19 September 2007
UH-60 Blackhawk (photo : StrangeMilitary)
Jakarta - Duta Besar RI untuk Polandia, Hazairin Pohan, mengatakan Indonesia kini memperoleh kesempatan untuk memperkuat armada TNI dengan helikopter "Black Hawk", yang akan diproduksi bersama Amerika Serikat-Polandia di pabrik pesawat terbang Mielec, Polandia.
Dalam penjelasan yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu, Dubes Pohan mengatakan tawaran itu disampaikan Direktur Utama European Sikorsky, Stephen B Estill, saat dirinya meninjau pesawat helikopter Black Hawk yang dipamerkan untuk pertama kalinya di Polandia pada Pameran International Defense Industry Fair di Kielce awal September lalu.
Dubes Pohan dan bos European Sikorsky itu akan kembali bertemu dalam waktu dekat untuk membicarakan usulan US Sikorsky Aircraft Corporation dan hal-hal terkait dengan pendanaannya.
Pameran International Defense Industry Fair yang diselenggarakan setiap tahun ini dihadiri 21 negara peserta dengan 300 peserta pameran, yang 30 di antaranya perusahaan dari Amerika Serikat.
Industri pesawat terbang Mielec yang selama ini memasok Skytruck bagi Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara sejak Maret 2007 telah dibeli oleh Sikorsky, anak perusahaan United Technology Company dari Amerika Serikat.
Namun mereka tetap melanjutkan produksi andalannya, Skytruck. Mielec kini mempersiapkan diri sebagai production base bagi pesawat helikopter canggih "Blackhawk International".
Pabrik ini direncanakan menghasilkan produk perdananya pada tahun 2010.
"Kerja sama pertahanan RI-Polandia akan memasuki tahap baru, karena akan diisi dengan berbagai produk-produk pertahanan yang secara kualitatif sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan nasional RI," kata Dubes Pohan.
Menurut dia, tidak banyak negara di dunia, di antaranya Polandia dan Rusia, yang memiliki teknologi, pengetahuan, dan mau berbagi teknologi (transfer of technology) dengan Indonesia.
Dubes Pohan optimis kerja sama tersebut akan meningkat terus-menerus karena dilandasi hubungan politik yang sangat baik dan telah berlangsung lama.
Indonesia, sebagai negara besar di Asia dan telah memiliki landasan kuat di bidang industri pertahanan, merupakan tempat menarik sebagai production-base produk-produk pertahanan unggulan.
"Kita memerlukan kerjas ama sejenis dalam visi memperkuat pertahanan nasional sambil mempersiapkan diri agar industri-industri pertahanan kita di masa depan dapat mandiri dan berkembang dengan baik, sebagaimana dilakukan India dan China di antaranya, melalui kerja sama internasional dengan negara-negara Eropa Timur," katanya.
Dubes RI di Warsawa dalam kesempatan tersebut juga mengadakan pembicaraan dengan Deputi Menteri Pertahanan Polandia Marek Zajakala mengenai kerja sama pertahanan antara kedua negara.
Sejak penandatanganan Agreement on Defense Cooperation pada saat kunjungan Menhan Polandia pada tahun 2006, kerja sama pertahanan dan khususnya bagai pengadaan alutsista bagi TNI dan Polri meningkat.
Dalam kerangka kerja sama pertahanan bilateral, Polandia dan Rusia adalah negara-negara yang memiliki kerja sama pertahanan yang paling aktif dengan Indonesia.
Menurut Dubes Pohan, Polandia memiliki sejumlah industri pertahanan yang memiliki sendiri teknologi, pengetahuan dan dukungan pendanaan dari pemerintahnya.
Industri-industri pertahanan Polandia terutama adalah "Mielec" (pesawat), PIT dan Radwar (radar), BUMAR (rudal jarak pendek dan menengah), Swidnik (helikopter) dan berbagai produk pertahanan lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, antara Indonesia dan Polandia telah ditandatangani persetujuan kredit untuk pengadaan alutsista bagi TNI dan Polri senilai 405 juta dolar AS . Pemerintah Polandia pada saat sekarang sedang mempersiapkan skema pendanaan baru, dalam bentuk kredit ekspor maupun pinjaman berbunga rendah (soft loan). (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar