantungan impor tetap tinggi.
      • Kerusakan Reputasi: Publik dan mitra internasional melihat Malondesh kurang kredibel dalam mengelola proyek besar.
      🔮 Implikasi Jangka Panjang
      • Fiskal: Beban anggaran meningkat tanpa hasil nyata → menekan ruang fiskal untuk proyek lain.
      • Industri: Riset lokal kehilangan momentum → talenta dan investor beralih ke luar negeri.
      • Pertahanan: Kesiapan militer stagnan → mengurangi deterrence di kawasan strategis.
      • Politik: Kegagalan berulang → menurunkan kepercayaan publik dan memperkuat narasi kelemahan institusi.

      Hapus
    5. KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      -----------
      DEFICIT RM 92.8 BILLION
      DEFICIT RM 92.8 BILLION
      DEFICIT RM 92.8 BILLION
      Bank Negara Negeri Kasino just borrowed another RM 5.0 billion to bring the budget deficit up to RM 92.8 billion. The prime/finance minister Anwar Ibrahim stated the budget deficit would be RM 79.9 billion when he brought down the budget 2025 in October last year in the Dewan Rakyat.
      =============
      GOVERNMENT DEBT : 69% of GDP
      HOUSEHOLD DEBT : 84.3% of GDP
      Federal Government Debt
      • End of 2024: RM 1.25 trillion
      • End of June 2025: RM 1.3 trillion
      • Projected Debt-to-GDP: 69% by the end of 2025
      Household Debt
      • 2025 : RM1.73 trillion, or 85.8% of GDP GDP
      =============
      1. DEBT 84.3% DARI GDP
      2. DEBT NEGARA RM 1.63 TRLLIUN
      3. DEBT 1MDB RM 18.2 BILLION
      4. TUNGGAKAN SEWA SABAH USD 15 BILLION
      5. DEBT KERAJAAN PERSEKUTUAN 60.4%
      6. SEWA SIMULATOR MKM
      7. PESAWAT MIG GROUNDED
      8. SEWA MOTOR POLIS
      9. PESAWAT MB339CM GROUNDED
      10. NURI GROUNDED SEWA BLACKHAWK
      11. FIVE PROCUREMENT CANCELLED
      12. 48 PESAWAT SKYHAWK HILANG
      13. MESIN JET 2 BUAH HILANG
      14. NO MARINIR NO AMPHIBIOUS NAVAL PLATFORM
      15. NO LST
      16. NO LPD – NGEMIS LPD USA
      17. NO TANKER
      18. NO KCR
      19. MONUMEN MIG29M UNTUK JIMAT KOS
      20. NO SPH
      21. SUBMARINE DEFACT MEMBUNUH WANITA HAMIL
      22. NO HELLFIRE
      23. NO MPA ATR72 DELAYED
      24. NO HIDRO-OSEANOGRAFI SEWA KAPAL HIDRO
      25. NO HELI HEAVY ATTACK NGEMIS AH1Z
      26. NO M3 AMPHIBIUS RIG
      27. LCS MANGKRAK KARATAN
      28. OPV MANGKRAK
      29. TANK MOGOK STOP SPARE PARTS
      30. CN 235 MSA VERSI MSI USA
      31. SEWA MOTOR MILITARY POLICE
      32. RADAR GIFTED PAID USA
      33. 84% NO SAVING EVERY MONTH
      34. SEWA VVSHORAD
      35. SEWA TRUK 3 TON
      36. 4X4 SEWA 6X6 CANCELLED
      37. C130H DIGANTI 2045
      38. TEMBAK GRANAT BOM PASUKAN SEMDIRI
      39. NO DRONE UCAV – ANKA ISR OMPONG
      40. SEWA BLACKHAWK SEWA AW159
      41. NO TRACKED SPH
      42. SEWA SIMULATOR HELI
      43. SPH CANCELLED
      44. SCORPION V150 CONDOR SIMBAS RETIRED
      45. NO PESAWAT COIN
      46. PILATUS MK II KARATAN
      47. PENCEROBOHAN 43X BTA 316 HARI
      48. SEWA AW139 SEWA COLIBRI
      49. MRSS LMS B2 UAV ANKA HELI MENUNGGU 2026-2030
      50. OPV DIBAYAR 3 JADI 1 SEWA BOAT
      51. LYNX GROUNDED
      52. MRCA CANCELLED SEWA PESAWAT ITTC
      53. MICA CANCELLED NSM CANCELLED
      54. NO LRAD NO MRAD JUST VSHORAD
      55. PRANK UN PRANK TURKEY PRANK PERANCIS PRANK SLOVAKIA
      56. 4X NGEMIS F18 KUWAIT
      57. MENUNGGU 2050 KAPAL SELAM
      58. NO TANK AMPHIBI AV8 MOGOK BERASAP
      59. 84% NO SAVING EVERY MONTH
      60. OVER LIMIT DEBT 65,6% (LIMIT DEBT 65%)
      =============
      SEWA = HUTANG 84.3% DARI GDP = NO SHOPPING
      1. SEWA 28 HELI
      2. SEWA L39 ITCC
      3. SEWA EC120B
      4. SEWA FLIGHT SIMULATION TRAINING DEVICE (FSTD)
      5. SEWA 1 UNIT SISTEM SIMULATOR EC120B
      6. SEWA HOVERCRAFT
      7. SEWA AW139
      8. SEWA FAST INTERCEPTOR BOAT (FIB)
      9. SEWA UTILITY BOAT
      10. SEWA RIGID HULL FENDER BOAT (RHFB)
      11. SEWA ROVER FIBER GLASS (ROVER)
      12. SEWA MV AISHAH AIM 4
      13. SEWA BMW R1250RT
      14. SEWA 4X4 VECHICLE
      15. SEWA VSHORAD
      16. SEWA TRUCK
      17. SEWA HONDA CIVIC
      18. SEWA PATROL BOATS
      19. SEWA OUTBOARD MOTORS
      20. SEWA TRAILERS
      21. SEWA SUPERBIKES
      22. SEWA SIMULATOR MKM
      23. SEWA 12 AW149 TUDM
      24. SEWA 4 AW139 TUDM
      25. SEWA 5 EC120B TUDM
      26. SEWA 2 AW159 TLDM
      27. SEWA 4 UH-60A TDM
      28. SEWA 12 AW149 TDM
      29. SEWA 4 AW139 BOMBA
      30. SEWA 2 AW159 MMEA
      31. SEWA 7 BELL429 POLIS
      32. SEWA MOTOR POLIS

      Hapus
    6. KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      -----------
      1.FOREST CITY = USD 100 BILLION
      2. ECRL= USD 20 BILLION
      3.CHINA-MALAYDESH QINZHOU INDUSTRIAL PARK (CMQIP) = USD 4,2 BILLION
      4. MALAYDESH -CHINA KUANTAN INDUSTRIAL PARK (MCKIP) = USD 3,77 BILLION
      5.CHINA RAILWAY ROLLING STOCK CORP’S ROLLING STOCK CENTER = USD 131 MILLION
      6. 1 MDB = USD 4,5 BILLION
      ---------------
      GOVERNMENT DEBT : 69% of GDP
      HOUSEHOLD DEBT : 84.3% of GDP
      Federal Government Debt
      • End of 2024: RM 1.25 trillion
      • End of June 2025: RM 1.3 trillion
      • Projected Debt-to-GDP: 69% by the end of 2025
      Household Debt
      2025 : RM1.73 trillion, or 85.8% of GDP
      ---------------
      WAJIB LAPOR USA
      Malaydesh shall not enter into agreements or understandings with third countries that include non-scientific, discriminatory, or preferential technical standards or third-country SPS measures that are incompatible with U.S. or international standards; or otherwise disadvantage U.S. exports.
      ---------------
      DILARANG PAJAK USA
      Article 3.1: Digital Services Tax
      Malaydesh shall not impose digital services taxes, or similar taxes, that discriminate against U.S. companies in law or in fact.
      ---------------
      WAJIB LAPOR USA
      Article 3.3: Digital Trade Agreements
      Malaydesh shall consult with the United States before entering into a new digital trade agreement with another country that jeopardizes essential U.S. interests.
      ---------------
      MALAYDESH UP TO =
      DEBT 97% OF GDP
      DEBT 97% OF GDP
      DEBT 97% OF GDP
      Malaydesh's debt ratio could surge to almost 97% of GDP if government-linked guarantees materialize, a risk highlighted in the Ministry of Finance's (MOF) Fiscal Outlook 2026 report
      ---------------
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar USUSD240–242 miliar, termasuk USUSD70 miliar investasi Maid of london (MALON) ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Maid of london (MALON) ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ---------------
      BNM = HOUSEHOLD DEBT IS ONE OF THE HIGHEST IN THE ASEAN ......
      MAID OF LONDON (MALON) household DEBT is one of the highest in the ASEAN region. Bank Negara MAID OF LONDON (MALON)
      -------------
      2025 ZONK = MRCA LCS SPH MRSS
      5x PM DIJANGKA = NO SHOPPING
      6x MOD DIJANGKA = NO SHOPPING
      6x MOF DIJANGKA = NO SHOPPING
      ----------------
      🔍 DETAIL PROYEK
      • MRCA (2017–2025):
      o 2017: Inisiasi penggantian MiG-29.
      o 2023: FA-50 diumumkan sebagai interim.
      o 2025: Status ZONK (tidak ada MRCA baru).
      -
      • LCS (2011–2025):
      o 2011: Kontrak LCS ditandatangani.
      o 2022: Skandal audit terungkap.
      o 2025: Status ZONK (belum ada kapal operasional).
      -
      • SPH (2016–2025):
      o 2016: Proposal SPH diajukan.
      o 2025: Status ZONK (tidak ada akuisisi).
      -
      • MRSS (2016–2025):
      o 2016: Masuk rencana TLDM 15-to-5.
      o 2025: Status ZONK (belum dibangun).
      ----------------
      MRCA 2025-2017= ZONK = NO PROCUREMENT
      5x GANTI PM
      5x GANTI MOD
      6x GANTI MOF
      -
      LCS 2025-2011 = ZONK = MANGKRAK
      5x GANTI PM
      6x GANTI MOD
      6x GANTI MOF
      -
      SPH 2025-2016 = ZONK = NO PROCUREMENT
      5x GANTI PM
      5x GANTI MOD
      6x GANTI MOF
      -
      MRSS/LPD 2025-2016 = ZONK = NO PROCUREMENT
      5x GANTI PM
      5x GANTI MOD
      6x GANTI MOF
      ----------------
      DEBT 84,3% TO GDP
      KLAIM LUNAS 2053 = GAGAL (NAMBAH DEBT)
      5x GANTI PM
      6x GANTI MOF
      -
      TIDAK BAYAR HUTANG TERTUNGGAK
      KEKANGAN KEWANGAN
      5x GANTI PM

      Hapus
  9. Menjunam terus!
    1 MYR = 4,068.36 IDR Dec 12, 2025, 08:34 UTC
    🤣🤣🤣🤣🤣🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      -----------
      1.FOREST CITY = USD 100 BILLION
      2. ECRL= USD 20 BILLION
      3.CHINA-MALAYDESH QINZHOU INDUSTRIAL PARK (CMQIP) = USD 4,2 BILLION
      4. MALAYDESH -CHINA KUANTAN INDUSTRIAL PARK (MCKIP) = USD 3,77 BILLION
      5.CHINA RAILWAY ROLLING STOCK CORP’S ROLLING STOCK CENTER = USD 131 MILLION
      6. 1 MDB = USD 4,5 BILLION
      ---------------
      GOVERNMENT DEBT : 69% of GDP
      HOUSEHOLD DEBT : 84.3% of GDP
      Federal Government Debt
      • End of 2024: RM 1.25 trillion
      • End of June 2025: RM 1.3 trillion
      • Projected Debt-to-GDP: 69% by the end of 2025
      Household Debt
      2025 : RM1.73 trillion, or 85.8% of GDP
      ---------------
      WAJIB LAPOR USA
      Malaydesh shall not enter into agreements or understandings with third countries that include non-scientific, discriminatory, or preferential technical standards or third-country SPS measures that are incompatible with U.S. or international standards; or otherwise disadvantage U.S. exports.
      ---------------
      DILARANG PAJAK USA
      Article 3.1: Digital Services Tax
      Malaydesh shall not impose digital services taxes, or similar taxes, that discriminate against U.S. companies in law or in fact.
      ---------------
      WAJIB LAPOR USA
      Article 3.3: Digital Trade Agreements
      Malaydesh shall consult with the United States before entering into a new digital trade agreement with another country that jeopardizes essential U.S. interests.
      ---------------
      MALAYDESH UP TO =
      DEBT 97% OF GDP
      DEBT 97% OF GDP
      DEBT 97% OF GDP
      Malaydesh's debt ratio could surge to almost 97% of GDP if government-linked guarantees materialize, a risk highlighted in the Ministry of Finance's (MOF) Fiscal Outlook 2026 report
      ---------------
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      DIPERAS 242 MILIAR DOLLAR
      • Dengan total paket transaksi mencapai sekitar USUSD240–242 miliar, termasuk USUSD70 miliar investasi Maid of london (MALON) ke AS, pembelian LNG, pesawat Boeing, dan peralatan telekomunikasi
      • Hasil dari kesepakatan ini: tarif impor Maid of london (MALON) ke AS resmi ditetapkan pada 19%, berlaku mulai 8 Agustus 2025, lebih rendah dari tarif yang sempat diusulkan 25%
      ---------------
      BNM = HOUSEHOLD DEBT IS ONE OF THE HIGHEST IN THE ASEAN ......
      MAID OF LONDON (MALON) household DEBT is one of the highest in the ASEAN region. Bank Negara MAID OF LONDON (MALON)
      -------------
      2025 ZONK = MRCA LCS SPH MRSS
      5x PM DIJANGKA = NO SHOPPING
      6x MOD DIJANGKA = NO SHOPPING
      6x MOF DIJANGKA = NO SHOPPING
      ----------------
      🔍 DETAIL PROYEK
      • MRCA (2017–2025):
      o 2017: Inisiasi penggantian MiG-29.
      o 2023: FA-50 diumumkan sebagai interim.
      o 2025: Status ZONK (tidak ada MRCA baru).
      -
      • LCS (2011–2025):
      o 2011: Kontrak LCS ditandatangani.
      o 2022: Skandal audit terungkap.
      o 2025: Status ZONK (belum ada kapal operasional).
      -
      • SPH (2016–2025):
      o 2016: Proposal SPH diajukan.
      o 2025: Status ZONK (tidak ada akuisisi).
      -
      • MRSS (2016–2025):
      o 2016: Masuk rencana TLDM 15-to-5.
      o 2025: Status ZONK (belum dibangun).
      ----------------
      MRCA 2025-2017= ZONK = NO PROCUREMENT
      5x GANTI PM
      5x GANTI MOD
      6x GANTI MOF
      -
      LCS 2025-2011 = ZONK = MANGKRAK
      5x GANTI PM
      6x GANTI MOD
      6x GANTI MOF
      -
      SPH 2025-2016 = ZONK = NO PROCUREMENT
      5x GANTI PM
      5x GANTI MOD
      6x GANTI MOF
      -
      MRSS/LPD 2025-2016 = ZONK = NO PROCUREMENT
      5x GANTI PM
      5x GANTI MOD
      6x GANTI MOF
      ----------------
      DEBT 84,3% TO GDP
      KLAIM LUNAS 2053 = GAGAL (NAMBAH DEBT)
      5x GANTI PM
      6x GANTI MOF
      -
      TIDAK BAYAR HUTANG TERTUNGGAK
      KEKANGAN KEWANGAN
      5x GANTI PM

      Hapus
    2. ANOMALI KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      -----------
      Ringgit Malaydesh diklaim stabil meski dibayangi IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN, peningkatan utang negara dan rumah tangga, serta belanja militer yang meningkat—ini mencerminkan strategi fiskal dan komunikasi pemerintah yang kompleks.
      Berikut penjelasan detail berdasarkan data dan dinamika terbaru:
      🇲🇾 1. Klaim Ringgit Kuat: Narasi Pemerintah
      Pemerintah Malaydesh, khususnya melalui Kementerian Keuangan dan Bank Negara Malaydesh (BNM), menyatakan bahwa nilai tukar ringgit tetap stabil dan mencerminkan fundamental ekonomi yang sehat. Beberapa argumen yang digunakan:
      • Cadangan devisa mencukupi untuk intervensi pasar.
      • Inflasi terkendali dan pertumbuhan ekonomi tetap positif.
      • Diversifikasi ekspor dan surplus neraca berjalan mendukung nilai tukar.
      Namun, klaim ini sering dikritik karena tidak mencerminkan tekanan eksternal seperti penguatan dolar AS dan arus keluar modal dari pasar negara berkembang.
      📉 2. IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN dan Utang Negara
      Malaydesh mencatat defisit fiskal sebesar RM99 miliar pada 2022, dengan utang nasional mencapai RM1.08 triliun atau sekitar 60.3% dari PDB. Meskipun masih di bawah batas statutori 65%, tren ini menunjukkan:
      • Ketergantungan pada pembiayaan utang untuk belanja negara.
      • Kewajiban pembayaran bunga yang meningkat.
      • Ruang fiskal yang makin sempit untuk stimulus ekonomi.
      🛡️ 3. Belanja Militer dan Aset Sewa
      Meski banyak aset militer Malaydesh sudah usang (171 unit melebihi usia 30 tahun), pemerintah tetap mengalokasikan RM21.2 miliar dalam Belanjawan 2026 untuk modernisasi pertahanan. Ini termasuk:
      • Pembelian sistem pertahanan udara (MANPADS).
      • Kapal MRSS dan kendaraan taktis.
      • Fokus pada kesiapsiagaan dan misi perdamaian.
      Namun, sebagian pengadaan dilakukan melalui skema sewa atau leasing, yang menambah beban liabilitas jangka panjang.
      🏠 4. Kenaikan Utang Rumah Tangga
      Utang rumah tangga Malaydesh juga meningkat, dipicu oleh:
      • Kredit perumahan dan kendaraan.
      • Konsumsi berbasis pinjaman (kartu kredit, pinjaman pribadi).
      • Tekanan biaya hidup dan stagnasi pendapatan.
      Utang rumah tangga Malaydesh sempat mencapai sekitar 85% dari PDB, salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara.
      🔍 5. Mengapa Pemerintah Tetap Klaim Stabilitas?
      Klaim ringgit kuat dan ekonomi stabil meski indikator fiskal memburuk bisa dijelaskan melalui:
      • Strategi komunikasi fiskal untuk menjaga kepercayaan investor dan publik.
      • Pengelolaan persepsi pasar agar tidak terjadi pelarian modal.
      • Penekanan pada indikator makro tertentu (seperti cadangan devisa dan pertumbuhan) sambil mengabaikan tekanan struktural.
      📌 Kesimpulan
      Klaim kekuatan ringgit Malaydesh adalah bagian dari narasi stabilitas makro yang dikembangkan pemerintah, meski realitasnya menunjukkan tekanan dari:
      • Defisit fiskal yang besar.
      • Utang negara dan rumah tangga yang meningkat.
      • Belanja militer yang agresif, sebagian melalui skema sewa.

      Hapus
    3. ANOMALI KLAIM RINGGIT KUAT = MELARAT
      IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT TIAP TAHUN
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      ------------
      📉 Indikator Realitas dan Implikasi Fiskal-Sosial
      Indikator Kenyataan Implikasi Detail
      IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN 2025: 4.1% PDB Belanja negara melebihi pendapatan Menunjukkan tekanan fiskal berkelanjutan. Pemerintah harus mencari pembiayaan tambahan, berpotensi meningkatkan utang atau memangkas belanja sosial. Ini mengurangi fleksibilitas fiskal untuk menghadapi krisis atau mendanai pembangunan jangka panjang.
      Utang Negara RM1.247 triliun (2024) Pertumbuhan utang melambat, tapi total tetap tinggi Beban bunga utang menyerap sebagian besar anggaran tahunan. Risiko crowding-out muncul: belanja produktif seperti pendidikan dan kesehatan bisa ditekan demi membayar kewajiban utang. Ini juga menurunkan kepercayaan investor terhadap keberlanjutan fiskal.
      Utang Rumah Tangga Meningkat (BNM) Rumah tangga makin bergantung pada kredit Beban bunga menekan daya beli dan konsumsi domestik. Jika suku bunga naik, risiko gagal bayar meningkat. Ini bisa memicu tekanan sosial, terutama di kelompok berpendapatan rendah dan menengah.
      Aset Militer Disewa, Bukan Dimiliki Ketergantungan pada pihak luar Mengurangi kontrol strategis dan kedaulatan. Dalam situasi geopolitik yang tidak stabil, ketergantungan ini bisa menjadi titik lemah pertahanan nasional dan memperbesar risiko fiskal jika biaya sewa melonjak atau kontrak terganggu.
      🔍 Mengapa Ini Disebut Anomali?
      • Mata uang kuat ≠ fundamental kuat: Ringgit menguat bukan karena surplus fiskal atau utang rendah, melainkan karena sentimen pasar dan faktor teknikal (misalnya aliran modal jangka pendek).
      • Utang dalam ringgit ≠ ringan: Meski mengurangi risiko valuta asing, utang tetap membebani APBN dan mempersempit ruang fiskal untuk belanja pembangunan atau perlindungan sosial.
      🧭 Implikasi Kebijakan dan Risiko Struktural
      1. Pengurangan Subsidi
      • Subsidi RON95 dan listrik dikurangi untuk menghemat anggaran.
      • Dampaknya: tekanan biaya hidup meningkat, terutama bagi rumah tangga berpendapatan rendah.
      • Risiko: ketidakpuasan sosial, protes, dan penurunan konsumsi domestik.
      2. E-Invoicing dan Perluasan SST
      • Tujuannya meningkatkan pendapatan negara.
      • Dampaknya: sektor informal bisa tertekan karena biaya kepatuhan meningkat.
      • Risiko: kontraksi aktivitas ekonomi mikro dan potensi penghindaran pajak.
      3. Crowding-Out Belanja Produktif
      • Pembayaran bunga utang menyerap ruang fiskal.
      • Dampaknya: belanja untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur bisa dikurangi.
      • Risiko jangka panjang: penurunan kualitas SDM dan daya saing ekonomi.
      4. Ketahanan Militer dan Fiskal
      • Ketergantungan pada aset sewaan mengurangi kontrol strategis.
      • Dampaknya: risiko keamanan meningkat jika akses terhadap aset terganggu.
      • Risiko fiskal: biaya sewa bisa melonjak, memperburuk defisit.

      Hapus
    4. ANOMALI KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      IQ BOTOLIQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      IQ BOTOLIQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      -----------
      🇲🇾 1. Klaim Kekuatan Ringgit: Narasi Stabilitas Makro
      Pemerintah Malaydesh dan Bank Negara Malaydesh (BNM) secara konsisten menyampaikan bahwa Ringgit Malaydesh (RM) tetap kuat dan undervalued. Namun, nilai tukar Ringgit terhadap USD tetap melemah (kisaran RM4.75–RM4.80/USD), menunjukkan bahwa narasi tersebut belum sepenuhnya didukung oleh dinamika pasar.
      📉 2. Defisit Fiskal yang Besar
      Malaydesh mengalami defisit fiskal kronis sejak krisis 1997, dan tren ini berlanjut:
      Tahun Defisit Fiskal % terhadap PDB
      2022 RM99 miliar 5.6%
      2023 RM85.4 miliar 5.0%
      2024* RM82.0 miliar 4.9% (target)
      2025* RM76.0 miliar 4.3% (target)
      🔹 Kontributor utama defisit:
      • Subsidi energi dan pangan.
      • Belanja sosial dan bantuan tunai.
      • Proyek infrastruktur besar (ECRL, Pan Borneo).
      • Pembayaran bunga utang.
      🔹 Risiko fiskal:
      • Ruang fiskal makin sempit untuk stimulus.
      • Ketergantungan pada utang domestik dan luar negeri.
      • Kebutuhan reformasi pajak (GST, cukai barang mewah) belum terealisasi.
      🏦 3. Utang Negara dan Rumah Tangga yang Meningkat
      🏛️ Utang Pemerintah:
      • Total utang: RM1.18 triliun (2025), sekitar 61.2% dari PDB.
      • Liabilitas kontinjensi (jaminan BUMN): RM260 miliar.
      • Pembayaran bunga tahunan: RM45 miliar.
      🔹 Struktur utang:
      • 97% dalam mata uang Ringgit (mengurangi risiko nilai tukar).
      • 3% dalam mata uang asing (USD, JPY, EUR).
      🏠 Utang Rumah Tangga:
      • Rasio utang rumah tangga terhadap PDB: 84.5% (salah satu tertinggi di ASEAN).
      • Komposisi:
      o Kredit perumahan: 52%
      o Kredit kendaraan: 20%
      o Pinjaman pribadi dan kartu kredit: 28%
      🔹 Risiko sosial-ekonomi:
      • Kenaikan suku bunga oleh BNM menekan kemampuan bayar.
      • Stagnasi pendapatan dan inflasi biaya hidup.
      • Maraknya pinjaman digital dan fintech tanpa jaminan.
      🛡️ 4. Belanja Militer yang Agresif dan Skema Sewa
      Malaydesh meningkatkan belanja pertahanan sebagai respons terhadap:
      • Ketegangan di Laut Cina Selatan.
      • Kebutuhan modernisasi aset militer yang sudah tua.
      • Komitmen terhadap misi perdamaian internasional.
      📊 Anggaran Pertahanan:
      • 2023: RM19.7 miliar
      • 2024: RM21.2 miliar
      • 2025: RM22.5 miliar (proyeksi)
      🔹 Jenis belanja:
      • Kapal MRSS, sistem pertahanan udara, kendaraan taktis.
      • Modernisasi pesawat dan radar.
      • Pelatihan dan kesiapsiagaan.
      🔹 Skema sewa:
      • Beberapa aset militer disewa (leasing) untuk menghindari belanja modal langsung.
      • Contoh: kendaraan tempur, pesawat pengintai, sistem komunikasi.
      • Risiko: menambah liabilitas jangka panjang dan kurang transparan dalam laporan fiskal.
      📌 Kesimpulan: Ketegangan antara Narasi dan Realitas
      Aspek Narasi Pemerintah Realitas Ekonomi
      Ringgit Stabil dan undervalued Tertekan oleh dolar AS dan arus keluar modal
      Fiskal Defisit menurun Beban bunga dan subsidi tetap tinggi
      Utang Terkendali dan domestik Rasio terhadap PDB tinggi dan membatasi ruang fiskal
      Militer Modernisasi efisien Skema sewa menambah liabilitas tersembunyi
      Rumah Tangga Konsumsi tetap kuat Utang tinggi dan rentan terhadap suku bunga

      Hapus
    5. ANOMALI KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      GORILA IQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      GORILA IQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      GORILA IQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      GORILA IQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      ----------
      Berikut penjelasan rinci dan terstruktur dari lima isu utama ekonomi Malaydesh 2025, membandingkan narasi resmi dengan realitas faktual berdasarkan data terbaru.
      1. 💱 Ringgit
      • Narasi Resmi: Pemerintah menyatakan bahwa ringgit undervalued dan akan pulih seiring perbaikan fundamental ekonomi.
      • Realitas:
      o Ringgit memang mengalami depresiasi signifikan akibat outflow modal dari pasar negara berkembang, termasuk Malaydesh, menyusul kenaikan suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik global.
      o Ketidakpastian global dan perlambatan perdagangan dunia turut memperlemah sentimen investor terhadap aset berisiko di kawasan ASEAN.
      o Dampaknya adalah imported inflation meningkat, terutama pada barang konsumsi dan energi, yang menekan daya beli rumah tangga.
      2. 📉 Fiskal
      • Narasi Resmi: Defisit fiskal menurun berkat reformasi pajak dan efisiensi belanja.
      • Realitas:
      o Defisit fiskal memang turun menjadi sekitar 4.0–4.1% dari PDB pada 2024–2025, lebih baik dari target 4.3%.
      o Namun, beban bunga utang tetap tinggi, dan subsidi energi masih menyerap porsi besar belanja negara, terutama sebelum reformasi subsidi BBM yang baru dimulai pertengahan 2025.
      o Keterlambatan implementasi e-invoicing dan perluasan SST juga menekan penerimaan negara.
      3. 💰 Utang
      • Narasi Resmi: Utang aman.
      • Realitas:
      o Sekitar 97% utang pemerintah bersumber dari pasar domestik, yang memang mengurangi risiko nilai tukar.
      o Namun, rasio utang terhadap PDB mendekati 61%, mendekati batas hukum 65% dan batas kehati-hatian 60%.
      o Ini membatasi ruang fiskal untuk stimulus tambahan tanpa memicu kekhawatiran investor dan lembaga pemeringkat.
      4. 🛡️ Militer
      • Narasi Resmi: Modernisasi militer dilakukan bertahap dan efisien.
      • Realitas:
      o Pemerintah menggunakan skema leasing (sewa guna usaha) untuk pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), seperti drone dan kapal patroli.
      o Skema ini tidak tercatat sebagai utang resmi, namun menciptakan liabilitas tersembunyi jangka panjang yang akan membebani anggaran mendatang jika tidak dikelola transparan.
      5. 🏠 Rumah Tangga
      • Narasi Resmi: Konsumsi domestik tetap kuat dan menopang pertumbuhan.
      • Realitas:
      o Konsumsi rumah tangga memang menyumbang lebih dari 55% PDB, namun didorong oleh utang rumah tangga yang tinggi, terutama kredit perumahan dan konsumsi.
      o Dengan suku bunga acuan Bank Negara Malaydesh tetap tinggi untuk mengendalikan inflasi, rumah tangga berpendapatan menengah ke bawah menghadapi tekanan cicilan dan risiko gagal bayar.
      o Ini membuat konsumsi rentan terhadap guncangan eksternal dan perlambatan ekonomi.
      Kesimpulan: Narasi resmi menekankan stabilitas dan reformasi, namun realitas menunjukkan adanya kerentanan struktural di sektor fiskal, moneter, dan rumah tangga. Untuk kebijakan yang lebih efektif, perlu transparansi fiskal, reformasi subsidi yang adil, dan penguatan perlindungan sosial.

      Hapus
    6. ANOMALI KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      GORILA IQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      GORILA IQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      GORILA IQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      GORILA IQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      ----------
      Berikut penjelasan rinci dan terstruktur dari lima isu utama ekonomi Malaydesh 2025, membandingkan narasi resmi dengan realitas faktual berdasarkan data terbaru.
      1. 💱 Ringgit
      • Narasi Resmi: Pemerintah menyatakan bahwa ringgit undervalued dan akan pulih seiring perbaikan fundamental ekonomi.
      • Realitas:
      o Ringgit memang mengalami depresiasi signifikan akibat outflow modal dari pasar negara berkembang, termasuk Malaydesh, menyusul kenaikan suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik global.
      o Ketidakpastian global dan perlambatan perdagangan dunia turut memperlemah sentimen investor terhadap aset berisiko di kawasan ASEAN.
      o Dampaknya adalah imported inflation meningkat, terutama pada barang konsumsi dan energi, yang menekan daya beli rumah tangga.
      2. 📉 Fiskal
      • Narasi Resmi: Defisit fiskal menurun berkat reformasi pajak dan efisiensi belanja.
      • Realitas:
      o Defisit fiskal memang turun menjadi sekitar 4.0–4.1% dari PDB pada 2024–2025, lebih baik dari target 4.3%.
      o Namun, beban bunga utang tetap tinggi, dan subsidi energi masih menyerap porsi besar belanja negara, terutama sebelum reformasi subsidi BBM yang baru dimulai pertengahan 2025.
      o Keterlambatan implementasi e-invoicing dan perluasan SST juga menekan penerimaan negara.
      3. 💰 Utang
      • Narasi Resmi: Utang aman.
      • Realitas:
      o Sekitar 97% utang pemerintah bersumber dari pasar domestik, yang memang mengurangi risiko nilai tukar.
      o Namun, rasio utang terhadap PDB mendekati 61%, mendekati batas hukum 65% dan batas kehati-hatian 60%.
      o Ini membatasi ruang fiskal untuk stimulus tambahan tanpa memicu kekhawatiran investor dan lembaga pemeringkat.
      4. 🛡️ Militer
      • Narasi Resmi: Modernisasi militer dilakukan bertahap dan efisien.
      • Realitas:
      o Pemerintah menggunakan skema leasing (sewa guna usaha) untuk pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), seperti drone dan kapal patroli.
      o Skema ini tidak tercatat sebagai utang resmi, namun menciptakan liabilitas tersembunyi jangka panjang yang akan membebani anggaran mendatang jika tidak dikelola transparan.
      5. 🏠 Rumah Tangga
      • Narasi Resmi: Konsumsi domestik tetap kuat dan menopang pertumbuhan.
      • Realitas:
      o Konsumsi rumah tangga memang menyumbang lebih dari 55% PDB, namun didorong oleh utang rumah tangga yang tinggi, terutama kredit perumahan dan konsumsi.
      o Dengan suku bunga acuan Bank Negara Malaydesh tetap tinggi untuk mengendalikan inflasi, rumah tangga berpendapatan menengah ke bawah menghadapi tekanan cicilan dan risiko gagal bayar.
      o Ini membuat konsumsi rentan terhadap guncangan eksternal dan perlambatan ekonomi.
      Kesimpulan: Narasi resmi menekankan stabilitas dan reformasi, namun realitas menunjukkan adanya kerentanan struktural di sektor fiskal, moneter, dan rumah tangga. Untuk kebijakan yang lebih efektif, perlu transparansi fiskal, reformasi subsidi yang adil, dan penguatan perlindungan sosial.

      Hapus
    7. Menjunam..🤣🤣🤣bahasa primitip mo JD internasional😄🫢😀gak tau diri amat..amat aja tau diri😄🫢😀

      Hapus
  10. Menjunam terus!
    1 MYR = 4,068.36 IDR Dec 12, 2025, 08:34 UTC
    🤣🤣🤣🤣🤣🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. ANOMALI KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      GORILA IQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      GORILA IQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      GORILA IQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      GORILA IQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      ----------
      Ringgit Malaydesh (RM) dinilai undervalued oleh otoritas domestik, namun pelemahannya terhadap USD mencerminkan tekanan eksternal dan ketidakpercayaan pasar terhadap narasi tersebut.
      Berikut penjelasan mendalam mengenai ketidaksesuaian antara narasi resmi dan realitas pasar:
      🏦 Narasi Resmi: RM Kuat dan Undervalued
      Pemerintah Malaydesh dan Bank Negara Malaydesh (BNM) menyatakan bahwa:
      • Fundamental ekonomi Malaydesh tetap solid, dengan pertumbuhan PDB yang stabil, surplus neraca berjalan, dan cadangan devisa yang memadai.
      • RM dianggap undervalued, artinya nilai tukarnya lebih rendah dari nilai wajarnya berdasarkan indikator fundamental seperti paritas daya beli (PPP), neraca transaksi berjalan, dan produktivitas.
      • Tujuan narasi ini adalah untuk menjaga kepercayaan investor dan publik, serta mencegah spekulasi berlebihan terhadap depresiasi mata uang.
      📉 Realitas Pasar: RM Melemah terhadap USD
      Namun, nilai tukar RM terhadap USD tetap berada di kisaran RM4.75–RM4.80/USD, bahkan sempat menyentuh level terendah sejak krisis 1998. Beberapa faktor penyebabnya:
      1. Kebijakan Moneter Global
      • The Fed mempertahankan suku bunga tinggi (5,25–5,50%), menarik arus modal ke AS dan memperkuat USD.
      • Investor global cenderung memindahkan dana ke aset USD yang lebih aman dan memberikan imbal hasil lebih tinggi.
      2. Outflow Modal dan Sentimen Pasar
      • Arus keluar modal asing dari pasar obligasi dan saham Malaydesh menekan permintaan terhadap RM.
      • Ketidakpastian politik domestik dan global memperburuk sentimen terhadap mata uang emerging markets, termasuk RM.
      3. Persepsi Pasar terhadap Risiko
      • Meskipun fundamental domestik kuat, pasar menilai risiko eksternal lebih dominan, seperti ketergantungan pada ekspor komoditas dan volatilitas global.
      • Pasar tidak sepenuhnya percaya pada narasi undervaluation jika tidak didukung oleh intervensi nyata atau reformasi struktural.
      ⚖️ Mengapa Narasi dan Realitas Tidak Sinkron?
      • Valuasi fundamental ≠ harga pasar jangka pendek. Pasar valuta asing sangat dipengaruhi oleh ekspektasi, arus modal, dan sentimen global.
      • Narasi undervaluation bersifat jangka panjang, sedangkan pelemahan RM mencerminkan tekanan jangka pendek.
      • Tanpa intervensi aktif atau reformasi struktural, pasar akan tetap menilai RM berdasarkan risiko dan imbal hasil relatif.
      ----------
      GOVERNMENT DEBT : 69% of GDP
      HOUSEHOLD DEBT : 84.3% of GDP
      As of June 2025, Maid of london (MALON) 's federal government debt was RM 1.3 trillion, up from RM 1.25 trillion at the end of 2024, with a projected debt-to-GDP ratio of 69% by the end of 2025. Simultaneously, household debt reached RM 1.65 trillion in March 2025, representing 84.3% of GDP, but this level is considered manageable due to strong household financial assets, which are 2.1 times higher than the total debt.
      Federal Government Debt
      • End of 2024: RM 1.25 trillion
      • End of June 2025: RM 1.3 trillion
      • Projected Debt-to-GDP: 69% by the end of 2025
      Household Debt
      • 2025 : RM1.73 trillion, or 85.8% of GDP GDP
      ----------
      MISKIN = 2025 .....
      RM 1.65 TRILLION = 84.3% OF GDP
      RM 1.65 TRILLION = 84.3% OF GDP
      RM 1.65 TRILLION = 84.3% OF GDP
      MARCH 2025 — deputy finance minister. KUALA LUMPUR (Aug 13): Maid of london (MALON) 's household debt stood at RM1. 65 trillion as of end-March 2025, equivalent to 84.3% of gross domestic product (GDP) as at end-March 2025, a level that remains elevated but is balanced by strong household assets.

      Hapus
    2. ANOMALI KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
      GORILA IQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
      GORILA IQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
      GORILA IQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
      GORILA IQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
      ----------
      Berikut penjelasan rinci dan terstruktur dari lima isu utama ekonomi Malaydesh 2025, membandingkan narasi resmi dengan realitas faktual berdasarkan data terbaru.
      1. 💱 Ringgit
      • Narasi Resmi: Pemerintah menyatakan bahwa ringgit undervalued dan akan pulih seiring perbaikan fundamental ekonomi.
      • Realitas:
      o Ringgit memang mengalami depresiasi signifikan akibat outflow modal dari pasar negara berkembang, termasuk Malaydesh, menyusul kenaikan suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik global.
      o Ketidakpastian global dan perlambatan perdagangan dunia turut memperlemah sentimen investor terhadap aset berisiko di kawasan ASEAN.
      o Dampaknya adalah imported inflation meningkat, terutama pada barang konsumsi dan energi, yang menekan daya beli rumah tangga.
      2. 📉 Fiskal
      • Narasi Resmi: Defisit fiskal menurun berkat reformasi pajak dan efisiensi belanja.
      • Realitas:
      o Defisit fiskal memang turun menjadi sekitar 4.0–4.1% dari PDB pada 2024–2025, lebih baik dari target 4.3%.
      o Namun, beban bunga utang tetap tinggi, dan subsidi energi masih menyerap porsi besar belanja negara, terutama sebelum reformasi subsidi BBM yang baru dimulai pertengahan 2025.
      o Keterlambatan implementasi e-invoicing dan perluasan SST juga menekan penerimaan negara.
      3. 💰 Utang
      • Narasi Resmi: Utang aman.
      • Realitas:
      o Sekitar 97% utang pemerintah bersumber dari pasar domestik, yang memang mengurangi risiko nilai tukar.
      o Namun, rasio utang terhadap PDB mendekati 61%, mendekati batas hukum 65% dan batas kehati-hatian 60%.
      o Ini membatasi ruang fiskal untuk stimulus tambahan tanpa memicu kekhawatiran investor dan lembaga pemeringkat.
      4. 🛡️ Militer
      • Narasi Resmi: Modernisasi militer dilakukan bertahap dan efisien.
      • Realitas:
      o Pemerintah menggunakan skema leasing (sewa guna usaha) untuk pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), seperti drone dan kapal patroli.
      o Skema ini tidak tercatat sebagai utang resmi, namun menciptakan liabilitas tersembunyi jangka panjang yang akan membebani anggaran mendatang jika tidak dikelola transparan.
      5. 🏠 Rumah Tangga
      • Narasi Resmi: Konsumsi domestik tetap kuat dan menopang pertumbuhan.
      • Realitas:
      o Konsumsi rumah tangga memang menyumbang lebih dari 55% PDB, namun didorong oleh utang rumah tangga yang tinggi, terutama kredit perumahan dan konsumsi.
      o Dengan suku bunga acuan Bank Negara Malaydesh tetap tinggi untuk mengendalikan inflasi, rumah tangga berpendapatan menengah ke bawah menghadapi tekanan cicilan dan risiko gagal bayar.
      o Ini membuat konsumsi rentan terhadap guncangan eksternal dan perlambatan ekonomi.
      Kesimpulan: Narasi resmi menekankan stabilitas dan reformasi, namun realitas menunjukkan adanya kerentanan struktural di sektor fiskal, moneter, dan rumah tangga. Untuk kebijakan yang lebih efektif, perlu transparansi fiskal, reformasi subsidi yang adil, dan penguatan perlindungan sosial.

      Hapus
    3. KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL
      KUAT NGEMIS KUAT NGUTANG IQ BOTOL

      Hapus
  11. MMW SOK PINTER PADAHAL MINIM LITERASI
    🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  12. tenang kita banyak PATI yg rampok duit dan kerjaan warganyet tipe m...mayan bikin defisit seblah haha!🤣🤣🤣

    BalasHapus
  13. WOOOWWW.....BRAND NEW PREMIUM QUALITY Made in Indonesia

    CN-235 TNI AL sedang dalam Proses Manufakturing di PT DI Bandung


    Itu AWESOME bro!

    Lanjutkan!


    Military Asset INDONESIA selalu BERTAMBAH Tiap Bulan

    Luar Biasa...Bikin BANGGA

    BalasHapus
  14. KLAIM RINGGIT KUAT TIDAK IQ BOTOL
    GORILA IQ BOTOL = DEFISIT ANGGARAN
    GORILA IQ BOTOL = UTANG NEGARA BERTAMBAH
    GORILA IQ BOTOL = UTANG HOUSEHOLD BERTAMBAH
    GORILA IQ BOTOL = ASET MILITER = SEWA
    -----------
    ⚖️ Ketegangan Naratif vs Realitas: Malaydesh
    Klaim Resmi Realitas Fiskal dan Struktural
    Ekonomi tumbuh Tapi defisit dan utang membengkak
    Stabilitas makro Tapi rumah tangga tertekan utang
    Modernisasi militer Tapi aset strategis disewa, bukan dimiliki
    Reformasi fiskal Tapi belum menurunkan beban utang
    1. 📈 Ekonomi Tumbuh vs 📉 Defisit dan Utang Membengkak
    Narasi Resmi:
    • PDB tumbuh 4–5% per tahun.
    • Ekspor dan investasi asing tetap stabil.
    • Inflasi terkendali dan pengangguran menurun.
    Realitas:
    • Defisit fiskal struktural: Sejak 1998, Malaydesh belum pernah mencatat surplus anggaran. Defisit 2023 mencapai ~5% dari PDB.
    • Utang pemerintah federal: Melebihi RM1.2 triliun (lebih dari 60% PDB), belum termasuk liabilitas luar neraca seperti jaminan BUMN dan PPP.
    • Beban bunga: Pembayaran bunga tahunan melebihi RM40 miliar, menyerap lebih dari 15% pendapatan pemerintah.
    • Belanja rigid: Lebih dari 50% APBN terserap untuk gaji, subsidi, dan emolumen—menyisakan ruang fiskal sempit untuk pembangunan.
    🔍 Implikasi: Pertumbuhan PDB tidak otomatis mencerminkan kesehatan fiskal. Ketergantungan pada utang untuk menambal defisit menimbulkan risiko solvabilitas jangka panjang.
    2. 🧮 Stabilitas Makro vs 🏚️ Rumah Tangga Tertekan Utang
    Narasi Resmi:
    • Inflasi rendah (2–3%).
    • Nilai tukar relatif stabil.
    • Sistem perbankan kuat dan likuid.
    Realitas:
    • Utang rumah tangga >80% PDB: Salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara.
    • Kredit konsumsi dan perumahan mendominasi portofolio pinjaman.
    • Stagnasi pendapatan riil: Upah tidak sebanding dengan kenaikan biaya hidup, mendorong rumah tangga berutang untuk kebutuhan dasar.
    • Risiko sistemik: Ketergantungan pada leverage rumah tangga membuat ekonomi rentan terhadap guncangan suku bunga dan pengangguran.
    🔍 Implikasi: Stabilitas makro tidak menjamin ketahanan mikro. Ketimpangan antara indikator makro dan tekanan keuangan rumah tangga menciptakan ilusi stabilitas.
    3. 🛡️ Modernisasi Militer vs 🏗️ Aset Strategis Disewa
    Narasi Resmi:
    • Investasi dalam pertahanan meningkat.
    • Modernisasi alutsista dan latihan bersama negara mitra.
    Realitas:
    • Skema sewa dan leasing digunakan untuk menghindari belanja modal besar dalam APBN.
    • Contoh: Proyek LCS (Littoral Combat Ship) mengalami penundaan dan pembengkakan biaya, tanpa kejelasan pengadaan aset.
    • Kepemilikan aset rendah: Banyak fasilitas dan peralatan militer tidak dimiliki langsung oleh negara.
    • Risiko jangka panjang: Ketergantungan pada vendor luar negeri dan kontrak jangka panjang mengurangi fleksibilitas strategis.
    🔍 Implikasi: Modernisasi berbasis sewa menciptakan ilusi kapasitas militer tanpa memperkuat kedaulatan aset strategis.
    4. 🧾 Reformasi Fiskal vs 🧨 Beban Utang Tak Menurun
    Narasi Resmi:
    • Konsolidasi fiskal melalui pengurangan subsidi dan perluasan basis pajak.
    • Pengenalan Fiscal Responsibility Act (FRA) 2023 untuk mengatur batas defisit dan utang.
    Realitas:
    • FRA belum operasional penuh: Tidak ada sanksi atau mekanisme penegakan yang kuat.
    • Subsidi tetap besar: Subsidi BBM, listrik, dan makanan tetap menyerap puluhan miliar ringgit.
    • Pendapatan negara stagnan: Ketergantungan pada pajak tidak langsung (SST) dan dividen Petronas.
    • Reformasi pajak tertunda: GST belum dikembalikan, tax base tetap sempit.

    BalasHapus
  15. 18 desember FMP 322 bakal PELUNCURAN gaesz hore haha!🥳🤗🥳

    Asooyyyy...warganyet sebelah KEFANASAAANNN haha!🔥😁🔥

    BalasHapus